Friday, April 25, 2025

Partitur Lagu Bhayangkara Gereja (Hymne PMKRI)

Pro Ecclesia et Patria!!!

Sambut salam hangat perjuangan untuk rekan-rekan seperhimpunan dimanapun berada. Ide mengetik kembali Partitur Bhayangkara Gereja (Hymne PMKRI) adalah untuk memudahkan PMKRI Cabang se-Indonesia memperkenalkan lagu ini kepada anggota. Partitur ini kami dapatkan dari abangnda Thomson Silalahi Sekjend PP PMKRI Periode 2020-2022. Kami menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya atas inisiatif abangnda Thomson sehingga kami dapat menyelesaikan pekerjaan ini. Partitur yang beliau upload dapat diakses di laman katakanlah.com dan terdapat juga lagu Hymne PMKRI dengan Vocal di kanal Youtubenya Thomson Silalahi. Kami ucapkan juga terima kasih kepada abangda Pendamping Cindi Fantika membersamai kami dalam pengetikkan dan juga orang pertama yang memiliki ide inspiratif seperti ini. Juga untuk senior mbak Josephine Puji Styorini yang telah memberikan masukkan dalam menyusun partitur ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini juga mungkin terdapat kekurangan atau belumlah sempurna. Kami mengharapkan kritik dan masukkan yang membangun dari rekan-rekan seperhimpunan se-Indonesia. 

Semoga bermanfaat dan tetap mengobarkan semangat api perjuangan untuk Gereja dan Tanah Air. Terima kasih.

Klik tautan untuk : Lagu Bhayangkara Gereja (Hymne PMKRI)

Friday, March 21, 2025

PERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA (PMKRI) CABANG PALANGKA RAYA TERHADAP REVISI UNDANG-UNDANG TNI

 

gambar Ilustrasi


Pro Ecclesia Et patria….

Hidup Mahasiswa….

Sehubungan dengan pengesahan revisi undang-undang TNI baru ini Kami PMKRI Cab Palangka Raya menilai.

Reformasi 1998 adalah titik balik bagi bangsa ini, Sebuah perjuangan berdarah yang menumbangkan otoritarianisme dan mengantarkan kita pada era demokrasi yang menjunjung tinggi supremasi sipil. Namun, hari ini, reformasi itu sedang dihadapkan pada ancaman besar.

Revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) yang baru saja digulirkan adalah langkah mundur yang akan menyeret Indonesia kembali ke masa kelam. Dengan memberikan ruang lebih besar bagi militer di ranah sipil, revisi ini adalah bentuk nyata dari upaya menghidupkan kembali DWIFUNGSI ABRI.

Kami, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Palangka Raya, dengan penuh ketegasan MENOLAK revisi UU TNI yang mengancam demokrasi dan supremasi sipil, Kami melihat revisi ini sebagai ancaman serius bagi keberlanjutan bangsa ini. Dampak dari pengesagan ini antara lain :

Membuka Celah Militerisme dalam Pemerintahan dengan memperbolehkan perwira aktif TNI menduduki jabatan sipil strategis, revisi ini mengkhianati prinsip reformasi yang telah membatasi peran TNI hanya dalam bidang pertahanan. Jika ini dibiarkan, maka tak ubahnya kita membuka gerbang bagi militerisme untuk kembali mencengkeram pemerintahan.

Merampas Hak-Hak Sipil dan mengkerdilkan demokrasi, padahal demokrasi yang sejati adalah demokrasi yang berlandaskan supremasi sipil. Kami menilai juga melalui revisi ini, pemerintah secara sadar telah menyiapkan jalan bagi militer untuk kembali mencampuri urusan politik dan sipil, merampas hak-hak rakyat dalam mengawasi jalannya pemerintahan.

Dengan sengaja pemerinta telah mengabaikan transparansi dan partisipasi publik, dalam proses legislasi revisi UU TNI dilakukan secara tertutup dan terburu-buru, tanpa melibatkan partisipasi publik yang memadai. Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap prinsip keterbukaan yang menjadi pilar utama dalam demokrasi. Negara ini bukan milik segelintir elit, tetapi milik rakyat….

Deri pengesahan UU TNI kami juga melihat telah tenciptakan ketimpangan dan tumpang tindih kewenangan dengan memengan memperluas tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP), TNI kini dapat terlibat dalam berbagai sektor yang sebelumnya menjadi ranah sipil, termasuk penanganan bencana, pemberantasan narkotika, bahkan bidang perikanan. Ini bukan hanya merusak tatanan pemerintahan, tetapi juga mengancam keberadaan institusi sipil yang telah bekerja secara profesional dalam bidangnya masing-masing.

Membuka Jalan bagi Oligarki Militer dengan memperpanjang usia pensiun perwira TNI, revisi ini hanya akan memperkuat oligarki dalam tubuh militer itu sendiri… Ini bukan hanya menghambat regenerasi, tetapi juga membuka ruang bagi terjadinya monopoli kekuasaan yang bertentangan dengan prinsip demokrasi yang sehat.

Atas dasar ini, melihat situasi demokrasi bangsa yang bergerak menuju kemunduran, dengan penuh kesadaran kami PMKRI Cabang Palangka Raya dengan lantang menyatakan:

1. Mendesak DPR RI untuk segera membatalkan dan mencabut revisi UU TNI yang memperluas peran TNI di ranah sipil.

2. Menuntut komitmen pemerintah untuk menjamin tranparansi dan partisipasi publik dalam setiap proses legislasi yang menyangkut kepentingan bangsa dan negara.

3. Menolak segala bentuk upaya yang mengarah pada kemunduran demokrasi dan kembalinta militerisme dalam pemerintahan.

4. Mendorong supremasi sipil yang kuat dan independen sebagai pilar utama dalam demokrasi yang sehat.

Melalu pernyataan ini kami tegaskan, PMKRI Cabang Palangka Raya akan terus mengawal dan berjuang agar reformasi yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata tidak dikhianati oleh kepentingan segelintir elit.

 

Proo Ecclesia Et Patria !!!

Hidup Mahasiswa !!!

Hidup Rakyat Indonesia !!

Selamatkan Demokrasi! Tolak Militerisme di Ranah Sipil !!!

Sunday, February 9, 2025

Tuhan Dalam Sepiring Babi

Di sore hari itu saat warna langit perlahan menjadi jingga, obrolan santai dengan papan catur seperti biasa mengisi hari-hari kami di tengah kesibukan. Di rumah ketua jhon sapaan akrab kami untuk seseorang aktivis dan pembaca buku pada zamannya. Diskusi random kami mulai. Bahasan kami sederhana kadang soal mimpi masa depan, kadang soal sejarah, politik, bahkan tak jarang kami asik bergurau tentang cinta. 

Obrolan asik kami sore itu tiba-tiba terhenti saat bunyi azan magrib terdengar dan takalah juga nyaringannya bunyi dari perut sixpacek ku ini pertanda isinya kosong alias keroncongan. Lantas diskusi sore itu terheti dan langsung di sambut dengan gelak tawa. 

Lalu ketua Jhon yang kala itu kalah kubatai 3 : 1 di atas papan catur pun spontan mengaja kami makan "gass makan kita, karena perut kosong pertanda jiwa yang kekurang asupan cinta, sebelum lanjut membahas taktik menakluki cinta mari kita isi perut itu" ujarnya sambil ketawa ngakak. Pikirku dalam hati "memang tak salah beliau ini di juluki pujangga kampus pada masanya". 

Sembari menyiapkan piring makan, rupanya satu kuali masakan babi yang di hidangkan ketua jhon di hadapan kami, aromanya melayang-layang bagai siluet dengan taburan rempah-rempah ala masakan di kampung halaman.

"Ketua jhon memang tak pernah gagal kalau urusan masak" gurauku sembari menyendok daging babi kedalam piring yang sudah siap dengan nasi hangat. Obrolan kami berlanjut, suapan demi suapan potongan daging babi perlahan aku masukan kedalam mulut tak ingin melewatkan rasa dari setiap hela bumbu kuning yang gurih itu. 

Tak sampai beberapa suapan seorang teman bernama mister Gorby nyeletup dengan candaan nya " semoga Tuhan tidak melihat kita, karena daging ini enak tapi haram" candanya sambil ketawa. "Dimana kh Tuhan itu berada?" Sambungnya bertanya. 

Lalu dengan penuh keyakinan teman lainnya lagi bernama fepen menjawab, “Tuhan ada di atas sana, di surga. Tuhan ada dalam kitab suci. Tuhan ada dalam aturan yang Ia turunkan kepada kita.” 

Akupun tertawa kecil. “Jika Tuhan ada di surga, apakah itu berarti Ia tidak ada di sini? Jika Tuhan hanya ada dalam kitab suci, apakah itu berarti Ia tak hadir dalam hati manusia? Jika Tuhan hanya ada dalam aturan, apakah itu berarti Ia hilang saat aturan tak ada?” 

Fepen mengernyit, merasa keheranan. “Tuhan ada di mana-mana,” jawabnya lebih hati-hati. 

Akupun saat itu mengangguk. “Jika Tuhan ada di mana-mana, maka bukankah Ia juga ada dalam sepiring babi ini?” 

Fepen terperangah. “Itu tidak mungkin, Tuhan tidak ada dalam sesuatu yang haram.” 

Akupun tersenyum lagi. “Jadi Tuhan terbatas? Tuhan hanya ada dalam yang suci dan tidak ada dalam yang kotor? Tuhan hanya ada dalam yang halal dan tidak ada dalam yang haram? Tuhan hanya ada dalam aturan, tetapi tidak ada dalam kasih sayang?” 

Fepen itu terdiam. Ia merasa ada yang tidak beres dengan pemikirannya, tetapi tak tahu bagaimana menjelaskannya. 

Berselang sekitar 30 menit berlalu hidangan lezat itupun ludes kami santap, selesai beres-beres kami pun pulang kerumah kami masing-masing. 

Sampai di rumah akupun merenungi obrolan kami sore tadi dan ingat dengan fenomenas sosial manusia masa kini. 

Dalam hati aku bergumam sendiri "Manusia memang aneh sering kali memuja Tuhan, tetapi dalam waktu yang sama, mereka berusaha membatasi-Nya. Mereka menempatkan Tuhan di tempat yang tinggi, lalu dengan keangkuhan, mereka bertindak seolah mengetahui segala isi hati-Nya. Mereka mengutip kitab suci, meneriakkan ayat-ayat, lalu menggunakannya sebagai pedang untuk menghakimi orang lain. 

Namun, apakah manusia benar-benar mengenal Tuhan, atau hanya mengenal gambaran Tuhan yang telah mereka ciptakan sendiri? 

Jika Tuhan memang sebesar yang mereka katakan, mengapa mereka merasa perlu membela-Nya dengan amarah? Jika Tuhan memang Maha Segalanya, mengapa mereka bertindak seolah-olah tanpa mereka, Tuhan akan kehilangan kekuasaan-Nya?" 

Mungkin, di sinilah ironi terbesar manusia: mereka menyebut nama Tuhan, tetapi tak pernah benar-benar mencarinya. Mereka beribadah setiap minggu, tetapi lupa bertanya, “Siapa Tuhan itu sebenarnya?” 

Misteri ini ber abat-abat lamanya tak tersentuh dan tak terjawab oleh manusia. 

Pada malam itu aku menatap langit, lalu menutup matanya. Aku merasakan angin, mendengar suara langkah kaki, merasakan detak jantungku sendiri. 

Lalu bergumam dalam hati "Tuhan tidak ada di langit. Tuhan tidak ada dalam aturan. Tuhan tidak ada dalam penghakiman. Tuhan ada dalam setiap embusan napas, dalam setiap detak kehidupan, dalam cinta yang tak bersyarat. Tuhan ada dalam kepedulian yang tak menghakimi, dalam pengertian yang melampaui kata-kata, dalam misteri yang takersentuh oleh pikiran manusia. 

Dan mungkin, di sanalah Tuhan mulai berbicara bukan dalam suara yang menggelegar, bukan dalam amarah yang berkobar, tetapi dalam keheningan yang mengajarkan kebijaksanaan. 

Aku berfikir mungkin, selama ink letak paradoks terbesar: manusia ingin memahami Tuhan, tetapi Tuhan terlalu besar untuk dipahami. Segala konsep yang kita buat tentang-Nya hanyalah bayangan redup dari sesuatu yang tak terjamah. 

Kita membangun hukum-hukum untuk mendekat kepada-Nya, tetapi sering kali hukum-hukum itu justru menjauhkan kita dari-Nya. Kita ingin merasakan kehadiran-Nya, tetapi terlalu sibuk mencari-Nya di tempat yang salah. 

Di akhir hari, mungkin Tuhan tidak ada dalam aturan, tidak ada dalam batasan, tidak ada dalam penghakiman. Mungkin Tuhan ada dalam momen sederhana seperti sore tadi, dalam kasih yang diberikan tanpa pamrih, dalam senyum seorang asing, dalam kehangatan makanan yang disantap dengan rasa syukur. 

Dan mungkin, ya mungkin, Tuhan juga ada dalam "Sepiring Babi" bukan dalam dagingnya, bukan dalam statusnya, tetapi dalam kesadaran bahwa keilahian tidak bisa dipenjara oleh batasan manusia. 

Akhir kata tulisan ini sengaja aku buat, bukan dengan maksud menyinggung siapapun atau kelompok manapun, melainkam semata-mata untuk membuktikan bahwa kebebasan berfikir itu sungguh ada segaligus menjadi anak panah kritik untuk semua orang.

Oleh : 

Fardoari Reketno

Presidium Gerakan Kemasyarakatan