Judul buku : Demokrasi Kita (Pikiran-Pikiran
Tentang Demokrasi Dan Kedaulatan Rakyat)
Penulis : Mohammad
Hatta
Penerbit : Sega Arsy
Tahun terbit : 2009
Tebal : 164 Halaman
Dalam pembangunan kehidupan demokrasi, bangsa
Indonesia patut berterima kasih kepada
Mohammad Hatta. Dengan tidak mengecilkan peran tokoh-tokoh yang lain, dapat disebut bahwa Mohammad Hatta adalah
peletak dasar demokrasi Indonesia dalam arti yang sesungguhnya. Dalam mengembangkan pemikiran demokrasi itu,
Mohammad Hatta tidak terjebak pada
pola pengembangan pemikiran demokrasi barat sebagaimana kerap menjadi dasar pemikiran tokoh Indonesia yang lain.
Konsep demokrasi yang ditawarkan oleh hatta mengacu pada kehidupan demokrasi
asli Indonesia, yaitu
sistem kehidupan ‘yang
berlangsung dalam kehidupan masyarakat desa.
Seperti akan terlihat, konsep Hatta tentang demokrasi
kerap kali mengalami benturan dengan
konsep-konsep demokrasi yang ditawarkan oleh tokoh-tokoh Indonesia yang lain, terutama
yang paling menonjol
adalah benturan dengan pemikiran demokrasi
soekarno. Benturan pemikiran
itu berkangsung sejak masa pergerakan. Pada masa setelah kemerdekaan, polemik itu kembali terjadi. Soekarno
menginginkan demokrasi yang berlaku di Indonesia adalah demokrasi presidensial, sementara Hatta meyakini
demokrasi parlementer sebgai bentuk demokrasi yang tepat untuk Indonesia yang heterogen. Lebih luas lagi, Soekarno sangat
gandrung dan menganggap persatuan sebagai tujuan, sementara hatta
memandang bahwa persatuan hanyalah
sebagai alat. Soekarno menghendaki Negara kesatuan, sementara Hatta menghendaki Negara serikat. Soekarno
anti demokrasi parlementer, sementara Hatta menginginkan demokrasi parlementer. Soekarno
menganggap suara (voting)
merupakan tirani mayoritas, sementara Hatta
menganggap voting sebagai jalan mencapai mufakat.
Namun diluar semua pemikirannya, Hatta merupakan kampium
demokrasi yang paling
konsisten dengan gagasan dan pemikirannya. Konsistensi Hatta itu
terbukti ketika ia harus mengundurkan diri dari jabatan
wakil presiden demi “menghindari” logika demokrasi terpimpin yang dipaksakan untuk diberlakukan oleh presiden Soekarno.
Pada saat itulah
Hatta menurunkan tulisan, “Demokrasi Kita”, sebuah tulisan
tentang demokrasi yang cukup monumental bagi sejarah politik
Indonesia. Dalam posisi diluar “arena kekuasaan” itu, Mohammad
Hatta juga masih terus melakukan koreksi dan kritik terhadap presiden Soekarno tentang Demokrasi Terpimpin yang membuat
kehidupan demokrasi saat itu berada diambang
kehancurannya. Pemikiran-pemikiran Mohammad
Hatta tersebut mudah-mudahan dapat membuka kembali
wacana tentang kehidupan demokrasi di Indonesia yang hingga hari ini belum menentukan
bentuknya yang nyata.
Pada bagian ketiga dalam buku ini, yang berbicara
mengenai demokrasi Indonesia dan kedaulatan
rakyat mengatakan bahwa : “dalam majalah persatuan Indonesia nomor 109, Si Rakyat menulis perkara demokrasi. Ia mencela demokrasi
impor yang bukan
kebudayaan kita”. Disini
ia menyindir asas pergerakan kita,
karena kita memakai
dasar kedaulatan rakyat.
Akhirnya ia menulis: “Kedemokrasian adalah keyakina keadilan segenap
bangsa Indonesia, bukan keyakinan impor yang lain, tetapi merupakan
keyakinan Indonesia sejati.
Keyakinan ini mesti menjadi semboyan segala
partai-partai di Indonesia, dan mesti menjadi dasar susunan Indonesia merdeka di masa yang akan
datang. Dasar-dasar Demokrasi yang terdapat dalam pergaulan hidup sasli di Indonesia kita pakai sebagai sendi
politik kita. Akan tetapi kita insaf akan
pertukaran zaman, insaf bahwa dasar-dasar yang ada dahulu tidak mencukupi
sekarang untuk menyusun Indonesia merdeka
yang berdasar Demokrasi. Sebab itu, asas asas asli Indonesia
harus dicocokkan dengan kehendak pergaulan hidup sekarang, harus dibawa ke tingkat
lebih tinggi. Pendeknya,
diluaskan lingkarannya dan
dilanjutkan tujuannya.
Memang nama dan pengertian Demokrasi itu datang dari
barat. Tidak terdapat dalam bahasa kita terdahulu, sebab belum ada juru politik
atau juru filsafat
dalam pergaulan kita yang menguraikan teori hukum Negara
(state recht). Juga perkataan demokrasi yang dipakai oleh Si Rakyat tidak asli. Perkataan itu juga
impor! Akan tetapi si pemabuk “asli” memakai saja perkataan itu. Kenapa tidak dicari pula “aslinya” supaya jangan
ragu? Partai-partai Indonesia disuruh memakai
semboyan “Demokrasi Indonesia” tetapi bagaimana rupa Demokrasi Indonesia itu, hal ini tidak diuraikan.
Sebagai contoh disebutnya pengertian Demokrasi di Minangkabau : sepakat. Kita khawatir, kalau-kalau rakyat yang
membaca karangan itu, tidak dapat
menyesuaikan dasar mufakat di kampung atau di negeri kepada pemerintah
Indonesia yang begitu luas daerahnya
dan begitu besar urusannya. Semboyan yang demikian, sama dengan semboyan demokrasi bagi politik orang barat. Demokrasi
saja tidak berarti lagi, sungguh pun dibarat perkataan itu juga mempunyai pengertian yang asli. Karena sekarang
ada Liberale Democratie dan ada pula Sociale Democratie. Semuanya
memakai Demokrasi asli barat sebagai dasar.
Disini kita akan selidiki sedikit
tentang kedudukan Demokrasi asli di Indonesia
supaya tampak jelas akan
kosongnya semboyan “Demokrasi Indonesia” untuk menjadi dasar susunan Indonesia merdeka. Di waktu dahulu,
sebelum tanah-tanah Indonesia jatuh ke pemerintahan bangsa asing, Demokrasi hanya ada dalam pemerintahan desa, yang
bersendi kepada rakyat. Jadinya ada Desa-Demokrasi tetapi tidak ada Indonesia-Demokrasi. Keadaan
feodalisme telah mencelakakan rakyat Indonesia sampai
diperintah oleh bangsa asing. Demokrasi desa yang mempunyai dasar yang baik, tidak dapat maju dan tinggal
pincang bentuknya, karena dipundaknya terdapat
otokrasi semata-mata. Jadi, didalam pergaulan Indonesia
yang asli demokrasi itu hanya terdapat
dibawah. Pemerintahan diatas
semata-mata berdasarkan otokrasi.
Diatas otonomi desa berdiri Daulat Tuanku, yang melakukan
sewenang-wenang yang tiada dikontrol oleh rakyat.
Secara sederhana, pemikiran
Mohammad Hatta tentang
Demokrasi adalah bahwa
sebagai bangsa yang merdeka, Indonesia harus mengisi pengertian semboyan Demokrasi yang
semula kosong menjadi
berisi berbagaimacam karakteristik dan watak asli bangsa ini. Indonesia
tidak boleh begitu saja menerima secara langsung apa-apa yang disebut dengan Demokrasi gaya barat seperti Demokrasi
Liberal dan Demokrasi Sosialis. Indonesia harus menentukan sendiri format baru yang baik bagi kemajuan bangsa di
kemudian hari. Sehingga Mohammad Hatta lebih senang menyebutnya dengan “Demokrasi Kita”. Tentu hal ini merupakan
pembelajaran bagi kita sebagai mahasiswa
ilmu politik untuk menentukan kembali
dan menggali sejarah perkembangan Demokrasi Asli Made In Indonesia.
Tidak semata-mata terpengaruh dengan
hegemoni ilmu pengetahuan yang condong terhadap Demokrasi Barat. Melalui buku ini, Mohammad Hatta
mengisyaratkan bahwa sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan mandiri, Demokrasi Kita ini harus selalu disesuaikan
dengan perkembangan zaman dan waktu sehingga
terciptanya masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.
Pikiran-pikiran tentang
demokrasi dan kedaulatan rakyat.
Demokrasi yang tercipta
dan berkembang di kehidupan bangsa indonesia tidak luputdari peranan
mohammad hatta. Tentunya
tanpa mengesampingkan tokoh-tokoh lain yang juga menjunjung tinggi azas demokrasi. Hatta juga
dapat di katakan sebagaipeletak dasar tentang pemikiran
demokrasi di indonesa
dalam arti nyata.
Dalampemikirannya tentang sebuah
demokrasi, hatta tidak terpengaruh pada polademokrasi ala barat, sebagaimana tokoh lain kerap
menjadikan hal tersebut
dasaruntuk sebuah demokrasi bangsa indonesia. Hatta
berpikir, bahwa demokrasi yangmengacu pada landasan barat
tidak cocok dengan bangsa indonesia yang kulturkehidupannya lebih
“hidup”
lebih
bertetangga, dan
sistem kehidupannya lebih berlangsung pada kehidupan
pedesaan.
Isa kita lihat dengan jelas, konsep demokrasi
yang hatta usung selalu berbenturandengan tokoh-tokoh lainnya.
!ang paling menonjol adalah benturan pemikiran
hattadengan soekarno. Penturan pemikiran tersebut telah berlangsung pada saatindinesia belum juga merdeka
pada saat mereka
masih melakukan pergerakan bersama. "amun setelah merdeka indonesia polemik benturan yang terjadi semakinterasa. #oekarno ingin maju bersama demokrasi
presidensialnya, sementara hattaingin indonesia maju dengan demokrasi parlemennya karena tepat untuk bangsa yang
heterogen seperti indonesia. lebih luas lagi
perbedaan yang terjadi
padamereka saat paham
“persatuan” memiliki dua mata berbeda.
Hatta menyebutpersatuan adalah alat sedangkan
soekarno menyebut persatuan
adalah tujuan hidup. Dan saat voting menurut soekarno
adalah tirani mayoritas, menurut hata %oting jalan menuju mufakat.
Namun diluar semua perbedaan
itu, hatta adalah
seorang pelopor demokrasi
yangpaling konsisen dengan
gagasan dan pemikirannya. Terbukti pada saat hatta harus berani mengambil keputusan lengser dari jabatannya sebagai wakil
presiden indonesia, demi menghindari logika
demokrasi terpimpin yangdianut oleh soekarno sebagai
rekannya. (ada saat
itulah hatta menulis
sebuah buku yang berjudul demokrasi
kita yang tidak lain adalah
buku ini dengan semua bentuk pemikirannya akan
sebuah demokrasi yang sesuai untuk bangsa yang
heterogen. selain itu hatta juga masih melakukan koreksi
atau pemantauan tentangperkembangan negara termasuk mengkritik soekarno dengan kebijakannya dalamdemokrasi terpimpin
tersebut.
Demikiran hatta ini cocok untuk di baca oleh para awak politik
maupun calon- calonmuda yang akan berkecimpung di
bidang politik, agar membuka wacana mandiri terkait politisasi negara dan arti dari demokrasi itu sendiri. Dan
membukapandangan tentang bentuk nyata indonesia
yang masih terkesan
absurd hingga saatini.
Dalam buku ini juga terdapat
ulasan yang cukup mendalam prihal
katademokrasi kita dan demokrasi menurut
pandangan barat.
sehingga membuat kita berpikir akan demokrasi yang sesungguhnya dan demikrasi yang
memang harus bercokol
di indonesia sebagai bangs yang heterogen dan tidak homogen.
Secara sederhana, pemikiran
mohammad hatta tentang
demokrasi adalah bahwasebagian bangsa yang merdeka,
harus mengisi kekosongan pengertian darikemerdekaan itu sendiri, sehingga bangsa kita dapat
memaknai arti dari demokrasimaupun kemerdekaan itu sendiri. Tentu saja dasar pemikiran
yang hatta tuangkandalam buku ini menjadi
bahan pengenmangan untuk para mahasiswa
umumnya danmahasiswa politik
pada khususnya. supaya tercipta awak-awak
politik yangmengerti, paham dan mempunyai ideologi tinggi pada
negara yang ia tinggali, pelajari dan bela. sehingga nantinya akan
tercipta sebuah demokrasi kita yang mengikuti perkembangan zaman dan kultur yang ada di dalam badan
bangsa heterogen seperti Indonesia.
Buku yang tidak terlalu tebal ini memiliki
isi yang sangat spesifik, mendalam
dengan bahasa yang cukup rumit dan pemikiran yang terkadang berbelit
dengan nalar kebanyakan orang. Untuk para mahasiswa politik
mungkin mudah mencernanya dan langsung mengerti pada maksud setiap prakata dalam buku ini,
namun untuk mahasiswa yang tidak memiliki basic ilmu pasti akan sulit memahaminya.
Penulis, Effento Chorin
Editor, Crew SuaraDionisius