Thursday, December 31, 2020

BHAYANGKARA GEREJA

 

Mengintrnalisasi gerakan supaya tetap dapat berjalan beriringan dengan keinginan awal. Tanpa harus memunculkan kata kembali ke akar, melainkan melanjutkan perbaikan

Sebelum memasuki tahun yang baru mengingatkan pertama kali ketika masuk kedalam perhimpunan tercinta (PMKRI) mendengar kata yang luar biasa baru didengar pada waktu itu, yaitu Bhayangkara Gereja. Kata pertama ketika menyanyikan hymen PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia). kata bhayangkara tentunya tidak asing di telinga rekan-rekan karena beberapa instansi Menggunakan kata tersebut seperti dalam kepolisian di jadikan pangkat golongan tamtama dibawah bintara. Menarik untuk digali apa nilai yang dapat di jadikan teladan dari pemaknaan kata tersebut dan bagaimana keterkaitannya dengan konteks PMKRI. Dalam tulisan ini hanya berbagi pendapat tentang hubungan pemaknaan kata bayangkara dalam lagu hymen PMKRI berdasarkan hasil diskusi bersama teman-teman di PMKRI di Cabang Palangka Raya.

Bhanyangkara muncul pertama kali pada zaman Kerajaan Majapahit dimana patih Gajah Mada membentuk pasukan pengamanan yang bertugas melindungi raja dan kerjaan. Selain itu Bhayangkara juga mengemban tugas menjaga ketentraman, ketertiban, menegakan peraturan perundangan serta pengawasan perdagangan disebabkan waktu Raja Jayanegara memimpin kerajaan Majapahit terjadi pemberontakan dimana-mana. Sehingga dikenal Bhanyangkara adalah pasukan elit pada zaman kerajaan majapahit, karena memiliki anggota dangan kemapuan tinggi dalam hal membidik sasaran diungkap dalam Buku Gajah Mada : Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara.

Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia atau disingkat PMKRI adalah organisasi yang seluruh orientasi dan kegiatannya berasaskan Pancasila, dijiwai Kekhatolikan, disemangati oleh Kemahasiswaan. Sehingga jelas organisasi ini di motori oleh mahasiswa secara khusus di jadikan wadah pembinaan, perjuangan dan pengkaderan sejalan dengan apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Didalam PMKRI terdapat SPIRITUALITAS PEMBINAAN KADER yang disebut dengan istilah yang menarik dan melekat ketika menjadi anggotanya yaitu TIGA BENANG MERAH, yang meliputi KRISTIANITAS, FRATERNITAS, dan INTELEKTUALITAS.

Baru saya menyadari ternyata Tiga Benang Merah yang digaung-gaungkan oleh PMKRI saat ini adalah memiliki pemaknaan yang melekat dan berhubungan erat dengan apa yang dilakukan Bhayangkara di zaman pemerintahan kerajaan Majapahit. Kristianitas merupakan keberpihakan kepada kaum tertindas (preferential option for the poor) dengan Yesus sebagai teladan gerakan, yang perlu di garis bawahi dalam hal ini adalah keberpihakan kepada kaum tertindas. Dalam hal ini Bhayangkara bersama gajah mada berhasil menghantarkan kerjaan majapahit kepada puncak kejayaannya, tentunya tidak lepas dari kesetiaan dan kedisiplinan pada pemerintah dalam menjalankan tugas, sehingga pasukan bhayangkara memberikan kepercayaan yang sangat kuat di hati masyarakat sebagai pelindung rakyat. Hal tersebut dapat dilihat ketika memukul balik pembrontakan yang dilakukan RA kuti dan mendudukan kembali Raja Jaya Negara. Jadi bentuk keberpihakan Bayangkara adalah mempertahan pemerintahan dari pemberontak, karena apabila takhta raja direbut maka rakyat akan ditindas oleh sistem yang dipemimpin orang yang tidak bertanggung jawab.

Yesus sebagai teladan gerakan yang kita pahami dan laksaanakan saat ini dalam perhimpunan, juga sudah dilaksanakan oleh pasukan bhayangkara pada masa itu dengan istilah yang mereka pahami saat ini Satya Haprabu (Setia kepada negara dan raja), karena raja dipercaya pada waktu itu merupakan penjelmaan tuhan di dunia. Dengan demikian gerakan yang dilakukan pasukan bhayangkara berdasarkan perintah atau yang dikatakan oleh raja karena setia dan patuh kepada raja berarti setia dan patuh kepada tuhan.

FRATERNITAS atau pengharagaan yang sama kepada sesama umat manusia sebagai wujud persaudaraan sejati dalam solidaritas kemanusiaan yang menembus sekat-sekat primordial. Secara umum Fraternitas adalah Persaudaraan. Ketika dikaitkan dengan kontek bhanyangkara pada jaman kerjaan majapahit sangat kuat dapat dilihat dalam satu peristiwa ketika pemberontakan yang paling berbahaya dilakukan RA Kuti, dimana memiliki misi ingin menumpas kepemimpinan Jayanegara yang saat itu menjadi raja majapahit. Di sinilah fraternitas (persaudaraan) pasukan bhayangkara dapat dilihat ketika mengunsikan raja jaya negara ke desa Bedander dan pasukan bhayangkara tidak boleh keluar, karena Ra Kuti menggelar sayembara bagi yang menunjukan tempat raja Jayanegara akan diberikan hadiah 1 Pundi-pundi uang emas. Dari persitiwa tersebut persaudaraan antara mereka sangat kuat dan ketaatan mereka terhadap aturan sangat di tegakkan.

INTELEKTUALITAS Penguasaan ilmu pengetahuan harus diabdikan bagi kesejahteraan umat manusia (visi etis). Masalah intelektualitas pasukan Bhayangkara jangan ditanyakan lagi, karna tidak mungkin mereka mampu menaklukan kerajaan-kerajaan bahkan berusaha menundukan negeri-negeri seberang yang diluar kerajaan majapahit apabila secara pengetahuan (intelektual) mereka kurang. Hal yang menarik dikutip dalam buku Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan karya Enung Nurhayati menjelaskan strategi diluar pemahaman kita, waktu menundukan bali pasukan bhayangkara menerapkan berbagai strategi dan kecerdikan untuk mengalahkan musuhnya, yaitu dengan cara  berpura-pura mengibarkan bendera putih pertanda mereka menyerah, sehingga membuat musuh gembira, Kemudian pasukan diperintahkan menghadap. ketika menghadap ki pasung grigis (selaku pimpinan yang mempertahankan pulau bali) pasukan bhayangkara dan gajah mada menerapkan ajaran dharma, yaitu perkara menepati janji. Ki pasung grigis di kalahkan dengan dipojokkan atas ingkar janji, yaitu sewaktu ki pasung grigis mengambil anjing dia berjanji memberi makan tetapi pada kenyaataannya tidak di beri makan. Karna dalam pandangan ksatrya ingkar janji adalah perbuatan rendah.Karena dia sangat mempercayai ajaran dharma ksatrya dia takluk kepada gajah mada, dan tentara majapahit menang dalam pertempuran. Sampai disini sungguh luar biasa pemikiran dan taktik yang dilakukan pasukan bhayangkara.

Sehingga sampai titik ini saya  mulai memahami sedikit apa yang menjadi keinginan pendiri PMKRI waktu itu, kenapa PMKRI hadir didalam gereja katolik dan di tengah Negara Kesatuan Republik Indonesia ketika dikaitkan dengan beberapa peristiawa diatas. Sehingga kehadiran PMKRI yang dalam hal ini menjadi bhayangkaranya gereja dituntut memegang teguh nilai kebhayangkaraan yang meliputi Satya Haprabu (Setia Kepada pimpinan), Hanyaken Musuh (Mengenyahkan Musuh), Gineung Pratidina (Bertekad mempertahankan), dan Tan Satrisna (Iklhas dalam bertugas). Apabila dikaitkan dalam kontek gereja maka Anggota PMKRI harus setia kepada pimpinan gereja seperti (Paus, Uskup, pastor, suster, dll), mengenyahkan/mengusir musuh dalam hal ini PMKRI herus membuang sikap membanding-bandingkan (intoleransi) yang dapat menyebabkan retaknya persatuan didalam keberagaman, dan PMKRI harus memiliki sikap mempertahankan persatuan, harmonisasi antar sesama serta iklas dalam menjalankan panggilan karena manjadi anggota PMKRI adalah panggilan bukan keterpaksaan maupun mengincar sesuatu, apakah itu semua sudah kita laksanakan ?

Maka ditahun yang baru ini mari kita bersama merefleksikan kembali apakah gerkan PMKRI saat ini sudah sejalan dengan mimpi awal PMKRI hadir atau belum, karena banyak istilah-istilah yang kurang dipahami anggota-anggota saat ini termasuk saya pun menyadari hal tersebut, yang menyebabkan kita mulai tergerus dan meninggalkan jadi diri kita, padahal Amuk laut mahadasyat pun tidak mampu merobohkan apabila nilai-nilainya memang tersampaikan dan diresapi dalam pemikiran dan perasaan. sehingga rekan-rekan juang ku semua mari kita saling meningatkan, mengintrnalisasi gerakan supaya tetap dapat berjalan beriringan dengan keinginan awal. Tanpa harus memunculkan kata KEMBALI KE AKAR, melainkan melanjutkan perbaikan, sebab subtantum equilibrium (keseimbangan) dapat terwujud dalam gerakan PMKRI apabila 4 nilai meliputi nilai pembeda, nilai lebih, nilai pengikat, dan nilai penguji dalam tataran kompetisi dengan mahasiswa lain yang non PMKRI. Selamat berjuang ingat kita yang menggunakan baret merah Bol kuning adalah pasukan elitnya gereja.

Pro Ecclesia et Patria !                

Penulis : Obi Seprianto

 

 


Sunday, December 27, 2020

NARASI CINTA

 


Bukit sunyi meraung kisah

Dikala petang mulai menyapa

Napas ini terasa sesak

Ketika harus memandang wajah-wajah sang cinta

Cukup-cukup sudah, aku ingin bersama mereka

Aku ingin melukis kisah cinta yang tak terbatas

Tapi aku tak bisa, aku hanyalah selembar wayang

Yang harus mengikuti gerakan dalangnya

Ah Tuhan aku ingin bertanya

Mengapa aku harus meninggalkan mereka?

Sedang aku sudah mengenal mereka

Tapi Tuhan aku juga sadar, bahwa Kau punya rencana

Dan aku tak mungkin menolaknya

Tapi Tuhan satu yang aku pinta

Jaga mereka selalu dimanapun mereka berada dan mengadu

Narasi cinta telah ku ukir

Bersama cinta yang menggores hati

Taetimu telah membekas dalam hati

Dan akan tetap terukir dalam sanubari

Biarlah hariku terus berlalu

Tetapi tidak dengan kisahku dan kisahmu

Oh Taetimu, aku rindu wajahmu, aku rindu senduhmu

Doakan aku yang selalu merindukanmu.


Oleh : Yakobus Luckyvantura

RINDU MAMA

 


Gelap malam kian mendekap

Alunan lagu yang kau lantunkan, tenang

Bersama melodi gitar nan syahdu

Membawa ku kembali dalam rahim mu

Kenyamanan ku rasa

Perlindungan ku dapat

Aku tak punya tenaga tuk meraihmu

Mendekatimu saja aku sulit

Bukan karena kau cantik nan menawan

Tapi karena aku tak sanggup mempersingkat jarak

Bagiku, kau adalah udara segar

Bisa ku rasa walau sulit ku dekap

Membawa kesegaran penenang jiwa

Kaulah udara yang membawaku terbang ke pelukanmu

Merasakan belain kasih wanita terhebat

Memberi tanpa imbalan

Mencintai tanpa kata

Kau adalah pujaan dambaanku

Setia melukiskan bulan sabit dalam wajahmu

Sebagai penyemangat bagi ku di tanah rantau

O... Tuhan

Peluklah dia untuk ku

Sayangilah dia seperti aku mendambakan pelukannya

Aku rindu dirimu yang di sana

Mama.


Oleh : Yakobus Luckyvantura


Monday, December 14, 2020

COBA SAJA DAHULU

 


Awal perjalanan masuk ke PMKRI saya belum pernah membayangkan bisa menjadi seperti sekarang ini.

Diakhir tahun 2016 saya di ajak ke PMKRI oleh bang Andi Ewon salah satu mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya yang satu tahun terlebih dahulu dibandingkan dengan saya. Awalnya saya tidak tahu apa itu PMKRI, yang hanya ada terlintas di benak saya PMKRI adalah sebuah tempat berkumpulnya Orang Muda Katolik dengan kegiatan kerohanian seperti berdoa, bermazmur, berkumpul sharing pengalaman dan lain sebagainya.

Bayang-bayang tidak pernah mengenal organisasi membuat saya tidak terlalu berminat untuk terjun bergabung di sana. Hanya saja waktu itu banyak sekali senior yang dengan sabar memberikan saya pemahaman mengenai apa itu PMKRI, sehingga saya di ajak terus untuk berdiskusi bersama di Margasiswa.

Margasiswa itu sendiri adalah sebutan tempat berkumpulnya anak-anak PMKRI untuk berdiskusi, menuangkan ide dan gagasan. Didalamnya terdapat banyak sekali ragam sifat dan perilaku manusia dari berbagai suku, etnis dan budaya menjadi satu wadah sehingga dikenal dengan sebutan Margasiswa PMKRI.

Bulan November tahun 2016 saya resmi bergabung di PMKRI melewati pendidikan formal PMKRI katanya yaitu Masa Penerimaan Anggota Baru. Di sana saya berkenalan, menemukan banyak pengetahuan baru, berdiskusi dan saya memahami apa yang ada dalam diri saya sehingga dapat saya kembangkan.

Pasca MPAB, saya ikut serta dalam Musyawarah Keluarga Mahasiswa Katolik di kampus Universitas Palangka Raya. Itu adalah pengalaman pertama kalinya saya ikut langsung dalam proses perumusan aturan dan pengambilan keputusan. Disana juga saya mulai memahami bagaimana cerdasnya mahasiswa sehingga disebut sebagai masyarakat intelektual. Perdebatan demi perdebatan terjadi tetapi lantas hal itu tidak mengurangi semangat saya untuk terus belajar sampai-sampai saya menyadari betapa kurangnya ilmu pengetahuan yang saya miliki dibandingkan dengan teman-teman yang sudah mengenal organisasi.

Dari sanalah perjalanan saya dimulai, dimana tempaan demi tempaan berusaha saya jalani sehingga tertanam dalam diri bahwa saya harus bisa menjadi sama seperti orang-orang hebat yang saya saksikan malam itu.

Bersambung … (Pantau Terus Blog SuaraDionisus untuk Mengetahui Kelanjutan Ceritanya :) )


Penulis : Cindi Fantika

 


SAAT LUKA ENGKAU PERGI DENGAN BAHAGIA

 


Setiap kali aku melihat setiap ragaku yang kian lesu seperti tidak berada sebuah keharusanku untuk selalu bersamamu lagi, aku tak bisa menyimpulkannya bagaimana lagi yang ku buat sehingga kamu bisa tetap bersama angan dan selalu mengisi kekosonganku.

Saat luka engkau buat pergi bersama egomu dan menjadi sakit di atara luka kepingan luka yang tidak bisa di obati oleh senyum pengganti diantara ragu dan kakunya seorang kamu yang dulunya sering ada di dalam anganku.

Saat engkau pergi dari diary kehidupanku sebuah ketiadaanku begitu berasa di sela kesendirian dulu yang biasanya kamu selalu menghampiriku dengan senyummu yang sangat khas sekali dan lesung pipimu ikut terlibat dalam caramu membuatku terkagum.

Deretan luka ini yang memberikan dalam cerita kisah ini pun menjadi saksi bahwa selama kita berada di puncak kebahagiaan jangan terlalu bahagia, benar kata orang jangan pernah janji pada saat kamu bahagia karena itu yang membuat menjadi lemah jika engkau selalu mengingat luka yang ada.

Setiap malam sering pikiran ini selalu berlabuh dalam namamu yang selalu menjadi pengisi sunyi dan kelamku tetapi semua rasa yang ada itu menjadi saksi bisu antara ragaku yang masih tegar terlihat dan kenangan yang pergi bersamamu dan membawamu ke ruang bahagiamu.

Sampai imajinasiku mengambang, hingga senyummu membuaku merindu, dan senyum itu pun saya sudah mulai menganalisanya dengan canduku “Ternyata di balik senyummu yang manis itu ada pengkhianatan dan menjadi usang di antara diariku dan semua pergi tentang luka ini.

Di bawah senja, ku duduk sambil menikmati kopi bersama sepoinya angin selatan kota ini dan ku merenung tentang kisah  dan kasih yang sudah terjalin oleh mahluk ciptaan Tuhan yang menghuni semesta ini.

Kopi yang menyajikan tentang pikiranku untuk selalu mengingat satu rasa ketika memikirkan suatu hal  “Bolehkah aku minta janji manismu kopiku terlalu pahit untuk di seduh” kopi yang tadinya selalu nikmat di minum.

Dan kini ketiadaan rasanya manis kopi itu tidak terasa manis lagi yang ada Cuma pahitnya kenangan dan manis itu Cuma terkubur oleh ampas kopiku yang seduhnya dengan penuh nikmat.

Di setiap sujudku berdoa agar luka ini tidak makin parah, begitu banyak kebaikan yang telah ku panjatkan untukmu. Begitu pun setiap malam pada penghujung hari ini, aku sering mengkontenplasikan rinduku akan dirimu.

Aku menepi di pojok doaku, tema ujudku masih tetap sama berharap engkau ingin kembali kepada bahu yang menghangatkanmu di kala kamu kedinginan, kita adalah spasi yang ada di setiap bait untuk menjadi tulisan itu menjadi sempurna tapi sayang kamu tidak mau menjadi paragrap untuk menyambung tulisan diary kita.

Saat engkau pergi meninggalkan luka ini, kamu pernah bilang kita adalah puisi-puisi yang berserak di sudut kota ini di saat baitnya ingin merapikan puing untaian di setiap sajaknya ada saja kata yang menghalangi penyambungan sajak tentang kita.

Luka yang ada ini seakan berjalan diatas kerikil-kerikil yang tajam yang menjadi sakit di setiap pijakan menopang untuk bisa kembali ke arah sama, tetapi semua ini seperti peziarah dalam lamunan yang seakan semua seisi buku diary tidak megetahui keberadaan suasana tentang pergimu yang meninggalkan luka.

Di saat engkau pergi dengan luka itu seakan banyak darah yang harus di pertaruhkan untuk bisa membuat luka itu akan jadi sedikit membekas, tetapi yang namanya luka membekas pasti ada dan itu akan terbawa sampai kapanpun.

Ada juga yang bilang bahwa “Jangan pernah janjikan kebahagian di saat hujan karena ketika besoknya kamu bias saja patah hati dan terluka, dan setiap kali turun hujan kamu akan terkenang akan kejadian itu. Saat orang lain bahagia menatap hujan, kamu justru merasa sedih saat melihat keluar jendela”.

Biarlah engkau pergi dengan luka yang kamu bawa karena hal itu tidak akan menjadi kebahagiaan nantinya, tetapi jangan engkau mengulanginya lagi pada orang lain.

Penulis : Yakobus Lukivantura


Saturday, December 12, 2020

AKU, JATUH DAN MATI

 


Seperti pendaki takjub akan cantiknya pegunungan

Aku ingin tenggelam dalam cantikmu

Nikmati berkat yang telah ditakdirkan

Menjalani setiap langkah sebisaku di sampingmu

Andai aku jatuh

Aku minta pada Tuhan agar hatiku

Dijatuhkan sejatuh-jatuhnya pada jurang hatimu

Dan bila aku mati

Setidaknya hatimu adalah tempat terakhirku


Oleh: Yakobus Lucky Vantura


BAGAIMANA MUNGKIN

 


Jariku gemetar kala menulismu sebagai judul puisi ini.

Entah apa tapi hatiku juga terjangkit bergetar.

Aku pernah bertanya alasanmu memintaku membuka hati untuk yang lain.

Katamu, kau ingin aku bahagia.

Aku telah berusaha untuk mengabulkannya

tetapi Cuma bibirku saja yang mampu, tidak dengan perasaanku.

Bagaimana mungkin aku membuka hati kepada yang lain untuk bahagiaku,

sedang jawabannya selalu kamu.

Bagaimana mungkin aku membuka hati kepada yang lain,

sedang kunci hatiku kamu bawa pergi.

Bagaimana mungkin aku membuka hati kepada yang lain

sedang sendirimu masih seperti sendiriku.

Biarlah bait waktu yang membuat semuanya mungkin

 Walau bukan sekarang atau dalam waktu dekat.

Mungkin di suatu waktu yang tak kita tahu

 

Oleh : Yakobus Lucky Vantura