Saturday, February 27, 2021

PMKRI PALANGKA RAYA AKAN GELAR RAPAT UMUM ANGGOTA CABANG KE-XIX


Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Cabang Palangka Raya “Sanctus Dionisius” akan menyelenggarakan kegiatan Rapat Umum Anggota Cabang Ke-XIX pada 12 – 14 Maret 2021.

Rapat Umum Anggota Cabang atau yang biasa disingkat RUAC merupakan forum legislatif dan yudikatif tertinggi di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia. Pada momentum RUAC, seluruh anggota PMKRI dikumpulkan untuk membahas dan menetapkan Garis Besar Program Cabang, mengevaluasi dan menetapkan Anggaran Rumah Tangga Cabang (ARTC), memilih dan menetapkan Panitia Ad Hoc, serta mengevaluasi laporan pertanggungjawaban hasil kerja DPC PMKRI Cab. Palangka Raya Periode 2019-2021 kemudian memilih Mandataris RUAC/Formatur Tunggal/Ketua Presidium DPC PMKRI Cab. Palangka Raya Periode 2021-2022.

Pada Rapat anggota yang telah dilaksanakan pada 09 Februari 2021 yang lalu telah terpilih Ketua Panitia RUAC yaitu Cenura Wiati, Sekretaris Panitia yaitu Matius Valentino .J dan Bendahara Panitia yaitu Cornelisen Christianto. Cenura Wiati mengatakan tema yang diusung dalam kegiatan RUAC ke-XIX kali ini adalah “Kader Sejati Bukan Untuk Dilayani Melainkan Terpanggil Untuk Melayani” dengan sub tema “Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Markus 10 : 43-44).

“Dengan meneladani Tuhan Yesus, sikap melayani bukan dilayani adalah hal yang harus tertanam dalam diri kader. Karena menjadi seorang pemimpin dituntut untuk mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi”, ujarnya sesuai dengan apa yang menjadi konsep dari Steering Committee RUAC Ke-XIX.

Sementara itu, Ketua Presidium PMKRI Cab. Palagka Raya “Sanctus Dionisius” Periode 2019-2021 Egi Praginanta, SE mengatakan bahwa PMKRI Cabang Palangka Raya mempunyai masa kepengurusan 18 bulan. Sejak menjabat mulai Juni 2019 lalu, DPC PMKRI Cabang Palangka Raya periode 2019-2021 kini berada di akhir kepengurusan. Yang dimana harapannya estafet kepemimpinan akan dilanjutkan oleh kader-kader yang mampu membawa PMKRI Cabang Palangka Raya semakin maju dan menjadi laboratorium pengembangan diri bagi para anggota.

“Perhimpunan ini menitikberatkan regenerasinya pada pembinaan kader yang kuat agar selalu siap dengan wawasan, mental dan semangat perjuangan mahasiswa Katolik serta jiwa nasionalisme yang luas. Melalui kegiatan RUAC ini semoga menjadi momentum yang menyatukan semangat dan solidaritas kader untuk melanjutkan estafet kepengurusan dan roda organisasi lebih baik ke depannya” pungkas Egi.

ANALISIS SOSIAL MASYARAKAT

Oleh: Cornelisen Christianto

Gambar 1: Berbincang-bincang sembari menunggu durian jatuh dari pohonnya

Pada tanggal 31 sampai 2 febuari 2021, kami sedang melakukan Live In kegiatan Latihan Kepemimpinan Kader (LKK), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cab. Palangka Raya, yang bertempat di desa Jinggah, Muara Teweh. Saat itu kami di bagi menjadi beberapa kelompok, yang mana 1 kelompok terdiri dari 2 orang. Adapun tujuan dari di lakukannya Live In ini adalah untuk lebih memahami kondisi kehidupan sosial yang ada di lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sosial keluarga. Waktu itu kami berdua di arahkan oleh panitia untuk tinggal selama 3 hari di salah satu rumah umat katolik yang ada sana. sesampainya kami di rumah yang akan kami tempati ialah kediaman dari keluarga bapak Tarsisius, kami di terima dengan sangat baik dan di perlakukan sebagai keluarga sendiri.

Selama kami berada di sana, ada banyak hal baru yang kami dapatkan dan juga pengalaman-pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. salah satunya memahami dan mengetahui kehidupan masayarakat yang ada di sana. Yang mana masyarakat di sana ada yang bekerja mayoritasnya sebagai penyadap karet dan petani. Namun dalam hal ini juga terdapat kendala saat mereka melakukan pekerjaannya, yang di sebabkan oleh hujan. Ketika turunnya hujan menjadi tantangan bagi masyarakat penyadap karet untuk menunda pekerjaannya, hal ini juga dapat di gunakan untuk bisa berkumpul bersama keluarga di rumah.

Pada beberapa waktu lalu kami sempat di ajak oleh Ibu krispina pergi ke kebun untuk mengambil buah, durian. Saat di dalam perjalanan, kami melihat juga di kiri kanan jalan orang-orang ramai mendagangan hasil kebunnya dan ada juga masyarakat yang memiliki tempat usaha seperti warung, bengkel, rumah makan. Dan ada juga Universitas seperti STIE, POLITEKNIK.

Adapun juga informasi yang kami peroleh yaitu tentang masalah kenakalan remaja yang ada di sana, seperti remaja yang mengkonsumsi obat-obatan terlarang, minuman oplosan, juga narkoba yang sudah memasuki daerah tersebut. Hal ini juga menjadi keresahan bersama, karena ini dapat menimbulkan korban jiwa akibat saat mereka mabuk mengkonsumsi barang-barang tersebut. Sehingga permasalahan ini sangat di butuhkan ketegasan dari pihak berwajib dalam mengatasi masalah ini, maupun peran serta perhatian baik dari para orang tua dan juga gereja, untuk mengedukasi para remaja lebih baik melakukan hal-hal yang bermanfaat guna lebih meminimalisirkan kenakalan juga pergaulan bebas dari para remaja tersebut.

Gambar 2: Bersantap rukun bersama keluarga dan menikmati hasil berkebun

MEMANFAATKAN DAN MENGOPTIMALKAN YANG ADA UNTUK LEBIH HIDUP DAN PRODUKTIF

 Oleh: Rahel Dewi Sartika

Gambar 1: Peserta Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) PMKRI

Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) merupakan salah satu tahapan dalam tiga tahapan pendidikan formal di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia atau biasa disingkat PMKRI. Pada kegiatan LKK kali ini, diadakan beberapa kegiatan selain kegiatan inti yakni seminar Nasional dan live in bagi para peserta. Kegiatan live in dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari materi-materi yang beberapa hari sebelumnya telah dibekalkan kepada setiap peserta. Panitia memberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam hidup masyarakat secara umum dan umat Katolik secara khusus.

Pada kegiatan kali ini, kami Live in di desa Jingah, Kecamatan Teweh Baru Kabupaten Barito Utara. Saya dan Cornelisen Christianto ditempatkan di rumah keluarga bapak Tarsisius dan Ibu Kerispina, sebuah keluarga Katolik yang begitu rukun dan hangat. Ketika pertama kali tiba di rumah kami disambut dengan hangat oleh ibu Kerispina dan dua orang anak dari keuarga ini, Carrisa dan Carel.  Mereka begitu antusias akan kehadiran kami dan melayani kami seperti melayani anggota keluarga mereka sendiri.

 Gambar 2: Bapak Tarsisius dan Ibu Kerispina

Bapak Tarsisius merupakan seorang karyawan yang bekerja di perusahaan tambang batu bara, ibu Kerispina merupakan seorang ibu rumah tangga, Carel seorang putera dari keluarga ini sedang duduk dibangku sekolah dasar dan putrinya, Carissa yang sudah lulus SMA. Keluarga ini bisa digolongkan ke kelas menengah ke atas sebab mereka memiiki rumah yang cukup bagus, kebun karet, kebun sawit juga tabungan.

Ibu Kerispina bercerita bahwa kebun sawit dan kebun karet mereka tidak terkelola karena tidak ada yang mengurus dan mengelolanya sebab bapak Tarsisius sibuk bekerja di perusahaan. Bapak Tarsisius setiap hari selalu bekerja di perusahaan mulai pukul 6 pagi sampai pada pukul 4 sore hari. Sangat disayangkan, kebun karet dan sawit ini tidak dikelola sedangkan harga karet cukup tinggi. Sebenarnya keluarga bapak Tarsisius bisa memanfaatkan kebun tersebut untuk menambah penghasilan dengan mempekerjakan orang yang bisa dipercaya untuk mengelola kebun sehingga lebih produktif. Selain dapat menjadi sumber pemasukan, juga dapat membantu memberikan pekerjaan yang dapat membantu perekonomian pegawai upahan mereka.

Sebagai masukan, keluarga Pak Tarsisius bisa menggunakan uang tabungan mereka untuk memulai semua ini, membuat aset yang mereka miliki menjadi lebih produktif serta memiliki nilai ekonomis yang bisa membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi dan sejahtera. Tidak perlu khawatir, karena uang yang digunakan untuk membiayai rencana ini akan menjadi berkat dan uang yang lebih banyak dengan memanfaatkan aset yang ada. Sehingga  keluarga bapak Tarsisius memiiki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul bersama.

Penulis mengucapkan terimakasih banyak atas kesempatan luar biasa yang dianugerahkan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan LKK ini. Panitia memberi kesempatan untuk saya mengalami kehidupan yang sama seperti masyarakat dan umat Katolik di desa Jingah. Juga limpah terimakasih kepada keluarga Bapak Tarsisius  dan Ibu Kerispina yang telah menerima kami di dalam keluarga dan rumah mereka. Pertemuan kami memang sungguh singkat tetapi banyak hal yang kami dapatkan dari keluarga ini. Kesan mendalam terlebih bagi ibu Kerispina, seorang ibu pendoa yang memberi saya teladan bahwa apapun kesibukan kita, harus selalu berkomunikasi dan menyapa Yang Kuasa, Yesus Kristus.



Gambar 3:  Pengukuhan (kiri), Keluarga Ibu Kerispina (Tengah dan Kanan)



PEMBERDAYAAN DAERAH CAFE WAYANG (SKY CAFE) UNTUK MASYARAKAT DESA JINGAH

 Oleh : Elsa Diany Tanjung

Gambar 1. Peserta dan panitia

PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Khatolik Republik Indonesia ) pada tanggal 31 januari -2 Febuari 2021 melakukan kegiatan live in di desa Jingah, Muara Teweh, Barito Utara. Pada saat itu di ikuti oleh peserta PMKRI Palangka Raya dan Banjarmasin berjumlah 18 Orang.dengan tujuan berbaur dengan masyarakat dan ikut merasakan hidup bersosial di masyarakat.

Pada saat itu kami di bagikan per 2 orang dalam 1 kelompok untuk hidup di salah satu keluarga yang menjadi tempat kami tinggal.Yaitu keluarga ibu Susan atau bisa di sebut Mamah Sania dan Bapak Sania. Mereka mempunyai 3 orang anak, 2 perempuan 1 laki-laki.

Gambar 2. Ayah dan Ibu Kaluarga Bapak Sania

Gambar 3. Anak Kaluarga Bapak Sania

Pada saat itu kami menganalisis kehidupan masyarakat yang ada di daerah tersebut,Berhubung saya waktu itu mau menuju perkebunanan dan tidak sengaja saya melewati daerah yang masih termasuk dalam desa jingah di situ saya menemukan sebuah cafe yang menjadi daya tarik kalangan masyarakat karena tempatnya yang begitu mumpuni untuk tempat santai karna berad di atas bukit nama cafe nya yaitu sky cafe/Cafe Wayang.Disitu saya ketika melihat dari atas begitu luar biasa indahnya dan juga seluruh kota yang ada di muara teweh bisa terlihat dari atas tersebut.Banyak yang berwista di tempat tersebut baik dari luar maupun dalam kota.

Gambar 4. Foto pemandangan Bukit Wayang Cafe

Gambar 5. Pemandangan di atas bukit wayang

Menurut Karen seorang pemudi yang tinggal di desa tersebut bahwa salah satu cafe yang mempunyai keindahan di atas adalah satu-satunya cafe yang di atas bukit dari cafe-cafe yang lainnya, itu menjadi peluang besar bagi pemilik cafe tersebut karena sangat strategis juga wilayah tersebut. Menurut informasi dari orang yang tinggal di daerah tersebut bahwa cafe itu baru berdiri tahun 2017 yang lalu dan menurut laman yang saya baca di google bahwa cafe yang adaa di daerah tersebut belum mendapat izin dan belum melaporkan kepada lurah setempat dan kalo sekarang masih kurang jelas informasinya bahawa cafe tersebut sudah atau belumnya mendapatkan iizin usaha tersebut.

Yang saya lihat di daerah cafe tersebut masih belum tersusun rapi dan belum di bersihkan dengan baik karena saya lihat masih ada tumpukan tanah liat yang masih belum di ratakan dan juga pagarnya masih belum terlalu di hias dengan dekorasi dan sebagainya. Dan ketika kami pulang, kondisi parkiran yang masih beum ada yang mengurus dan juga masih berantakan membuat motor susah keluar dan mengahalangi jalan.

Harapan saya dari tulisan ini Cafe Wayang sudah mumpuni untuk wisatawan datang dan juga sudah mempunyai pelanggan yang banyak apalagi ketika malam minggu, semoga kiranya pihak cafe tersebut dapat memebersihkan, memberi dekorasi di sekitar cafe tersebut agar lebih menarik lagi dan juga semoga cafe tersebut bisa secepatnya melaporkan ke lurah setempat jika masih belum mendapatkan izin usaha, dan bagi warga di daerah jingah bisa memanfaatkan daerah tersebut untuk di jadikan lahan parkir dengan tersusun rapi tidak menutupi jalan sehingga terlihat menarik dan bisa mengurangi saingan dengan cafe lain.

Sekian dari tulisan saya, saya memohon maaf jika ada salah kata dan tingkah laku perbuatan saya. Yang menyakiti dalam tulisan ini saya memohon maaf, kurang dan lebihnya saya ucapkan terima kasih.




Friday, February 26, 2021

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA JINGAH

Oleh : Eduardus Setno



Gambar 1: di Gereja bersama umat stasi Jingah

Berkehidupan sosial adalah suatu hal akan di alami oleh setiap orang yang ingin hidup bermasyarakat dangan ada suatu interaksi di dalamnya. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang sifatnya positif yang ditanamkan dari sejak dini pada setiap diri sesorang.

 

Desa Jingah merupakan desa yang terletak di daerah Kabupaten Barito Utara yang berdekatan langsung tidak jauh dari kota Muara Teweh dan aliran sungai Barito. Kehidupan sosial budaya di desa Jingah yang terlihat masih sangat berkarakter dan terjaga terkhusus daerah RT. 13. Hal ini membuat ketertarikan sendiri dari setiap orang dengan masyarakat sekitar, solidaritas dan juga toleransi yang dimiliki masyarakat desa Jingah patut menjadi contoh sebab inilah yang menjadi nilai penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Kebiasaan masyarakat dalam hal bekerja, bergotong royong, berkomukasi masih terlihat jelas dan masih diturunkan.

 

Masyarakat ketika ada kegiatan masih terlihat saling membantu satu sama lain tanpa memandang siapapun yang sedang mereka bantu. Hal inilah yang menghidupkan suasana dan keharmonisan masyarakat terkhusus di desa Jingah. Aktivitas sebagian besar masyarakat bekerja di kebun dan usaha kecil kecilan, seperti sekarang pada saat musim buah, masyarakat dapat menjadikan itu sebagai salah satu sumber pangan ataupun sumber penghasilan walaupun tidak seberapa tetapi setidaknya dapat membantu kebutuhan setiap keluarga.

Keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat desa Jingah juga bisa dijadikan sebagai contoh yang baik bahwa kebudayaan masih tetap terjaga seperti dalam hal bercocok tanam.


Gambar 2: Berkumpul bersama umat seusai masak Bersama


Permasalahan yang terjadi di sekitar masyarakat hampir tidak terlihat karena nilai kebudayaan solidaritas dan toleransi mereka yang tinggi dan kuat. Walaupun ada tetapi hal itu tidak akan berpengaruh karena masyarakat sudah lama tinggal dan saling mengenal satu sama lain sehingga tidak ada kesenjangan yang terjadi di masyarakat. Permasalahan yang terjadi biasanya datang dari luar seperti tindakan pencurian dan juga pendatang baru yang mungkin saja membuat adanya persaingan dengan masyarakat asli disekitar tetapi ini sangat jarang terjadi.



Gambar 3: Gotong royong membersihkan halaman rumah


PEMBELAJARAN HIDUP YANG BERHARGA DARI KELUARGA MAMA ANDRI

 Oleh : Dewinia Halawa


Gambar 1. Rumah Keluarga Mama Andri

Sebagai salah satu peserta latihan kepemimpinan kader (LKK) Perhimpunan Mahasiswa katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Palangkaraya, maka sayapun ikut serta dalam kegiatan live in yang dilaksanakan pada tanggal 31 januari-2 februari 2021 di Kelurahan jingah, Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara. Dalam kegiatan ini jumlah keseluruhan sebagai peserta LKK ada 18 peserta yang sebagiannya berasal dari Cab.Banjarmasin. Kemudian kami dibagi perkelompok dimana setiap satu kelompok terdiri dua orang. setelah itu, kami disuruh setiap kelompok untuk melakukan analisis kehidupan sosial dan analis kehidupan keluarga selama 3 hari. Lalu saya dan teman saya Rizky Pratama langsung diarahkan dan disuruh oleh panitia untuk mencari salah satu rumah umat stasi jingah atas nama mama Andri dengan ciri-ciri banyak anjing disamping rumah. Kemudian kamipun langsung bergegas untuk mencari rumah mama Andri, dan akhirnya kami bisa menemukan lokasi rumah tersebut tepatnya di RT.04. Sesampainya dilokasi Rumah mama Andri kami langsung di sambut dengan baik dan dianggap seperti anak sendiri

Dirumah yang sederhana keluarga tersebut hidup dan tinggal bersama bapak Rolin dan Mama Andri. Mereka dikarunia 5 orang anak, tiga perempuan dua laki-laki. Anak pertama sudah lulus kuliah serta lulus PNS dan sekarang bekerja menjadi guru, anak kedua masih duduk dibangku kuliah semester akhir, anak ketiga duduk dibangku sekolah menengah atas kelas dua, anak keempat masih duduk dibangku SD kelas empat, dan anak ke lima masih berumur tiga tahun.

sehari-hari mereka hidup layaknya keluarga-keluarga lain yang pada umumnya, dimana pekerjaan Bapak Rolin sebagai pekerja di kebun sawit dengan pendapatan perhari kurang lebih 3 ton buah sawit seharga 250 perhari. Dan mama Andri bekerja sebagai petani karet dengan pendapatan kurang lebih 60 kg perminggu dengan harga yang tidak menentu. Namun, setelah bercerita panjang dengan mama Andri dan Bapak Rolin mereka mengatakan bahwa pendapatan mereka sering sekali tidak menentu bahkan ada saat-saat mereka mengalami krisis ekonomi. Katanya, itu disebabkan oleh curah hujan yg menyebabkan tidak bisa menyadap karet, panen yang tidak menentu,dan juga masih adanya oknum-oknum yang melakukan pencurian karet bahkan kata mama Andri sendiri ini sering sekali terjadi. Berkaca dari peristiwa tersebut khususnya untuk oknum-oknum yang melakukan pencurian karet maka yang menjadi solusi utamanya adalah dengan mengadakan pos kamling untuk keamanan dan juga memelihara anjing untuk menjaga sekitaran rumah dari pencurian.


Gambar 2. Suasana Kebun Karet


Namun, ada satu hal yang membuat saya bangga, senang, bahkan terharu bisa bertemu dan tinggal dirumah mereka selama 3 hari. Yaitu dibalik keterbatasan finansial dan hidup terkadang serba kekurangan. Bapak Rolin dan mama Andri mengatakan bahwa ini tidak menjadi kendala utama dalam menyekolahkan seorang anak sampai kejenjang yang lebih tinggi karna katanya yang lebih utama adalah mensyukuri apa yang kita punya saat ini tanpa harus mengada-ngada, mempunyai prinsip hidup yang kuat, bertahan dalam keserdehanaan, mengutamakan pendidikan anak, dan tidak memprioritaskan harta katanya “harta paling berharga adalah ketika seorang anak bisa menggapai cita-cita” untuk mengangkat harkat atau martabat keluarga.


Gambar 3. Membersihkan Halaman Rumah Keluarga Mama Andri

Hal inipun saya secara pribadi sebagai seorang mahasiswa tidak bisa berkata apa- apa,saya hanya bisa mendengar dan merenungi apa yang mereka sampaikan kepada kami saat itu. Karna itu memang benar dengan sikap yang selalu bersyukur maka resiko pekerjaan selalu dimudahkan, dengan tekad dan prinsip hidup yang kuat maka segala sesuatunya yang kita anggap mustahil untuk tercapai maka bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, terus berani dan optimis bahwa semua permasalahan ada jalannya.

 

Gambar 4. Foto Bersama di Gereja Stasi Jingah







KEBUDAYAAN YANG TERLESTARI

 Oleh : Cenura Wiati

Gambar 1 Bersama keluarga mamah Glen

Arus globalisasi yang begitu cepat melanda muka bumi, menyebabkan sentuhan dan interaksi budaya dari berbagai arah tak terhindarkan, tak jarang banyak orang yang meninggalkan kebudayaannya sendiri untuk mengikuti arus perkembangan zaman, kebudayaan yang diturunkan langsung oleh nenek moyang semakin dianggap kuno oleh masyarakat masa kini.

Lain halnya dengan keluarga Pluspa atau yang sering disebut dengan mamah glen yang mempunyai satu orang suami dan tiga anak serta dua saudara kandungnya yang menetap disekitar rumahnya didaerah kabupaten Barito Utara tepatnya di Desa Jingah, sebagai suatu keluarga besar yang masih mempertahankan kebudayaan entah kebudayaan dalam hal makan bersama, berkumpul hanya sekedar bercerita pengalaman hidup, bahkan tak jarang keluarga ini berlatih permainan sumpit atau nyipet (Bahasa Dayak) yang dimana dulunya sumpit atau sipet (Bahasa Dayak) ini digunakan oleh masarakat Dayak untuk berburu dan berperang, namun pada zaman sekarang sumpit ini digunakan untuk perlombaan pada olahraga daerah. Olahraga sumpit tidak jauh berbeda dengan olahraga yang lainnya seperti olahraga tembak atau olahraga panah. Biasanya untuk sasarannya dibuat lingkaran dari karton atau kertas. Peserta lomba berlomba-lomba untuk mengenai lingkaran yang telah dibuat dengan jarak yang telah ditentukan. Tak jarang keluarga mamah Glen ini mengikuti ajang perlombaan dan memenangi setiap perlombaan terbukti banyak pila dan dokumentasi kejuaraan yang dipajang dirumahnya, namun sangat disayangkan karena masa pandemi sekarang ini membuat banyak ajang perlombaan sumpit dibatalkan selain permainan tradisional keluarga ini masih menguasi berbagai Bahasa yang digunakan sehari hari untuk berinterasi yaitu, Bahasa Dayak Maanyan, Dayak Tawoyan, Dayak Bakumpai, dan Dayak ngaju.


Gambar 2  Latihan Manyipet

Pelestarian kebudayaan seperti ini harus tetap dilakukan  dan menjadi  tren masa kini yang sangat perlu diwariskan pada generasi penerus sebagai sebuah nilai budaya yang penting bagi kelestarian budaya sendiri. 

Gambar 3 Makan Bersama 



PENTINGNYA PERHATIAN PEMERINTAH TERHADAP PERTANIAN DI KELURAHAN JINGAH

 Oleh : Nesa Cristia & Musy Denada

Gambar 1. Melihat Kebun Durian 

Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) yang dilaksanakan oleh PMKRI Cab. Palangka Raya, melakukan kegiatan live in selama tiga hari, yang dilaksanakan dari tanggal 31 Januari-02 Februari 2021 yang dimana tempat pelaksanaannya berada di Kelurahan Jingah, Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara. Kegiatan ini di ikuti oleh 18 peserta yang dimana 3 orang peserta berasal dari PMKRI Cab. Banjarmasin. Tujuan live in ini sendiri adalah agar kita mengetahaui dan paham bagaimana kehidupan masyarakat dan kehidupan keluarga dari aspek sosial. Pada kegiatan ini kami dibagi menjadi 9 kelompok, yang dimana satu kelompok terdiri atas 2 orang. Kemudian setiap kelompok diarahkan untuk tinggal bersama umat Katolik di Kelurahan Jingah, yang sudah ditentukan sebelumnya. Saat itu saya dan teman saya Musy Denada berjalan untuk mencari rumah seperti yang sudah diciri-cirikan, sesampainya kami di tempat yang telah ditentukan yaitu rumah Bapak Resda atau Bapak Agustinus Garus kami disambut dengan hangat oleh keluarga ini.

Selama kami tinggal di rumah Bapak Resda banyak hal yang dibicarakan, namun yang sangat menarik adalah ketika berbicara masalah pertanian yang ada di Kelurahan Jingah yang dimana kurangnya perhatian pemerintah terhadap pertanian yang ada di Kelurahan tersebut padahal besar potensi pertanian yang ada. Seperti tidak adanya pembinaan serta penyuluhan pertanian dari Dinas Pertanian sehingga kurangnya skill masyarakat dalam hal bertani, tidak adanya kelompok tani, serta tidak tersedianya alat mesin pertanian dari pemerintah setempat. Padahal jika kita telisik lebih jauh banyak sekali kekayaan alam yang terdapat di Kelurahan ini misalnya buah-buahan yang melimpah, serta kebun karet yang luas. Hanya saja kurang dalam hal pengelolaannya, karena kurangnya pengetahuan serta keahlian yang ada.                          

Melihat situasi tersebut seharusnya pemerintah serta dinas pertanian lebih memperhatikan serta memberikan hak yang seharusnya diterima oleh kelurahan tersebut. Agar pertanian di tempat tersebut lebih terkelola serta hasil yang didapat nyata dirasakan oleh masyarakat.

PENTINGNYA PROFESI MENYEDAP KARET UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP

Gambar 2. Menyedap Karet

Tidak dapat dipungkiri bahwa profesi sebagai penyadap karet sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat terutama seperti yang terlihat di Kelurahan Jingah. Sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai penyadap karet, seperti halnya  keluarga Bapak Resda atau Agustinus Garus, yang dimana pendapatan pada umumnya ditentukan dari hasil penjualan karet. Sebenarnya keluarga ini memiliki kebun karet yang luas serta milik sendiri hanya saja dari Bapak Resda kurangnya pengetahuan dalam budidaya karet yang menjadi salah satu kelemahan keluarga tersebut.

Pada umumnya masyarakat yang berada di Kelurahan Jingah menanam karet lokal, yang dimana pemeliharaan serta hasilnya pun berbeda jika dibandingkan karet unggul. Karet lokal umumnya menghasilkan getah yang lebih sedikit jika bila dibandingkan dengan karet unggul.  Jika karet unggul harus diberikan pupuk secara rutin beda halnya dengan karet lokal yang tidak mengharuskan pemberian pupuk.

Sebenarnya antara karet lokal dan karet unggul ini memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Hanya saja kita dituntut untuk memahami bagaimana pemeliharaan serta pengelolaan pohon karet agar dapat menghasilakan getah karet yang banyak, agar memaksimalkan penghasilan yang didapat untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Harapannya masyarakat mendapatkan penyuluhan pertanian tentang cara budidaya karet, agar penghasilan dapat mencukupi kehidupan keluarga tersebut.





PEMBENAHAN PELAYANAN PUBLIK BAGI MASYARAKAT DESA JINGAH

 Oleh : Rizky Pratama .L

Gambar 1. Jalan Sekitar Pemukiman di RT. 04 Desa Jingah

Pada Latihan Kepemimpin Kader (LKK) PMKRI Cab. Palangka Raya melakukan kegiatan Live In di Desa Jingah, Kel. Jingah, Kec. Teweh Baru, Kab. Barito Utara selama 3 hari dari tanggal 31 s/d 2 Februari 2021. Dalam kegiatan ini juga diikuti teman-teman PMKRI Cab. Banjarmasin ada 3 peserta, dengan jumlah seluruhnya ada 18 peserta, tujuan kegiatan Live In ini agar memahami kehidupan masyarakat dan kehidupan keluarga dari segi aspek sosial. Kamipun dibagi 9 kelompok dan terdapat 2 orang dalam 1 kelompok, lalu diarahkan untuk tinggal di rumah umat Katolik di stasi Jingah sesuai lokasi masing-masing yang diberikan panitia. Adapun saya bersama teman saya bernama Dewi langsung menuju lokasi sesuai yang diarahkan panitia, sesampainya di lokasi yang berada dikediaman keluarga mama Andri di RT. 04 kami diterima dengan baik dan diperlakukan seperti anak sendiri, karena keterbatasan perlengkapan pribadi seperti pakaian dan peralatan mandi, memahami hal tersebut keluarga mama Andri menyediakan keperluan kami selama tinggal di rumahnya.

Selama kami tinggal dirumah keluarga mama Andri dan berbincang dengan masyarakat setempat banyak hal yang saya temukan, khususnya dalam Pelayanan Publik di desa ini. Dari hasil informasi yang saya dapat melalui penyampaian beberapa masyarakat setempat berkaitan dengan Pelayanan Publik di desa ini belum maksimal dilaksanakan. Salah satunya pembangunan infrastruktur jalan menuju pemukiman keluarga mama Andri yang kami tempati masih belum mengalami perbaikan, karena dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan dialihkan ke penanganan COVID-19 sehingga pembangunannya terhambat. Maka pemerataan pembangunan infrastuktur jalan di desa inipun masih belum seluruhnya mengalami perbaikan. Hal tersebut juga disebabkan karena sistem birokrasi di desa ini masih belum efektif, seperti Pemerintah Desa dan Badan Pelayanan yang berada di tataran desa ditiadakan. Karena dalam Pelayanan Publik di Desa peran birokrasi ini sangat sentral juga agar tercapainya pembangunan desa yang maju dan mandiri.


Di desa Jingah sistem birokrasi yang berperan dalam memberi pelayanan publik bagi masyarakat setempat langsung dari Kelurahan, sehingga pelayanan yang diterima tidak merata dirasakan oleh masyarakat. Pernah terjadi dalam pergantian Lurah masyarakat setempat tidak mengetahui hal tersebut. Dalam status kepemimpinan saja masyarakat tidak mengetahui, bagaimana dengan memberi pelayanan yang maksimal bagi masyarakat. Ini yang terjadi di desa Jingah yang saya temukan berdasarkan penyampaian masyarakat setempat.

Gambar 2. Kantor Kelurahan Jingah

Berangkat dari kondisi tersebut, maka solusi yang harus dilakukan agar pelayanan publik di desa ini berjalan maksimal, seharusnya peran Pemerintah Desa dan Badan Pelayanan yang berada di tataran desa dibentuk melalui prosedur yang ada. Kepala Desa sebagai pemegang kendali pelayanan yang berada di desa Jingah dipilih langsung oleh masyarakat dan memegang amanah masyarakat maka dalam melakukan pelayanan akan berorientasi pada pembangunan dan kemajuan desa, melalui musyawarah rencana pembangunan desa (musrenbang) sebagai bentuk keterbukaan pelayanan Pemerintah Desa bagi masyarakat dalam pembangunan dan meidentifikasi potensi yang mampu dioptimalkan sebagai arah yang jelas menurut skala prioritas pembangunan desa sehingga tercapainya desa yang maju dan mandiri.


PERNIKAHAN GEREJA KATOLIK

Oleh Matius Valentino Jehatut


Foto Bersama Keluarga Bapak Sania

Pada kegiatan Latihan Kepemimpinan Kader dilaksanakan live in pada tanggal 31 januari sd 02 febuari 2021 dimana kami peserta LKK langsung turun ke lingkungan sekitar Desa jingah yang langsung di beri arahan oleh panitia, dan kami langsung di beri petunjuk menuju rumah bapak Sania, awalnya saya dan Kak elsa sempat tersesat tidak tau dimana letak rumah bapak sania, tetapi ramahnya masyarakat Desa Jingah langsung menunjukan rumah bapak sania, setiba kami di rumah bapak sania, kami di sambut dengan hangat oleh keluarga seperti rasanya keluarga sendiri yang saya rasa, banyak pelajaran yang saya dapat di dalam keluarga bapak sania.

Selama kami tinggal bersama keluarga bapak sania, banyak perbincangan yang kami bicarakan mengenai lingkungan sekitar dan keluarga, yang saya bicarakan adalah konflik dari keluarga bapak sania, mengenai perbedaan kepercayaan antara ibu sania dan bapak sania, yang dimana bapak sania menganut kepercayaan agama Hindu kaharingan, sedangkan ibu sania menganut kepercayaan agama Kristen Katolik, dimana pernikahan ibu sania dan bapak sania itu di laksanakan secara nikah adat tetapi tidak secara nikah kekatolikan, seperti yang di sampaikan dosen Agama Jika dalam pernikahan secara katolik dapat menyambut Tubuh dan darah Kristus, sedangkan jika dalam pernikahan tidak secara Katolik tidak di perkenankan menyambut Tubuh dan darah Kristus, menurut ajaran Gereja Katolik.

Adapun Persyaratan Jika Nikah Beda Agama menurut Gereja Katolik

1.                                  Pihak Katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya meninggalkan iman serta memberi janji dengan jujur bahwa ia akan berbuat segala sesuatu dengan sekuat tenaga agar semua anaknya dibaptis dan dididik dalam Gereja Katolik.

2.                                 Mengenai janji-janji yang harus dibuat oleh pihak Katolik itu pihak lain hendaknya diberi tahu pada waktunya, sedemikian jelas bahwa ia sungguh sadar akan janji dan kewajiban pihak Katolik.

3.                              Kedua pihak hendaknya diberi penjelasan mengenai tujuan-tujuan serta sifat hakiki perkawinan, yang tidak boleh dikecualikan oleh seorang pun dari keduanya.

4.                                     Pernikahan beda agama dianggap sah jika dilakukan di hadapan romo dan dua orang saksi.

Solusinya Jika dari Pihak Keluarga ingin menyambut komuni adanya persetujuan dari antara ibu sania dan bapak sania, ingin di Nikahkan secara Agama Katolik, dan dari lubuk hati yang dalam mau menjadi umat katolik dan siap Memuliakan, dan Mengamalkan ajaran Tuhan Yesus Kristus.