Wednesday, November 24, 2021

Koordinator Wilayah KALTENG, Forum BEM SE-KALIMANTAN, Beraudiensi Dengan Lurah Tumbit Melayu.


Dalam kunjungan Koordinator Wilayah Kalimantan Tengah BEM SEKA ke Tumbit Melayu, Aleksius Ceca, kedatangannya ini bertujuan untuk mengetahui  bagaimana kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) di kelurahan Tumbit Melayu untuk menyambut Ibu Kota Negara Baru (IKN) diwilayah Provinsi Kalimantan Timur, tentunya ini akan berdampak pada seluruh Tanah Kalimantan, namun untuk menerima tantangan ini tentu pemuda harus dipersiapkan SDM-nya supaya nantinya tidak jadi penonton ditanah sendiri.

Selain dari itu Presiden Mahasiswa Universitas Kristen ini juga, meminta dukungan dari Lurah Tumbit Meyalu untuk terus mendukung kegiatan Mahasiswa yaitu Forum BEM SE-KALIMANTAN  yang dilaksanakan di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah mendatang.

Respon dari hal tersebut, orang nomor satu di Tumbit Melayu ini mengatakan "tentu saya sangat apresiasi dan merasa bangga atas kunjungan dari Koorwil KALTENG Forum BEM SE-KALIMANTAN Ini, tentu saya sangat mendukung dengan kegiatan positif yang lakukan oleh Mahasiswa yang terlibat dalam membangun daerah nya.saya berharap kegiatan ini berjalan dengan lancar sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran yang yang membangun untuk Kalimantan,


Lurah Tumbit Melayu juga mengucapkan terima kasih dengan Aleksius Ceca selaku Presiden Mahasiswa atas masukan dan saran terkait dengan   untuk membangun kabupaten Berau, tidak hanya fokus di pertambangan namun di sektor-sektor pertanian juga harus lebih masif, perikanan dan lain-lain.

Editor, Crew SuaraDionisius


Saturday, November 20, 2021

PMKRI Cabang Palangka Raya Adakan Pelatihan Kesekretariatan Jenderal bagi Anggota



Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Cabang Palangka Raya melaksanakan kegiatan Pelatihan Kesekretariatan Jenderal  pada Sabtu, 20/09/2021 di Margasiswa PMKRI Cabang Palangka Raya.

Pada kegiatan Pelatihan Kesekretariatan Jenderal kali ini, pengurus PMKRI cabang Palangka Raya menghadirkan Moses Agus Purwono, SE yang merupakan Sekretaris Jenderal pada pengurusan beberapa tahun sebelumnya. Kegiatan tersebut dimulai pada pagi hari mulai pukul 10.00 - 13.00 WIB dan diikuti oleh sejumlah pengurus dan anggota muda. 

Ketua Presidium PMKRI Cabang Palangka Raya Obi Seprianto, menyampaikan kegiatan ini dilaksanakan untuk menambah wawasan anggota dan pengurus mengenai Kesekretariatan Jenderal dan untuk membekali anggota agar mampu menjadi sekretaris melalui kepemimpinan serta pelatihan membuat surat dengan harapan anggota dapat memahami tugas, fungsi administratif dalam berorganisasi.

obi juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Moses yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu kepada kami berkaitan dengan bidang kesekretariatan, semoga ilmu yang ditransfer dapat semakin kami kembangkan.

Hal serupa disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PMKRI Cabang Palangka Raya Rahel Dewi Sartika, ia berharap kegiatan ini dapat memperkenalkan kepada anggota pentingnya bidang kesekretariatan dalam berorganisasi. Sehingga setelah berproses di PMKRI anggota tidak ragu lagi untuk mengambil posisi sekretaris maupun bidang administrasi lainnya karena telah dibekali sebelumnya.

"Selain guna menambah wawasan anggota, saya juga berharap pelatihan kali ini dapat melahirkan Sekjen-sekjen selanjutnya." Pungkas Rahel.

Penulis, Crew Suaradionisius.com

Ketua Presidium PMKRI Cabang Palangka Raya Menjadi Narasumber dalam Seminar BEM FISIP UNKRIP


Suaradionisius.com - Kegiatan Seminar BEM FISIP Universitas Kristen Palangka Raya dengan tema “ Tantangan Mahasiswa Menuju Indonesia Emas 2045” di ikuti oleh 39 Mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa dari masing-masing fakultas yang ada di Universitas  Kristen Palangka Raya, yang dilaksanakan di Ruang Sidang FISIP Universitas Kristen Palangka Raya, Pada 20 November 2021.

Dalam kegiatan Seminar tersebut, yang turut menjadi narasumber Obi Seprianto selaku Ketua Presidium PMKRI Cabang Palangka Raya, dia menyampaikan ada terdapat 6 (enam) hal yang menjadi tantangan terbesar dihadapi mahasiswa untuk  menuju Indonesia emas yaitu Bonus demografi, Karakter Kebangsaan, Budaya Malu, Budaya Kepemimpinan, Literasi Digital dan infrastruktur telekomunikasi, tantangan tersebut dirangkum berdasarkan pengalaman yang ditemui selama aktif didalam organisasi kemahasiswaan dan berjumpa dengan mahasiswa-mahasiswa.

Berkaitan dengan 1) bonus demografi, karena melimpahnya jumlah penduduk usia produktif sehingga persaingan dimana-mana, apabila SDM tidak dipersiapkan maka kita akan semakin tertinggal, 2) Karakter Kebangsaan dengan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat memungkinkan terjadinya pertukaran informasi tanpa batasan ruang dan waktu menyebabkan nilai yang diwariskan leluhur bangsa semakin mementingkan kepentingan pribadi diatas segalanya, 3) Budaya Malu, dalam artiannya malu terhadap kesalahan yang dilakukan contohnya ketika buang sampah sembarangan, merokok ditengah orang sedang makan, maupun datang terlambat dengan alasan yang dibuat-buat, 4) Budaya Kepemimpinan, disini banyak mahasiswa tidak menyadari bahwa dia adalah Garda terdepan atau pelopor dalam sosial masyarakat, maka dari itu sudah seharusnya kita memberikan contoh dalam tindakan kita. 5) Literasi Digital atau pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, kebanyakan mahasiswa mampu mengoperasikannya tetapi tidak mampu memanfaatkan. 6) infrastruktur telekomunikasi masih belum menjangkau keseluruh daerah dinegeri ini.

Dalam seminar tersebut juga obi seprianto menyampaikan juga hal yang dapat dilakukan untuk membekali diri menyikapi tantangan mahasiswa menuju Indonesia emas dimulai dari Pendidikan baik yang sifatnya formal (dibangku perkuliahan) dan informal (terlibat dalam organisasi maupun komunitas), selanjutnya melalui Kompetitif, ini adalah modal untuk semakin memperkaya diri akan ilmu pengetahuan agar SDM yang dimiliki mampu bersaing, dan Jati diri, karakter diri yang positif harus tetap dipengang teguh.

Diakhir obi menyampaikan Spirit PMKRI dalam mempersiapkan anggota menuju Indonesia emas tidak lepas dari  spirit 6 Identitas kader yang salah satunya adalah MAGIS SEMPER yaitu Semangat lebih dari sebelumnya yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras. Karena dengan kita semiliki semangat lebih niscaya tantangan yang ada didepan kita akan dapat dipecahkan, Tutupnya.

Penulis, Crew Suaradionisius.com

Tuesday, November 16, 2021

RETRET : Berikut Materi Yang Disampikan “Dipanggil, Dipilih dan Diutus”.

 

Dalam kegiatan Retret PMKRI Cabang Palangka Raya yang dilaksanakan pada tanggal 05-07 November 2021 di Stasi Eccehomo Palangan, ada beberapa materi yang menjadi dasar penguatan untuk peserta memahami untuk dia dipanggil, dipilih dan diutus. Dalam penyampaian materi tersebut terbagi kedalam tiga sesi yang dimana sesi pertama dan kedua dibawakan langsung oleh Rm. Alfonsus Danang Widhi Anggoro, Pr selaku pastor moderator PMKRI Cabang Palangka Raya dan  sesi terakhir adalah sharing dari tokoh umat tentang satu dengan gereja yang dibawakan Kepala desa Palangan bapak Anastasius Delik, Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah Bapak Alexius Esliter dan DEPERTIM PMKRI Cabang Palangka Raya Ibu Antonia Kupa.

Penyampaian materi oleh Pator Moderator, Rm. Alfonsus Danang Widhi Anggoro, Pr ialah bagaimana peserta retret memaknai perutusan “Roh Tuhan Ada Padaku” dalam materi ini Pastor mengajak peserta untuk mampu mengembangkan dan mengetahui bakat/potensi, panggilan hidup dan arah hidup panggilan jiwa. Dalam materi ini juga diharapkan peserta retret dapat mengembangkan diri dan harus mampu secara terus menerus untuk memperbaharui dan mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi.

Dalam sesi sharing bapak Anastasius Delik banyak memberi motivasi kepada peserta retret seperti apabila menginginkan perubahan dalam diri jangan berhenti mengikuti orang yang memberikan pengalaman dalam hidup dan sebaik-baiknya manusia lebih baik berguna bagi orang lain dengan berbagai bentuk keterlibatan dan profesi yang kita miliki. Dia juga menegaskan khusus untuk kader-kader katolik seseorang tidak akan mungkin dapat bertumbuh dan berkembang apabila tidak ada keseimbangan yaitu diimbangi kegiatan-kegiatan positif yang didalam gereja.

Ibu Antonia kupa juga menyampaikan seorang anak muda secara terkhusus yang terlibat dalam organisasi-organisasi dalam hal ini PMKRI, harus memiliki sikap peduli terhadap sesama dan mampu beradaptasi dengan siapa saja, tetapi harus selektif karena persahabatan/pertemanan mempengaruhi masa depan kita dalam artiannya apabila kamu berada dalam lingkungan pencuri pasti kemungkinan besar kamu akan menjadi pencuri. Dia menegaskan kembali kader PMKRI harus memiliki kualitas dalam diri seperti kemampuan dalam penguasaan teknologi, komunikasi serta pengetahuan lainnya yang bermanfaat dalam menunjang masa depan yang cerah. Diakhir penyampaian ibu Antonia juga menyampaikan dalam satu hari sediakan waktu untuk tuhan karna ketika kita menyediakan waktu untuk Tuhan biarkan dia berkarya dalam diri kita.

Dalam kesempatan yang sama bapak alexius Esliter juga menyampaikan kepada peserta retret dalam menjalankan segala aktifitas dalam organisasi maupun dalam tempat kita bekerja tidak perlu hitung-hitung kerjakan dan lakukan dengan hati karna kita tidak tau langkah/jalan yang sudah disiapkan tuhan untuk kita kedepannya melalui apa yang kita kerjakan hari ini. Bapak alexsius juga menegaskan kita semua hadir kedunia ini sebagai pemimpin dalam lingkaran kecilnya adalah pemimpin untuk diri kita sendiri, maka mulai tanamkan konsep dalam diri pemimpin adalah pelayan maka percaya lah akan berbuah baik dalam menjalankan segala aktifitas kehidupan.

Penulis, Crew SuaraDionisius

Resensi Buku : Demokrasi Kita (Pikiran-Pikiran Tentang Demokrasi Dan Kedaulatan Rakyat)



Judul buku : Demokrasi Kita (Pikiran-Pikiran Tentang Demokrasi Dan Kedaulatan Rakyat)

Penulis : Mohammad Hatta

Penerbit : Sega Arsy

Tahun terbit : 2009

Tebal : 164 Halaman

Dalam pembangunan kehidupan demokrasi, bangsa Indonesia patut berterima kasih kepada Mohammad Hatta. Dengan tidak mengecilkan peran tokoh-tokoh yang lain, dapat disebut bahwa Mohammad Hatta adalah peletak dasar demokrasi Indonesia dalam arti yang sesungguhnya. Dalam mengembangkan pemikiran demokrasi itu, Mohammad Hatta tidak terjebak pada pola pengembangan pemikiran demokrasi barat sebagaimana kerap menjadi dasar pemikiran tokoh Indonesia yang lain. Konsep demokrasi yang ditawarkan oleh hatta mengacu pada kehidupan demokrasi asli Indonesia, yaitu sistem kehidupan ‘yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat desa.

Seperti akan terlihat, konsep Hatta tentang demokrasi kerap kali mengalami benturan dengan konsep-konsep demokrasi yang ditawarkan oleh tokoh-tokoh Indonesia yang lain, terutama yang paling menonjol adalah benturan dengan pemikiran demokrasi soekarno. Benturan pemikiran itu berkangsung sejak masa pergerakan. Pada masa setelah kemerdekaan, polemik itu kembali terjadi. Soekarno menginginkan demokrasi yang berlaku di Indonesia adalah demokrasi presidensial, sementara Hatta meyakini demokrasi parlementer sebgai bentuk demokrasi yang tepat untuk Indonesia yang heterogen. Lebih luas lagi, Soekarno sangat gandrung dan menganggap persatuan sebagai tujuan, sementara hatta memandang bahwa persatuan hanyalah sebagai alat. Soekarno menghendaki Negara kesatuan, sementara Hatta menghendaki Negara serikat. Soekarno anti demokrasi parlementer, sementara Hatta menginginkan demokrasi parlementer. Soekarno menganggap suara (voting) merupakan tirani mayoritas, sementara Hatta menganggap voting sebagai jalan mencapai mufakat.

Namun diluar semua pemikirannya, Hatta merupakan kampium demokrasi yang paling konsisten dengan gagasan dan pemikirannya. Konsistensi Hatta itu terbukti ketika ia harus mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden demi “menghindari” logika demokrasi terpimpin yang dipaksakan untuk diberlakukan oleh presiden Soekarno. Pada saat itulah Hatta menurunkan tulisan, “Demokrasi Kita”, sebuah tulisan tentang demokrasi yang cukup monumental bagi sejarah politik Indonesia. Dalam posisi diluar “arena kekuasaan” itu, Mohammad Hatta juga masih terus melakukan koreksi dan kritik terhadap presiden Soekarno tentang Demokrasi Terpimpin yang membuat kehidupan demokrasi saat itu berada diambang kehancurannya. Pemikiran-pemikiran Mohammad Hatta tersebut mudah-mudahan dapat membuka kembali wacana tentang kehidupan demokrasi di Indonesia yang hingga hari ini belum menentukan bentuknya yang nyata.

Pada bagian ketiga dalam buku ini, yang berbicara mengenai demokrasi Indonesia dan kedaulatan rakyat mengatakan bahwa : “dalam majalah persatuan Indonesia nomor 109, Si Rakyat menulis perkara demokrasi. Ia mencela demokrasi impor yang bukan kebudayaan kita”. Disini ia menyindir asas pergerakan kita, karena kita memakai dasar kedaulatan rakyat. Akhirnya ia menulis: “Kedemokrasian adalah keyakina keadilan segenap bangsa Indonesia, bukan keyakinan impor yang lain, tetapi merupakan keyakinan Indonesia sejati. Keyakinan ini mesti menjadi semboyan segala partai-partai di Indonesia, dan mesti menjadi dasar susunan Indonesia merdeka di masa yang akan datang. Dasar-dasar Demokrasi yang terdapat dalam pergaulan hidup sasli di Indonesia kita pakai sebagai sendi politik kita. Akan tetapi kita insaf akan pertukaran zaman, insaf bahwa dasar-dasar yang ada dahulu tidak mencukupi sekarang untuk menyusun Indonesia merdeka yang berdasar Demokrasi. Sebab itu, asas asas asli Indonesia harus dicocokkan dengan kehendak pergaulan hidup sekarang, harus dibawa ke tingkat lebih tinggi. Pendeknya, diluaskan lingkarannya dan dilanjutkan tujuannya.

Memang nama dan pengertian Demokrasi itu datang dari barat. Tidak terdapat dalam bahasa kita terdahulu, sebab belum ada juru politik atau juru filsafat dalam pergaulan kita yang menguraikan teori hukum Negara (state recht). Juga perkataan demokrasi yang dipakai oleh Si Rakyat tidak asli. Perkataan itu juga impor! Akan tetapi si pemabuk “asli” memakai saja perkataan itu. Kenapa tidak dicari pula “aslinya” supaya jangan ragu? Partai-partai Indonesia disuruh memakai semboyan “Demokrasi Indonesia” tetapi bagaimana rupa Demokrasi Indonesia itu, hal ini tidak diuraikan. Sebagai contoh disebutnya pengertian Demokrasi di Minangkabau : sepakat. Kita khawatir, kalau-kalau rakyat yang membaca karangan itu, tidak dapat menyesuaikan dasar mufakat di kampung atau di negeri kepada pemerintah Indonesia yang begitu luas daerahnya dan begitu besar urusannya. Semboyan yang demikian, sama dengan semboyan demokrasi bagi politik orang barat. Demokrasi saja tidak berarti lagi, sungguh pun dibarat perkataan itu juga mempunyai pengertian yang asli. Karena sekarang ada Liberale Democratie dan ada pula Sociale Democratie. Semuanya memakai Demokrasi asli barat sebagai dasar.

Disini kita akan selidiki sedikit tentang kedudukan Demokrasi asli di Indonesia supaya tampak jelas akan kosongnya semboyan “Demokrasi Indonesia” untuk menjadi dasar susunan Indonesia merdeka. Di waktu dahulu, sebelum tanah-tanah Indonesia jatuh ke pemerintahan bangsa asing, Demokrasi hanya ada dalam pemerintahan desa, yang bersendi kepada rakyat. Jadinya ada Desa-Demokrasi tetapi tidak ada Indonesia-Demokrasi. Keadaan feodalisme telah mencelakakan rakyat Indonesia sampai diperintah oleh bangsa asing. Demokrasi desa yang mempunyai dasar yang baik, tidak dapat maju dan tinggal pincang bentuknya, karena dipundaknya terdapat otokrasi semata-mata. Jadi, didalam pergaulan Indonesia yang asli demokrasi itu hanya terdapat dibawah. Pemerintahan diatas semata-mata berdasarkan otokrasi. Diatas otonomi desa berdiri Daulat Tuanku, yang melakukan sewenang-wenang yang tiada dikontrol oleh rakyat.

Secara sederhana, pemikiran Mohammad Hatta tentang Demokrasi adalah bahwa sebagai bangsa yang merdeka, Indonesia harus mengisi pengertian semboyan Demokrasi yang semula kosong menjadi berisi berbagaimacam karakteristik dan watak asli bangsa ini. Indonesia tidak boleh begitu saja menerima secara langsung apa-apa yang disebut dengan Demokrasi gaya barat seperti Demokrasi Liberal dan Demokrasi Sosialis. Indonesia harus menentukan sendiri format baru yang baik bagi kemajuan bangsa di kemudian hari. Sehingga Mohammad Hatta lebih senang menyebutnya dengan “Demokrasi Kita”. Tentu hal ini merupakan pembelajaran bagi kita sebagai mahasiswa ilmu politik untuk menentukan kembali dan menggali sejarah perkembangan Demokrasi Asli Made In Indonesia. Tidak semata-mata terpengaruh dengan hegemoni ilmu pengetahuan yang condong terhadap Demokrasi Barat. Melalui buku ini, Mohammad Hatta mengisyaratkan bahwa sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan mandiri, Demokrasi Kita ini harus selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan waktu sehingga terciptanya masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

 

Pikiran-pikiran tentang demokrasi dan kedaulatan rakyat.

Demokrasi yang tercipta dan berkembang di kehidupan bangsa indonesia tidak luputdari peranan mohammad hatta. Tentunya tanpa mengesampingkan tokoh-tokoh lain yang juga menjunjung tinggi azas demokrasi. Hatta juga dapat di katakan sebagaipeletak dasar tentang pemikiran demokrasi di indonesa dalam arti nyata. Dalampemikirannya tentang sebuah demokrasi, hatta tidak terpengaruh pada polademokrasi ala barat, sebagaimana tokoh lain kerap menjadikan hal tersebut dasaruntuk sebuah demokrasi bangsa indonesia. Hatta berpikir, bahwa demokrasi yangmengacu pada landasan barat tidak cocok dengan bangsa indonesia yang kulturkehidupannya   lebih   “hidup”   lebih   bertetangga,    dan    sistem    kehidupannya lebih berlangsung pada kehidupan pedesaan.

Isa kita lihat dengan jelas, konsep demokrasi yang hatta usung selalu berbenturandengan tokoh-tokoh lainnya. !ang paling menonjol adalah benturan pemikiran hattadengan soekarno. Penturan pemikiran tersebut telah berlangsung pada saatindinesia belum juga merdeka pada saat mereka masih melakukan pergerakan bersama. "amun setelah merdeka indonesia polemik benturan yang terjadi semakinterasa. #oekarno ingin maju bersama demokrasi presidensialnya, sementara hattaingin indonesia maju dengan demokrasi parlemennya karena tepat untuk bangsa yang heterogen seperti indonesia. lebih luas lagi perbedaan yang terjadi padamereka saat paham “persatuan” memiliki dua mata berbeda. Hatta menyebutpersatuan adalah alat sedangkan soekarno menyebut persatuan adalah tujuan hidup. Dan saat voting menurut soekarno adalah tirani mayoritas, menurut hata %oting jalan menuju mufakat.

Namun diluar semua perbedaan itu, hatta adalah seorang pelopor demokrasi yangpaling konsisen dengan gagasan dan pemikirannya. Terbukti pada saat hatta harus berani mengambil keputusan lengser dari jabatannya sebagai wakil presiden indonesia, demi menghindari logika demokrasi terpimpin yangdianut oleh soekarno sebagai rekannya. (ada saat itulah hatta menulis sebuah buku yang berjudul demokrasi kita yang tidak lain adalah buku ini dengan semua bentuk pemikirannya akan sebuah demokrasi yang sesuai untuk bangsa yang heterogen. selain itu hatta juga masih melakukan koreksi atau pemantauan tentangperkembangan negara termasuk mengkritik soekarno dengan kebijakannya dalamdemokrasi terpimpin tersebut.

Demikiran hatta ini cocok untuk di baca oleh para awak politik maupun calon- calonmuda yang akan berkecimpung di bidang politik, agar membuka wacana mandiri terkait politisasi negara dan arti dari demokrasi itu sendiri. Dan membukapandangan tentang bentuk nyata indonesia yang masih terkesan absurd hingga saatini. Dalam buku ini juga terdapat ulasan yang cukup mendalam prihal katademokrasi kita dan demokrasi menurut pandangan barat.

sehingga membuat kita berpikir akan demokrasi yang sesungguhnya dan demikrasi yang memang harus bercokol di indonesia sebagai bangs yang heterogen dan tidak homogen.

Secara sederhana, pemikiran mohammad hatta tentang demokrasi adalah bahwasebagian bangsa yang merdeka, harus mengisi kekosongan pengertian darikemerdekaan itu sendiri, sehingga bangsa kita dapat memaknai arti dari demokrasimaupun kemerdekaan itu sendiri. Tentu saja dasar pemikiran yang hatta tuangkandalam buku ini menjadi bahan pengenmangan untuk para mahasiswa umumnya danmahasiswa politik pada khususnya. supaya tercipta awak-awak politik yangmengerti, paham dan mempunyai ideologi tinggi pada negara yang ia tinggali, pelajari dan bela. sehingga nantinya akan tercipta sebuah demokrasi kita yang mengikuti perkembangan zaman dan kultur yang ada di dalam badan bangsa heterogen seperti Indonesia.

Buku yang tidak terlalu tebal ini memiliki isi yang sangat spesifik, mendalam dengan bahasa yang cukup rumit dan pemikiran yang terkadang berbelit dengan nalar kebanyakan orang. Untuk para mahasiswa politik mungkin mudah mencernanya dan langsung mengerti pada maksud setiap prakata dalam buku ini, namun untuk mahasiswa yang tidak memiliki basic ilmu pasti akan sulit memahaminya.

Penulis,  Effento Chorin

Editor, Crew SuaraDionisius