Saturday, June 20, 2020

PERJUANGANKAN MIMPI


Sumber Foto : Cindi Fantika (PPK PMKRI Cab. Palangka Raya)

Sore hari datang lagi untuk kesekian kalinya, sambil mendengarkan lagu “ Disini Dibatas Kota Ini” diproduksi tahun 1988 yang dipopulerkan oleh Tommy J Pisa. menghantar ingatan seperti keawal perjuangan masuk universitas dan bertemu dengan namanya Margasiswa PMKRI. Mimpi dan doa menjadi landasan sebuah harapan yang perlu diperjuangkan dengan berbagai cara yang ditempuh.

rintangan yang datang silih berganti pedih, perih mencekam menusuki aku mengharap slalu doa suci dari mu”. Merupakan ungkapan yang pasti dihadapi setiap individu apabila menginginkan kemajuan didalam hidup kearah yang lebih baik. Tetapi banyak juga yang menyerah dengan caranya masing-masing dalam menggapai mimpi atau bahkan melakukan segala cara demi mimpi dapat tercapai yang berujung pada tindakan negatif (tidur sepanjang hari, suka imajinasi, mencuri, melakukan tindakan kriminal dan depresi berujung pada bunuh diri diusia muda), menepis kemungkinan itu semua harus ada doa dari orang terdekat seperti orang tua untuk memudahkan langkah perjuangan individu.

Dalam Yakobus 2:14-26 juga mengingatkan kita “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati” sebab iman menjadi sempurna apabila iman tersebut dapat berkerja sama dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan berdampak kepada orang banyak. berbeda halnya perbuatan tanpa iman adalah keributan menjelang kematian. Maka sangat ditekankan dalam hal pemaknaan substantum equilibrium atau suatu keseimbangan yang wajar dan real dalam menata suatu kehidupan, walau pun saat ini banyak ungkapan “ Banyak jalan menuju Roma” tetapi perlu kita takar mana yang pas untuk menjadi skenario jalan kita.    

Dari ungkapan diatas maka perlu saya sapa apa kabar para srikandi dan kanda Baret merah bol kuning yang melambangkan keberanian, kegigihan dan kewibawaan untuk menjadi prajurit gereja dan tanah air. Itu bukan ungkapan yang melebih-lebihkan tetapi memang yang tertuang dalam buku saku kita, apabila ada yang mulai merasa ungkapan itu terlalu berlebihan mungkin dia sudah mulai bergeser dari jalur awal yang dibuat founding father perhimpunan kita. Wkwkwkw... (hanya bercanda)

Perlu saya cerita terlebih dahulu ketika ingin melangkah masuk ke universitas secara terkhusus kami anak desa, sembari mencoba mengingatkan rekan-rekan pergerakan lainnya tentang ceritanya diawal masuk dan mengenal yang namanya organisasi. Tentunya saya sendiri pernah merasa kekhawatiran luar biasa tentang kehidupan di kota nantinya dan problem yang akan menghampiri, belum lagi suguhan dalam televisi dan media sosial yang selalu menampilkan kebengisan wajah kota. Di tambah tingkat perekonomian keluarga yang pas-pasan. Tetapi dua hal yang tetap saya pertahankan tekat menjadi kuncinya dan doa orang tua menjadi dorongannya.

Menyelesaikan masalah dalam internal diri cukup melelahkan saat itu, apalagi kalau dipikirkan kembali memang rumit, tetapi cari metode dan jalankan sesuai dengan fashion kita sendiri. Hal serupa didalam proses pertempuran, tentukan strategi agar dapat bertahan hidup, sebab pada prinsipnya masuk dalam medan pertempuran jangan diam, pasrah dengan keadaan dan terpatok dari perintah atasan yang belum tentu benar. Maka proses disampingnya sangat diperlukan untuk mencapai tingkat kepuasan maksimal diatas rata-rata. Analogi sederhananya medan pertempuran adalah universitas, atasan dalam hal ini dosen dan proses disampingnya adalah organisasi ataupun pekerjaan yang dapat menunjang kualitas individu ditengah kesibukan sebagai individu.

Dari ungkapan saya diatas ada dua hal yang ingin disampaikan untuk petarung-petarung baru yang nantinya mengganti peran dan fungsi kami dialam medan pertempuran dunia kampus. Pemaparan dengan mengunakan siklus PDCA (Plan, Do, Chek, dan Act) yang  pertama kali diperkenal oleh seorang ahli manajemen kualitas dari Amerika Serikat yang bernama Dr. William Edwards Deming untuk mempermudah menemukan inti sarinya.

Pertama kita mulai dari Plan (Merencanakan) dan Do (Melaksanakan), digerakan awal tentunya menetapkan terget dan sasaran yang matang dalam hal memilih jurusan dan universitas, mempersiapkan segala keperluan adminitrasif  yang dibutuhkan, mengumpulkan keberanian untuk  beranjak dari zona nyaman ke zona rentan sebelum zona sulit melilit, berdamailah dengan diri sendiri karna masalah internal lah cepat membawa kebobrokan dan mintalah doa serta dukungan dari orang tua, maka landasan dasar yang kuat untuk Plan (Merencanakan) ada didalam genggaman.

Selanjutnya Do (Melaksanakan) mulai berani menerapkan tahap demi tahap dari plan, disinilah menjadi pusat kebingungan berawal, berdasarkan pengalaman tiga tahun silam. Dimana memberanikan diri mempertanggungkan rencana (awal masuk di Universitas), seperti berjalan lebih jauh dari sebelumnya ibaratkan sungai tanpa tepian, kesendirian selalu menghampiri, bergerak selalu salah, sesuatu baru menghampiri dan beradaptasi rasanya tidak dapat terjadi apalagi cepat seperti bunglon cukup dengan ucapan bimsalabim wk..wk..wk. Memang rasanya sulit adek-adek ku diawal perjuangan tetapi bergerak lebih dalam sedikit sudah mulai terasa kesejukannya yang diberi semesta kepada kita.

Tahap kedua menjadi ungkapan yang panjang karena kita harus berani merefleksi kembali apa yang sudah kita lalui dan sejauh mana suatu pencapaian.  Chek (memeriksa)  dan Act (menindak) ini kembali dan berujung kedalam berposes disampingnya. Ketika dulu  berdialog dengan kawan-kawan pergerakan tentang pengalaman mereka diawal masuk mengungkapkan suatu proses didalam medan pertempuran akan terasa hambar ketika kita hanya mengasah satu kemampuan saja didalam alur skenario yang monoton akan tetapi pemanis sangat diperlukan melengkapi kefasihan ini. Karna kebanyakan proses pembelajaran dikampus hanya meningkatkan pemahaman dalam teorinya saja tetapi didalam organisasi dapat langsung dipraktekkan.

Pemanis yang dimaksud iyalah organisasi menjadi rumah ketiga kita setelah kost dan universitas. tahap memerikas (chek) ini perlu kita ukur kemampun sejauh mana. Tentunya banyak hal indah yang dirasakan selama berorganisasi sehingga untuk pejuang-pejuang baru harus siap mengambil posisi meneruskan estafet kepemimpinan organisasi. Sebab dampaknya akan dirasakan dan menunjang individu dalam perkuliahan karna sudah dipastikan memiliki kelebih dari kawan-kawan yang tidak berorganisasi. Tetapi apa bila fungsi manajemennya tidak dipakai juga dapat berakibat fatal untuk individu tersebut, Wkwkwkw... . Di bawah ini coba saya paparkan secara garis besarnya.

Organisasi umumnya memiliki visi atau tujuan dan misi yang menjadi langkah untuk mencapai suatu visi itu yang perlu dipahami. Selanjutnya sesuaikan dengan fashion sebab organisasi mahasiswa yang kawan-kawan jumpai sangat beragam baik dari organisasi keagamaan, pengkaderan, sosial, dll. Membedah didalam organisasi disini nilai pengetahuan (knowladge) mulai setapak demi setapak akan diserap, dari belajar public speaking, membawa sebuah rapat, menghargai pendapat orang lain, menentukan pernyataan yang paling tepat dari yang tepat, memanajemen suatu cara, bahkan membuat acara iru sendiri, tentunya lengkap nilai yang akan didapat.

Maka ketika proses didalam dunia kampus sudah clear baru lah kita mengenal namanya Act (menindak lanjuti) pengetahuan yang didapat,  sebab kata para senior kehidupan diluar lebih kejam dari siksaan ibu tiri, apabila kita tidak siap. Tetapi intinya terus lah berpengharapan dengan tujuan awal seperti dalam buku The Secret-Rahasia, mengatakan kunci dari hukum tarik menarik adalah pikiran. Selama pikiran kita tetap berfokus pada suatu tujuan nisaya tujuan tersebut akan dapat kita genggam didalam tangan.

Pasti sudah ada mulai bertanya apa organisasi saya... hehehe.  Sebenarnya tidak mau sombong sebab organisasi mahasiswa yang saya ikuti mencakup bidang keagamaan, sosial, dan pengkaderan juga, sehingga didalamnya banyak mengajarkan hal baru tidak terpaku dalam satu alur skenario cerita melainkan diselimutkan berbagai kerangka pemikiran baru. Sehingga tidak hanya berbicara tentang intelektual melainkan spritual. Maka jangan heran keseimbanagan pengetahuan sangat diperlukan didalamnya. Semboyan spiritual yang diajarkan secara mendalam kepada setiap kader  yaitu Religio Omnium Scientiarum Anima yang memiliki arti Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan dan semboyan misioner Pro Ecclesia et Patria yang artinya berjuang untuk gerja dan tanah air.

Organisasi saya adalah Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) jadi untuk para pejuang-pejuang baru mahasiswa yang beragama katolik nanti dimanapun kampus berkuliah silahkan cari organisasinya, apabila organisasinya tidak berjalan kamu yang bangkitkan, dan apabila memang tidak ada PMKRI di ruang lingkupmu hadirkan, maka namamu akan terukir dalam catatan sejarah perjalanannya. untuk bersama-sama kita berjuang untuk gereja dan tanah air di NKRI kita tercinta.

Sejalan dengan pernyataan dalam paragraf 4, yang menyatakan  “sudah mulai bergeser dari lintasan awal” merupakan ungkapan metafora yang saya pakai menggambarkan kondisi organisasi sekarang ini dimana kadernya mulai kehilangan arah dari perencanaan awal karna berbagai aspek. maka didalam momentum dan kondisi seperti ini mari kita merefleksi bersama untuk srikandi dan kanda perhimpunan baret merah bol kuning bagaimana sebenarnya peran kita sebagai mahasiswa katolik yang dapat berkontribusi terus untuk kemajuan gereja dan negara dengan tetap memengang spritualitas pembinaan kader yang terwujud dalam bentuk 3 benang merah (Intelektualitas, Kristianitas dan Fraternitas).

Tidak lupa juga pernah dipertegaskan dulu diawal masuk, dikatakan organisasi adalah suatu wadah yang dapat memperlancar kita didalam mencapai  perncanaan awal kita selain berharap dari ilmu yang didapat dalam bangku perkuliahan. Tetaplah raih suatu harapan dengan berjuang dan berdoa. Akhirnya tidak lupa sore ini kita tetap  mendengar lagu Disini Dibatas Kota Ini” oleh Tommy J Pisa, wkwkwkwk.... 

Mungkinkah kau masih mengharapkanku?
Kini tubuhku penuh dengan luka
Aku mengharap selalu doa suci darimu
Duhai kasih, tambatan hatiku

Penulis : Obi Seprianto


Thursday, June 18, 2020

SOSOK YANG MEMBENCI MISA ONLINE



Selama kurang lebih satu bulan pasca wabah pandemi covid-19 saya belum menyambut komuni.


Saya mempunyai seorang adik, waktu itu ia selalu mengikuti live streaming misa online pada channel komsos Keuskupan Palangka Raya. Sampai pada suatu hari ada informasi dari mbak Ellenora (Orang Muda Katolik), siapa saja yang mau belajar mari datang ke gereja Katedral Palangka Raya. Nanti Pastor ajarkan untuk mengoperasikan alat live streaming itu.

Saya begitu gemetar, pusing dan mual. Pastor langsung mempercayakan saya untuk mengendalikan peralatan live streaming. Memang awalnya saya tidak begitu mendalami yang namanya susunan Perayaan Ekaristi, karena selama kuliah-pun saya kurang begitu aktif dalam pelayanan menggereja dan pada hari itu pula sebagai operator saya harus mengikuti detail perayaan mulai dari ritus pembuka sampai ritus penutup untuk ditampilkan pada layar streaming. Jujur untuk pertama kalinya saya dihadapkan dengan pengalaman yang luar biasa, Tuhan Yesus sungguh menarik saya dan memanggil saya langsung dihadapan-Nya melalui Ekaristi dan begitu merasakan bahwa hosti yang saya sambut itu bagaikan sebuah intan permata.


Hari berikutnya saya harus mempersiapkannya lebih matang, saya optimis membawa madah bakti sambil mengoperasikan live streaming. Setelah selesai perayaan pastor menoleh kepada saya sambil tersenyum dan bekata "tidak apa, nanti juga akan hafal" saya malu minta ampun terhadap diri saya dan kembali belajar karena kemampuan menghafal saya juga kurang begitu baik. 

Kian hari anggota live streaming juga bertambah dan sampai saat ini tersisa 9 orang.  Pada prosesnya kami belajar bekerja sama, berbagi pengalaman, dan tak luput dari perdebatan pendapat dan justru disitulah kami mulai membangun komitmen bersama untuk memberikan pelayanan terbaik kepada umat yang dapat mengikuti misa live streaming.

Setelah berjalan lebih satu bulan ini saya merangkum pengalaman saya sebagai berikut.

1. Saya baru sadar ada rangkaian cerita, rangkaian petualangan batin, rangkaian khotbah yang selama ini tiap hari kalau kita ikuti semuanya kita akan dituntun untuk lebih memahami apa isi dari pada kitab suci.

2. Ternyata saya bisa lebih memahami apa yang disampaikan oleh pastor dengan bisa menontonnya berulang kali.

3. Saya bertanya-tanya apa yang membuat Pastor Silvanus Subandi kuat untuk menjalani misa harian tanpa jenuh dalam pelayanan.

4. Komitmen, kerja keras, kasih yang sabar, dan  kasih yang murah hati

6. Awalnya saya membenci lagunya dan saya mulai paham karisma pastor dalam pelayanan tanpa mengubah sedikitpun esensi dari pada perayaan ekaristi

7. Saya tidak perduli mau viewer live stream ini sedikit atau banyak, karena capaian keberhasilan tim menurut saya adalah kualitas dari pada kita menyajikan misa dan menyambut komuni batin bukan perkara berapa yang mengikuti misa.  Saya juga sering menonton ulang live itu dan tanpa mengurangi rasa keinginan dan kerinduan saya untuk berdoa menyambut berkat dari pastor lewat komuni batin

Pesannya adalah : Awalnya saya adalah sosok yang sangat membenci dengan misa online, tetapi saya dipanggil langsung oleh kasih Tuhan dan justru berperan aktif dalam misa online itu. Saran saya kepada sahabat, teman dan anda sekalian jangan sampai seperti saya dipanggil Tuhan terlebih dahulu dan baru saya menyadari bahwa Tuhan Yesus sungguh selalu hadir dalam hidup saya dan anda sekalian. Semoga Tuhan Memberkati.


Penulis : Cindi Fantika

Like,  Comment and subscribe Youtube Channel Komsos Katedral Palangka Raya

Misa harian Senin s/dJumat 17.00 WIB

Misa Mingguan Sabtu-Minggu 18.00 WIB

 


Wednesday, June 3, 2020

PMKRI CABANG PALANGKA RAYA GELAR AKSI SOSIAL BAGI MASKER DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI LAHIRNYA PANCASILA 01 JUNI 2020




Palangka Raya – PMKRI Cabang Palangka Raya “Sanctus Dionosius”, menggelar aksi sosial berupa pembagian masker di beberapa titik lokasi Kota Palangka Raya dalam rangka memperingati hari lahirnya Pancasila, pada Senin (01/06/2020) pukul 15.00 – 17.00 WIB.
Pengurus bersama-sama dengan anggota PMKRI Cabang Palangka Raya, bertolak dari Margasiswa PMKRI Jl. Batu Suli V menuju budaran besar sebagai titik awal aksi dengan menggunakan kendaraan sepeda motor.

Berbeda dari aksi-aksi lainnya, kali ini PMKRI Cabang Palangka Raya membagikan masker dengan menyusuri jalan-jalan induk yang terpusat di bundaran besar, sampai pada jalan-jalan kecil. Strategi ini dilakukan agar pembagian masker tersebut tepat sasaran dan dapat menjangkau masyarakat yang benar-benar membutuhkan masker sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak menggunakan masker saat keluar rumah. Harapannya, melalui aksi ini, dapat membantu dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona di Kota Palangka Raya.

Untuk dapat menjangkau beberapa lokasi yang menjadi target aksi, pengurus dan anggota dibagi menjadi 3 tim. Tim yang pertama, menyusuri sepanjang Jalan Tjilik Riwut-Rajawali. Tim yang kedua, menyusuri Jalan Yos Sudarso-G.Obos. Lalu tim yang ketiga menyusuri sepanjang Jalan A.Yani – Diponegoro - RTA. Milono. 

Aksi ini dilakukan berawal dari fenomena yang terjadi di masyarakat. Sejak aksi ini dilakukan tercatat hingga 01 Juni 2020 jumlah kasus positif COVID-19 di Kota Palangka Raya terus bertambah mencapai angka 113 orang. Sepertinya hal ini tidak membuat masyarakat semakin waspada. Statement ini kemudian diperkuat dengan temuan di lapangan yaitu masih banyak dijumpai masyarakat yang beraktivitas di luar rumah yang tidak menggunakan masker. Inilah yang menjadi concern bagi PMKRI Cabang Palangka Raya.



Selain membagikan masker, seluruh tim yang tergabung dalam aksi sosial tersebut juga melakukan himbauan kepada masyarakat yang dijumpai tidak menggunakan masker agar masyarakat selalu mematuhi anjuran pemerintah dan melaksanakan protokol kesehatan yang berlaku.

“Kami berharap masyarakat selalu mematuhi anjuran pemerintah dan melaksanakan protokol kesehatan yang berlaku. Meskipun PSBB sudah usai dilaksanakan di Kota Palangka Raya, tetapi perjuangan kita untuk memerangi COVID-19 ini belum selesai. Melalui momentum hari lahir Pancasila ini mari kita perkuat sinergitas agar COVID-19 ini bisa segera berakhir di Kota Palangka Raya” ungkap Egi Praginanta selaku Ketua Presidium PMKRI Cab. Palangka Raya.