Thursday, December 31, 2020

BHAYANGKARA GEREJA

 

Mengintrnalisasi gerakan supaya tetap dapat berjalan beriringan dengan keinginan awal. Tanpa harus memunculkan kata kembali ke akar, melainkan melanjutkan perbaikan

Sebelum memasuki tahun yang baru mengingatkan pertama kali ketika masuk kedalam perhimpunan tercinta (PMKRI) mendengar kata yang luar biasa baru didengar pada waktu itu, yaitu Bhayangkara Gereja. Kata pertama ketika menyanyikan hymen PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia). kata bhayangkara tentunya tidak asing di telinga rekan-rekan karena beberapa instansi Menggunakan kata tersebut seperti dalam kepolisian di jadikan pangkat golongan tamtama dibawah bintara. Menarik untuk digali apa nilai yang dapat di jadikan teladan dari pemaknaan kata tersebut dan bagaimana keterkaitannya dengan konteks PMKRI. Dalam tulisan ini hanya berbagi pendapat tentang hubungan pemaknaan kata bayangkara dalam lagu hymen PMKRI berdasarkan hasil diskusi bersama teman-teman di PMKRI di Cabang Palangka Raya.

Bhanyangkara muncul pertama kali pada zaman Kerajaan Majapahit dimana patih Gajah Mada membentuk pasukan pengamanan yang bertugas melindungi raja dan kerjaan. Selain itu Bhayangkara juga mengemban tugas menjaga ketentraman, ketertiban, menegakan peraturan perundangan serta pengawasan perdagangan disebabkan waktu Raja Jayanegara memimpin kerajaan Majapahit terjadi pemberontakan dimana-mana. Sehingga dikenal Bhanyangkara adalah pasukan elit pada zaman kerajaan majapahit, karena memiliki anggota dangan kemapuan tinggi dalam hal membidik sasaran diungkap dalam Buku Gajah Mada : Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara.

Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia atau disingkat PMKRI adalah organisasi yang seluruh orientasi dan kegiatannya berasaskan Pancasila, dijiwai Kekhatolikan, disemangati oleh Kemahasiswaan. Sehingga jelas organisasi ini di motori oleh mahasiswa secara khusus di jadikan wadah pembinaan, perjuangan dan pengkaderan sejalan dengan apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Didalam PMKRI terdapat SPIRITUALITAS PEMBINAAN KADER yang disebut dengan istilah yang menarik dan melekat ketika menjadi anggotanya yaitu TIGA BENANG MERAH, yang meliputi KRISTIANITAS, FRATERNITAS, dan INTELEKTUALITAS.

Baru saya menyadari ternyata Tiga Benang Merah yang digaung-gaungkan oleh PMKRI saat ini adalah memiliki pemaknaan yang melekat dan berhubungan erat dengan apa yang dilakukan Bhayangkara di zaman pemerintahan kerajaan Majapahit. Kristianitas merupakan keberpihakan kepada kaum tertindas (preferential option for the poor) dengan Yesus sebagai teladan gerakan, yang perlu di garis bawahi dalam hal ini adalah keberpihakan kepada kaum tertindas. Dalam hal ini Bhayangkara bersama gajah mada berhasil menghantarkan kerjaan majapahit kepada puncak kejayaannya, tentunya tidak lepas dari kesetiaan dan kedisiplinan pada pemerintah dalam menjalankan tugas, sehingga pasukan bhayangkara memberikan kepercayaan yang sangat kuat di hati masyarakat sebagai pelindung rakyat. Hal tersebut dapat dilihat ketika memukul balik pembrontakan yang dilakukan RA kuti dan mendudukan kembali Raja Jaya Negara. Jadi bentuk keberpihakan Bayangkara adalah mempertahan pemerintahan dari pemberontak, karena apabila takhta raja direbut maka rakyat akan ditindas oleh sistem yang dipemimpin orang yang tidak bertanggung jawab.

Yesus sebagai teladan gerakan yang kita pahami dan laksaanakan saat ini dalam perhimpunan, juga sudah dilaksanakan oleh pasukan bhayangkara pada masa itu dengan istilah yang mereka pahami saat ini Satya Haprabu (Setia kepada negara dan raja), karena raja dipercaya pada waktu itu merupakan penjelmaan tuhan di dunia. Dengan demikian gerakan yang dilakukan pasukan bhayangkara berdasarkan perintah atau yang dikatakan oleh raja karena setia dan patuh kepada raja berarti setia dan patuh kepada tuhan.

FRATERNITAS atau pengharagaan yang sama kepada sesama umat manusia sebagai wujud persaudaraan sejati dalam solidaritas kemanusiaan yang menembus sekat-sekat primordial. Secara umum Fraternitas adalah Persaudaraan. Ketika dikaitkan dengan kontek bhanyangkara pada jaman kerjaan majapahit sangat kuat dapat dilihat dalam satu peristiwa ketika pemberontakan yang paling berbahaya dilakukan RA Kuti, dimana memiliki misi ingin menumpas kepemimpinan Jayanegara yang saat itu menjadi raja majapahit. Di sinilah fraternitas (persaudaraan) pasukan bhayangkara dapat dilihat ketika mengunsikan raja jaya negara ke desa Bedander dan pasukan bhayangkara tidak boleh keluar, karena Ra Kuti menggelar sayembara bagi yang menunjukan tempat raja Jayanegara akan diberikan hadiah 1 Pundi-pundi uang emas. Dari persitiwa tersebut persaudaraan antara mereka sangat kuat dan ketaatan mereka terhadap aturan sangat di tegakkan.

INTELEKTUALITAS Penguasaan ilmu pengetahuan harus diabdikan bagi kesejahteraan umat manusia (visi etis). Masalah intelektualitas pasukan Bhayangkara jangan ditanyakan lagi, karna tidak mungkin mereka mampu menaklukan kerajaan-kerajaan bahkan berusaha menundukan negeri-negeri seberang yang diluar kerajaan majapahit apabila secara pengetahuan (intelektual) mereka kurang. Hal yang menarik dikutip dalam buku Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan karya Enung Nurhayati menjelaskan strategi diluar pemahaman kita, waktu menundukan bali pasukan bhayangkara menerapkan berbagai strategi dan kecerdikan untuk mengalahkan musuhnya, yaitu dengan cara  berpura-pura mengibarkan bendera putih pertanda mereka menyerah, sehingga membuat musuh gembira, Kemudian pasukan diperintahkan menghadap. ketika menghadap ki pasung grigis (selaku pimpinan yang mempertahankan pulau bali) pasukan bhayangkara dan gajah mada menerapkan ajaran dharma, yaitu perkara menepati janji. Ki pasung grigis di kalahkan dengan dipojokkan atas ingkar janji, yaitu sewaktu ki pasung grigis mengambil anjing dia berjanji memberi makan tetapi pada kenyaataannya tidak di beri makan. Karna dalam pandangan ksatrya ingkar janji adalah perbuatan rendah.Karena dia sangat mempercayai ajaran dharma ksatrya dia takluk kepada gajah mada, dan tentara majapahit menang dalam pertempuran. Sampai disini sungguh luar biasa pemikiran dan taktik yang dilakukan pasukan bhayangkara.

Sehingga sampai titik ini saya  mulai memahami sedikit apa yang menjadi keinginan pendiri PMKRI waktu itu, kenapa PMKRI hadir didalam gereja katolik dan di tengah Negara Kesatuan Republik Indonesia ketika dikaitkan dengan beberapa peristiawa diatas. Sehingga kehadiran PMKRI yang dalam hal ini menjadi bhayangkaranya gereja dituntut memegang teguh nilai kebhayangkaraan yang meliputi Satya Haprabu (Setia Kepada pimpinan), Hanyaken Musuh (Mengenyahkan Musuh), Gineung Pratidina (Bertekad mempertahankan), dan Tan Satrisna (Iklhas dalam bertugas). Apabila dikaitkan dalam kontek gereja maka Anggota PMKRI harus setia kepada pimpinan gereja seperti (Paus, Uskup, pastor, suster, dll), mengenyahkan/mengusir musuh dalam hal ini PMKRI herus membuang sikap membanding-bandingkan (intoleransi) yang dapat menyebabkan retaknya persatuan didalam keberagaman, dan PMKRI harus memiliki sikap mempertahankan persatuan, harmonisasi antar sesama serta iklas dalam menjalankan panggilan karena manjadi anggota PMKRI adalah panggilan bukan keterpaksaan maupun mengincar sesuatu, apakah itu semua sudah kita laksanakan ?

Maka ditahun yang baru ini mari kita bersama merefleksikan kembali apakah gerkan PMKRI saat ini sudah sejalan dengan mimpi awal PMKRI hadir atau belum, karena banyak istilah-istilah yang kurang dipahami anggota-anggota saat ini termasuk saya pun menyadari hal tersebut, yang menyebabkan kita mulai tergerus dan meninggalkan jadi diri kita, padahal Amuk laut mahadasyat pun tidak mampu merobohkan apabila nilai-nilainya memang tersampaikan dan diresapi dalam pemikiran dan perasaan. sehingga rekan-rekan juang ku semua mari kita saling meningatkan, mengintrnalisasi gerakan supaya tetap dapat berjalan beriringan dengan keinginan awal. Tanpa harus memunculkan kata KEMBALI KE AKAR, melainkan melanjutkan perbaikan, sebab subtantum equilibrium (keseimbangan) dapat terwujud dalam gerakan PMKRI apabila 4 nilai meliputi nilai pembeda, nilai lebih, nilai pengikat, dan nilai penguji dalam tataran kompetisi dengan mahasiswa lain yang non PMKRI. Selamat berjuang ingat kita yang menggunakan baret merah Bol kuning adalah pasukan elitnya gereja.

Pro Ecclesia et Patria !                

Penulis : Obi Seprianto

 

 


Sunday, December 27, 2020

NARASI CINTA

 


Bukit sunyi meraung kisah

Dikala petang mulai menyapa

Napas ini terasa sesak

Ketika harus memandang wajah-wajah sang cinta

Cukup-cukup sudah, aku ingin bersama mereka

Aku ingin melukis kisah cinta yang tak terbatas

Tapi aku tak bisa, aku hanyalah selembar wayang

Yang harus mengikuti gerakan dalangnya

Ah Tuhan aku ingin bertanya

Mengapa aku harus meninggalkan mereka?

Sedang aku sudah mengenal mereka

Tapi Tuhan aku juga sadar, bahwa Kau punya rencana

Dan aku tak mungkin menolaknya

Tapi Tuhan satu yang aku pinta

Jaga mereka selalu dimanapun mereka berada dan mengadu

Narasi cinta telah ku ukir

Bersama cinta yang menggores hati

Taetimu telah membekas dalam hati

Dan akan tetap terukir dalam sanubari

Biarlah hariku terus berlalu

Tetapi tidak dengan kisahku dan kisahmu

Oh Taetimu, aku rindu wajahmu, aku rindu senduhmu

Doakan aku yang selalu merindukanmu.


Oleh : Yakobus Luckyvantura

RINDU MAMA

 


Gelap malam kian mendekap

Alunan lagu yang kau lantunkan, tenang

Bersama melodi gitar nan syahdu

Membawa ku kembali dalam rahim mu

Kenyamanan ku rasa

Perlindungan ku dapat

Aku tak punya tenaga tuk meraihmu

Mendekatimu saja aku sulit

Bukan karena kau cantik nan menawan

Tapi karena aku tak sanggup mempersingkat jarak

Bagiku, kau adalah udara segar

Bisa ku rasa walau sulit ku dekap

Membawa kesegaran penenang jiwa

Kaulah udara yang membawaku terbang ke pelukanmu

Merasakan belain kasih wanita terhebat

Memberi tanpa imbalan

Mencintai tanpa kata

Kau adalah pujaan dambaanku

Setia melukiskan bulan sabit dalam wajahmu

Sebagai penyemangat bagi ku di tanah rantau

O... Tuhan

Peluklah dia untuk ku

Sayangilah dia seperti aku mendambakan pelukannya

Aku rindu dirimu yang di sana

Mama.


Oleh : Yakobus Luckyvantura


Monday, December 14, 2020

COBA SAJA DAHULU

 


Awal perjalanan masuk ke PMKRI saya belum pernah membayangkan bisa menjadi seperti sekarang ini.

Diakhir tahun 2016 saya di ajak ke PMKRI oleh bang Andi Ewon salah satu mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya yang satu tahun terlebih dahulu dibandingkan dengan saya. Awalnya saya tidak tahu apa itu PMKRI, yang hanya ada terlintas di benak saya PMKRI adalah sebuah tempat berkumpulnya Orang Muda Katolik dengan kegiatan kerohanian seperti berdoa, bermazmur, berkumpul sharing pengalaman dan lain sebagainya.

Bayang-bayang tidak pernah mengenal organisasi membuat saya tidak terlalu berminat untuk terjun bergabung di sana. Hanya saja waktu itu banyak sekali senior yang dengan sabar memberikan saya pemahaman mengenai apa itu PMKRI, sehingga saya di ajak terus untuk berdiskusi bersama di Margasiswa.

Margasiswa itu sendiri adalah sebutan tempat berkumpulnya anak-anak PMKRI untuk berdiskusi, menuangkan ide dan gagasan. Didalamnya terdapat banyak sekali ragam sifat dan perilaku manusia dari berbagai suku, etnis dan budaya menjadi satu wadah sehingga dikenal dengan sebutan Margasiswa PMKRI.

Bulan November tahun 2016 saya resmi bergabung di PMKRI melewati pendidikan formal PMKRI katanya yaitu Masa Penerimaan Anggota Baru. Di sana saya berkenalan, menemukan banyak pengetahuan baru, berdiskusi dan saya memahami apa yang ada dalam diri saya sehingga dapat saya kembangkan.

Pasca MPAB, saya ikut serta dalam Musyawarah Keluarga Mahasiswa Katolik di kampus Universitas Palangka Raya. Itu adalah pengalaman pertama kalinya saya ikut langsung dalam proses perumusan aturan dan pengambilan keputusan. Disana juga saya mulai memahami bagaimana cerdasnya mahasiswa sehingga disebut sebagai masyarakat intelektual. Perdebatan demi perdebatan terjadi tetapi lantas hal itu tidak mengurangi semangat saya untuk terus belajar sampai-sampai saya menyadari betapa kurangnya ilmu pengetahuan yang saya miliki dibandingkan dengan teman-teman yang sudah mengenal organisasi.

Dari sanalah perjalanan saya dimulai, dimana tempaan demi tempaan berusaha saya jalani sehingga tertanam dalam diri bahwa saya harus bisa menjadi sama seperti orang-orang hebat yang saya saksikan malam itu.

Bersambung … (Pantau Terus Blog SuaraDionisus untuk Mengetahui Kelanjutan Ceritanya :) )


Penulis : Cindi Fantika

 


SAAT LUKA ENGKAU PERGI DENGAN BAHAGIA

 


Setiap kali aku melihat setiap ragaku yang kian lesu seperti tidak berada sebuah keharusanku untuk selalu bersamamu lagi, aku tak bisa menyimpulkannya bagaimana lagi yang ku buat sehingga kamu bisa tetap bersama angan dan selalu mengisi kekosonganku.

Saat luka engkau buat pergi bersama egomu dan menjadi sakit di atara luka kepingan luka yang tidak bisa di obati oleh senyum pengganti diantara ragu dan kakunya seorang kamu yang dulunya sering ada di dalam anganku.

Saat engkau pergi dari diary kehidupanku sebuah ketiadaanku begitu berasa di sela kesendirian dulu yang biasanya kamu selalu menghampiriku dengan senyummu yang sangat khas sekali dan lesung pipimu ikut terlibat dalam caramu membuatku terkagum.

Deretan luka ini yang memberikan dalam cerita kisah ini pun menjadi saksi bahwa selama kita berada di puncak kebahagiaan jangan terlalu bahagia, benar kata orang jangan pernah janji pada saat kamu bahagia karena itu yang membuat menjadi lemah jika engkau selalu mengingat luka yang ada.

Setiap malam sering pikiran ini selalu berlabuh dalam namamu yang selalu menjadi pengisi sunyi dan kelamku tetapi semua rasa yang ada itu menjadi saksi bisu antara ragaku yang masih tegar terlihat dan kenangan yang pergi bersamamu dan membawamu ke ruang bahagiamu.

Sampai imajinasiku mengambang, hingga senyummu membuaku merindu, dan senyum itu pun saya sudah mulai menganalisanya dengan canduku “Ternyata di balik senyummu yang manis itu ada pengkhianatan dan menjadi usang di antara diariku dan semua pergi tentang luka ini.

Di bawah senja, ku duduk sambil menikmati kopi bersama sepoinya angin selatan kota ini dan ku merenung tentang kisah  dan kasih yang sudah terjalin oleh mahluk ciptaan Tuhan yang menghuni semesta ini.

Kopi yang menyajikan tentang pikiranku untuk selalu mengingat satu rasa ketika memikirkan suatu hal  “Bolehkah aku minta janji manismu kopiku terlalu pahit untuk di seduh” kopi yang tadinya selalu nikmat di minum.

Dan kini ketiadaan rasanya manis kopi itu tidak terasa manis lagi yang ada Cuma pahitnya kenangan dan manis itu Cuma terkubur oleh ampas kopiku yang seduhnya dengan penuh nikmat.

Di setiap sujudku berdoa agar luka ini tidak makin parah, begitu banyak kebaikan yang telah ku panjatkan untukmu. Begitu pun setiap malam pada penghujung hari ini, aku sering mengkontenplasikan rinduku akan dirimu.

Aku menepi di pojok doaku, tema ujudku masih tetap sama berharap engkau ingin kembali kepada bahu yang menghangatkanmu di kala kamu kedinginan, kita adalah spasi yang ada di setiap bait untuk menjadi tulisan itu menjadi sempurna tapi sayang kamu tidak mau menjadi paragrap untuk menyambung tulisan diary kita.

Saat engkau pergi meninggalkan luka ini, kamu pernah bilang kita adalah puisi-puisi yang berserak di sudut kota ini di saat baitnya ingin merapikan puing untaian di setiap sajaknya ada saja kata yang menghalangi penyambungan sajak tentang kita.

Luka yang ada ini seakan berjalan diatas kerikil-kerikil yang tajam yang menjadi sakit di setiap pijakan menopang untuk bisa kembali ke arah sama, tetapi semua ini seperti peziarah dalam lamunan yang seakan semua seisi buku diary tidak megetahui keberadaan suasana tentang pergimu yang meninggalkan luka.

Di saat engkau pergi dengan luka itu seakan banyak darah yang harus di pertaruhkan untuk bisa membuat luka itu akan jadi sedikit membekas, tetapi yang namanya luka membekas pasti ada dan itu akan terbawa sampai kapanpun.

Ada juga yang bilang bahwa “Jangan pernah janjikan kebahagian di saat hujan karena ketika besoknya kamu bias saja patah hati dan terluka, dan setiap kali turun hujan kamu akan terkenang akan kejadian itu. Saat orang lain bahagia menatap hujan, kamu justru merasa sedih saat melihat keluar jendela”.

Biarlah engkau pergi dengan luka yang kamu bawa karena hal itu tidak akan menjadi kebahagiaan nantinya, tetapi jangan engkau mengulanginya lagi pada orang lain.

Penulis : Yakobus Lukivantura


Saturday, December 12, 2020

AKU, JATUH DAN MATI

 


Seperti pendaki takjub akan cantiknya pegunungan

Aku ingin tenggelam dalam cantikmu

Nikmati berkat yang telah ditakdirkan

Menjalani setiap langkah sebisaku di sampingmu

Andai aku jatuh

Aku minta pada Tuhan agar hatiku

Dijatuhkan sejatuh-jatuhnya pada jurang hatimu

Dan bila aku mati

Setidaknya hatimu adalah tempat terakhirku


Oleh: Yakobus Lucky Vantura


BAGAIMANA MUNGKIN

 


Jariku gemetar kala menulismu sebagai judul puisi ini.

Entah apa tapi hatiku juga terjangkit bergetar.

Aku pernah bertanya alasanmu memintaku membuka hati untuk yang lain.

Katamu, kau ingin aku bahagia.

Aku telah berusaha untuk mengabulkannya

tetapi Cuma bibirku saja yang mampu, tidak dengan perasaanku.

Bagaimana mungkin aku membuka hati kepada yang lain untuk bahagiaku,

sedang jawabannya selalu kamu.

Bagaimana mungkin aku membuka hati kepada yang lain,

sedang kunci hatiku kamu bawa pergi.

Bagaimana mungkin aku membuka hati kepada yang lain

sedang sendirimu masih seperti sendiriku.

Biarlah bait waktu yang membuat semuanya mungkin

 Walau bukan sekarang atau dalam waktu dekat.

Mungkin di suatu waktu yang tak kita tahu

 

Oleh : Yakobus Lucky Vantura


Monday, November 23, 2020

REFLEKSI ANTARA HATI DAN NALAR

 

Pertanyaan refleksi : Bagaimana melibatkan hati dalam memahami?

Tuhan telah menganugerahkan manusia sebuah kepekaan dan perasaan melalui hatinya. Orang menyebutnya sebagai hati Nurani. Hati Nurani ini memiliki keterkaitan dengan otak. Otak merupakan pusat kendali nalar dan logika, dimana saat manusia dihadapkan pada suatu permasalahan ia akan mempertimbangkan dan memahaminya dengan logika dan perasaan. Namun beberapa orang ada yang menggunakan akalnya saja tanpa nuraninya.

Hati di percaya sebagai pusat kendali emosi sementara otak di percaya sebagai pusat kendali segala aktivitas fisik dan nalar. Keduanya merupakan unsur yang terpenting dan tak terpisahkan yang mempengaruhi perilaku dan perasaan seseorang. Hati dan otak tidak akan mampu berfungsi secara maksimal tanpa adanya interverensi antar keduanya. Pikiran akan lebih tajam jika dengan adanya emosi dan emosi akan lebih efektif dengan adanya pikiran dan nalar.


Hati sebagai sumber emosi memiliki peran yang penting dalam proses penguatan pikiran dan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami informasi yang berasal dari luar dirinya. Segala sesuatu yang dipikirkan oleh otak itu berasal dari hasil penerimaan atau tertangkapnya berbagai getaran dari lingkungan oleh sensor panca indra organ tubuh yang kemudian di kirimkan ke otak melalui sistem saraf.

Dalam proses transfer informasi tidak terjadi proses pemilahan informasi positif dan negatif karena dalam proses transfer informasi ke otak. Apa saja yang di terima oleh sensor panca indera secara utuh di teruskan ke otak sehingga pemikiran otak sering bersifat vulgar.

Berolah rasa itu penting. Berolah rasa dengan hati akan memberikan hasil yang lebih baik, lebih bijak, jernih, bahkan lebih suci dari pada hasil otak pikiran otak yang umumnya bersifat vulgar dan cenderung kearah ke arah negatif.

Hati memiliki nalarnya sendiri,sedangkan nalar tak memiliki hati. Hati yang memiliki nalar akan membuat suatu tindakan atau suatu keputusan sesuai suara hati dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

 Penulis : Yetro Valentino


Friday, November 20, 2020

OCEHAN DI UJUNG SENJA

 


Runag sumpek  penuh gerah

Tak mau  ku berlama dalam kebisingan hampa

Diam mendengar ocehan lumrah di ujung senja

 

Kian kemari kian membosankan

Mulut bersorak HAM

Namun perbuatan mengumandangkan pelecehan

Opini ini hebat melindungi marginal

 

Ternyata hatinya penuh nestapa

Semangat berkoar koar menolak SARA

Sepersekian waktu menimbulkan huru hara

 

Cukuplah sampai disini

Biarlah segala dusta tengelam bersama senja

Membawa segalanya dalam gelap malam yang sebentar kan tiba

 

Cukuplah semua mata terpesona

Sekian hati terpana

Biarlah ocehan ini

Tinggal di ujung senja

 

Oleh : Yakobus Lucky Vantura


RASA YANG TAK TERUNGKAP

 

Kau yang tak lagi kurindukan
Pupus rasaku terbang bersama kepergianmu
Terbang jauh mengoyak lapisan ozon
 
Malam ini di bawah tanpa rembulan
Ada kisah yang tak harus kau tahu
Ini kisah si lelaki misterius
Dulu rasaku membawa aku jauh dari bumi
Memeluk awan di tengah asap mengepul
Memindai rasa mencari wajahmu
 
Selalu mencoba mencari alasan terbaik
Mengapa rasa ini stuck di depan hatimu?
Tebakku mungkin karena ada rasa
Tak ku bicarakan semuanya
 
Memandangmu dari sudut kelas adalah bahagia
Rasa pertama dalam hidup ialah Cinta
Bersua dalam jumpa
Bertemu dalam tatapan
Bertumbuh dalam kebersamaan
 
Hingga memunculkan kelopak keindahan
Tahu lesung pipitmu aku terpesona
Inginku utarakan rasa
Tapi ternyata jawabanmu mengarahkan ke barat rasa
 
Kau acuhkan semua rasaku
Mengenyahka aku tanpa berpaling sapa
Seolah aku tak pernah ada untukmu
Apalah artinya bila rasaku tetap bagimu
Walau tak ku miliki ragamu
Tapi setidaknya aku pernah memeluk hatimu
Walau tak ku sadari Ini aku rasa tak terucap

Oleh : Yakobus Lucky Vantura

            

Tuesday, November 17, 2020

ADRENALIN YANG TERPICU

 


Waktu yang kadang memberi kesempatan untuk kembali mengingatnya,

dari sudut kota cantik ini, disisi kamar ini melintasi dalam pikiran kosongku,

memandang pada sebuah kaca yang berisi air hitam dengan rasa sedikit manis.

 

Siapa yang bisa menyangka ketika pada saat itu

seseorang memetik buah yang membuatnya tertarik

lalu melemparkannya kedalam gerombolan domba-domba

yang malang berada dekat disekitarnya. Apa yang terjadi ?

 seketika itu akan menarik hormon-hormon dari dalam dirinya,

 kegembiraan keceriaan yang menyelimuti suasana itu.

 

Begitupun yang terjadi pada diri kita, ketika ada seseorang

yang dapat memunculkan hormon itu, kita dirangsang lalu dikendalikan

 perlahan-lahan agar mengejar objek itu. Ada daya tarik tersendiri,

hati dan pikiran yang begitu cepat melaras seakan ditunjuk begitu saja,

tanpa ada rasa sedikitpun keraguan yang mendalam pada dirinya.

 

Dengan egoisnya, rasa itu mulai membulat mengelilinginya.

Hingga pada suatu ketika, dengan cepat datangnya emosi yang tak terkendali,

memecah belah, lalu pergi menghilang begitu saja bagaikan

asap tersapuh oleh tekanan angin, tanpa sebait kata.

Kekacauan dan kekecewaan yang datang menyelimutinya,

membuatnya serasa tidak berarti lagi.

Waktu terus berputar, melupakan tidak semudah mengingat,

 dimuseumkan dalam sebuah memori kepalanya, hingga pada akhirnya datang,

dipicu kembali oleh segenggam kaca barisi air hitam sedikit manis.

           

Karya : Eduardus Setno


Monday, November 16, 2020

DALAM SEKAP DAN DIAMKU AKU MEMUJIMU

 

Diam bukan berarti tidak peduli dan diam juga bukan berarti kaku dari ketidak pedulian, diam juga bukan soal tentang mati untuk rasa kaku terhadap sebuah perasaan. Sekap untuk memujimu kubawah dalam setiap lirihku.

Sebab aku memujimu dalam diamku adalah cara yang terbaik bagi silensiumnya ragaku dan dan dapat saya minta kepada sang peneguh kehidupan dan sang khalik untukmu sang gadis pengukir rasa rindu.

Terkadang  dengan diam aku harus belajar banyak hal tentangmu dan belajar seluruh rangakaian sifatmu yang sedikit kekanakan dan selalu manja di dalam setiap dekap yang ada, kak Juna, kenapa si kak dari tadi cuma berdiam diri ? kata si Cecil.

Apakah candu dan tawaku dari tadi kurang menarik sehingga kakak cuma menjawab hanya sepenggal saja? lanjutnya. Juna cuma memancarkan senyum yang lumrah saja dan sembari melihat kekasihnya. Lalu karena agak berjauhan mereka duduk jadinya Juna menggeserkan posisi duduknya tepat besisihan selayaknya orang pacaran.

Juna sembari dengan hati yang  sudah merasa ada di dekat kekasihnya ia berkata,  ”Cecil cuma diam yang bisa membuatku belajar untuk selalu mencintaimu dan selalu menyangimu, coba kamu lihat batu alam di sungai itu, ia seakan di hempas dengan air yang begitu dahsyat dan menghempasnya dengan kuat.

Bahkan batu alam itu, rela tubuhnya di kikis oleh air itu dan merelakan tubuhnya di buat berwarna di tengah sungai dan alam yang asri, Cecile dengan khas senyum manjanya membuat seisi konsep suasananya menjadi indah seketika dan sambil cubit manjanya seketika mendengar kalimat bijak dari kekasihnya.

Dalam tangan Juna di pegannya batu alam itu dan lirihnya berkata dan sesekali ia menunjukan kepada Cecile di balik gengamannya itu, mengertikah Cecile dengan batu ini ? dengan raut wajah bingung dari Cecile dan mukanya bingung ketidaktauanya terhadap apa yang di katakan oleh kekasihnya.

Ade Cecile ”aku rela berkorban dan melakukan apa pun demi membuatmu bahagia” kata Juna dengan nadanya yang menyakinkan dan memang dalam kalimatnya ada ketulusan dan rasa menyakinkan itu ada di sekitar perasaan mereka di konsep cinta mereka. Cecile langsung memeluk Juna, sambil berkata “aku sangat mencintaimu kaka” senja yang mulai berdendang dan sesekali seperti menari untuk menampakan dirinya.

Senja yang begitu indah mewarnai perjumpaan mereka, Cecile yang tak jemu untuk sesekali mengecup kening kekasihnya Juna, kecupan mesra itu akan menjadi pembuktian di sela bercengkrama bersama.

Lagi-lagi situasi itu pun Juna hanya tersenyum melihat kekasihnya yang bertingkah renyah seperti itu, ia juga melihat ada ketulusan dalam setiap kalimat yang ada disetiap ucapan mereka akan berwarna di tengah munculnya senja.

Disaat senja sudah menjadi bagian terpenting di dalam cerita senja dan cerita tentang apakah ada kasih sayang itu dan apakah rasa cinta menjadi sebuah alur dari rasa yang pernah ada di balik awan yang hitam bersamar dan bercampur harapan.

Diamku memperhatikanmu adalah tugas terberat sebenarnya karena aku harus menipu diriku sendiri untuk bisa memahami seribu bagian cara yang selalu kudustakan dalam seribu macam diamku supaya aku mengingat semua rasaku untuk selalu ada padamu.

Aku selalu memperhatikan segala tingkah konyolmu yang selalu membuatku menjadi penyerap dan setiap dekap yang engkau berikan kepadaku itu menjadi saksi yang selalu  ada di dalam lamunanku dan seketika juga aku mengambil helaan nafas untuk menjadikan semua ini sebagai akar dari perjumpaan di tengah senja dan yang menjadi saksinya adalah cahaya yang semakin menyamar.

Ditengah candanya Juna, ada pertanyaan yang baru dari Cecile yang kedengarannya agak jarang mereka bahas dalam setiap kali mereka berbagi cerita. Jun dalam lirih pertanyaan Cecile apakah kamu cinta dan sayang sama aku? senja yang beserta mereka dalam percakapan itu pun mendadak bisu dan kaku dan tidak bisa memberikan senyum lagi kepada mereka.

Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal itu setelah kita sudah bersama sejauh ini, apakah harapanku padamu tidak begitu pas di hatimu? ataukah kasih dan kesetiaanku tidak cukup bagimu? andai saja kamu tau yang ku rasakan saat ini. “aku bersama semesta ini akan saling bercerita tentang kamu sebagai mahluk sang Khalik yang uar biasa yang aku miliki”.

Cecile yang tadinya tidak mengira akan jawaban dari Juna itu seakan terhipnotis dan mulut mungilnya yang tadiya sering berargumen mendadak diam bagaikan di lem dan di tutup rapi, dalam benaknya dia telah menjadi bagian dari harapan Juna karena dalam hal yang sama pun ternyata Juna bukan cuma seorang aktivis tapi dia juga penyayang kekasihnya.

Jadi begitu ternyata yang di saksikan oleh senja dan semesta yang dari tadi diam untuk menyaksikan perasaan hati mereka, semoga dalam perjalanan ini akan menjadi saksi untuk semua insan yang ada di sekitar kita dalam hal perasaan.

Penulis : Yakobus Lukivantura

Wednesday, November 11, 2020

REFLEKSI CINTA

 


Pertanyaan refleksi: Apa yang akan kamu lakukan ketika mencintai seseorang ?

Bunda Teresa dari Kalkuta pernah mengatakan “Tebarkanlah cinta kemanapun anda pergi, jangan ada seorangpun yang datang menemuimu tanpa menjadi lebih bahagia ketika meninggalkanmu.” Dalam relasi dengan pasangan, poin yang terpenting adalah jangan biarkan dia yang kamu cintai tidak menjadi lebih bahagia.

Ketika mencintai kamu tidak harus melakukan semua yang diminta. Lebih dari itu kamu akan mencari cara terbaik dari yang ia mau. Cinta tidak melulu perasaan. Cinta ialah kesadaran penuh untuk membahagiakan, keinginan, kemauan, kehendak bebas. Bukan ketidaksengajaan apalagi keterpaksaan..

Ketika mencintai, kamu akan menyadari kekuranganmu namun uniknya membuatmu tetap bertahan. Melupakan semua rasa rendah diri itu dan berusaha memantaskan diri. Cinta pasti membuat lebih baik, bukan dari orang lain tetapi dari diri sendiri di masa lalu. Bukannya pergi dan bersembunyi, tetapi mencoba memperjelas kesamaran dengan keterbukaan dan komunikasi..

Hubungan yang baik berisikan dua orang yang sama-sama mau menerima dan mengerti setiap kekurangan dan ketidaksempurnaan. Cinta akan memberimu kekuatan untuk bertahan. Bahkan ketika diabaikan. Cinta tidak pernah mencari-cari alasan, tetapi sebaliknya berusaha mencari cara. Cinta yang mengakar akan membuatmu bertahan dalam segala keadaan yang menyesakan, ia akan membuatmu tahu tanpa diberitau,  mengerti tanpa penjelasan, dan sadar tanpa harus dikatakan.

Cinta akan memberimu kepercayaan, ia tidak merantai, tetapi memberi sayap. Ia akan membuatmu pulang ke arah yang sama. Ia memberimu ruang yang luas untuk menjadi dirimu sendiri. Membuatmu berkembang. Cinta akan membuatmu dengan bebas terbuka, berkisah apa saja. Dan akan membuatmu lebih menghargai dan mendengarkan. Kata eyang Habibie, ‘cinta tidak berupa tatapan satu sama lain, tetapi memandang keluar bersama ke arah yang sama.’ Cinta tidak membutakanmu, sebaliknya ia akan membuatmu dapat melihat dengan jelas, ke arah yang benar.

Selain belajar mencintai, kita harus sadar bahwa manusia sejatinya memiliki kekurangan dan kelebihan yang sulit dipaksakan. Manusia merupakan mahkluk yang tidak sempurna, yang bisa saja salah dalam mencinta. Kita harus mengerti darimana ia berasal, persoalan yang dihadapi, dan kisah seperti apa yang dialami serta bagaimana ia bisa hidup sejauh ini. Kita harus mengerti agar dapat menncinta dengan benar. Serta setiap orang berbeda-beda termasuk caranya mencinta. Namun, Cinta adalah bahasa yang bisa didengar, dimengerti oleh orang tuli, yang bisa dilihat orang buta, dan bisa diucapkan oleh orang bisu.

Paus Fransiskus I dalam sambutannya kepada umat beriman saat Doa Angelus di Lapangan St. Petrus pada 25 Oktober 2020 mengatakan bahwa cinta kepada Tuhan dan kepada sesama harus cenderung bersama dan tidak terpisahkan.” Selanjutnya Paus mengatakan “Yang tidak diungkapkan dalam cinta kepada sesama bukanlah cinta sejati kepada Tuhan; dan, demikian pula yang tidak diambil dari hubungan dengan Tuhan bukanlah cinta sejati kepada sesama.” Lebih jelas Bapa Suci mengatakan, “semua perintah itu untuk melaksanakan dan mengungkapkan cinta ganda yang tak terpisahkan itu.”

(Tidak mungkin kita memperjuangkan cinta dengan mengangkat pedang. Ketika mencintai, tidak mungkin secara bersamaan, melukai. Cukup mencintai saja ! Atau memilih untuk tidak memulai apapun !)

Penulis bukanlah seorang ahli cinta. Tetapi ingin mencoba merefleksikannya, pesan dari penulis,  "Cinta itu adalah sebuah anugerah dari Yang Maha Kuasa, yang harus disyukuri dan disadari keberadaannya. Setelah kehilangan kita akan lebih merasakan keberadaan cinta, jangan biarkan kehilangan mendahuluinya !" Oleh : Rahel Dewi Sartika


Tuesday, November 10, 2020

RINDU, KATA AHIR DARI COVID-19

 


Dalam setiap sentuhan hati yang selalu menangis di sela layar handphone dan layar televisi, melihat situasi yang melanda dunia ini. Penyebaran virus covid-19 ini menjadi sebuah konten trending di dunia maya bahkan dirasakan di dunia nyata.

Peredaran ini pun tak cukup jika hanya siap siaga dalam melihat kondisi dan situasi ini, tetapi kita di tuntut oleh sebuah rasa ragu untuk bersosialisasi dengan semua orang, kita juga dihantui oleh banyaknya orang yang terpapar di negeri ini dan banyak pula yang sampai meninggal dunia akibat terpapar virus covid-19.

Bukti bahwa covid-19 ini menjadi trending  dunia adalah adanya  pembahasan yang sering terjadi yang membuat semua manusia ingin mengetahui sejauh mana virus ini sangat mematikan bagi seluruh umat di dunia.

Dalam hati kita semua pasti saja banyak kata rindu untuk kembali ke fase dimana kita saling bertatap mata kala kita saling bercerita, saling jabat tangan saat kita saling bertemu dan berpelukan kasih sayang bagi sanak saudara kita kala berjumpa.

Namun Itu semua hanya sebatas angan dan kata penghibur untuk kita renungkan di setiap saat dan juga sebatas cerita kita disaat mengupdate kalimat ‘Rindu dalam akhir dari virus covid-19 ini’.

Praktek yang  dilakukan sekarang adalah jauh dari apa yang dirasakan sebelum covid-19 ini dimana segala sesuatu serba diatur oleh sebuah kebijakan. Aturan pun berlaku entah sampai kapan sejauh rindu untuk kembali seperti semula. hmmm itu sebuah kata yang kita tidak bisa pastikan kapan ini berlalu dan berahir.

Apakah manisya kata rindu ini tetap selalu menggema di media social.? Saya rasa itu tidak akan selesai jika hanya mengeluh, kata rindu untuk kembali normal tidak akan mudah jika tanpa ada niat dan hanya di rumah saja atau harus dengan social distancing, itu tidak bisa berlaku.

Kita sebenarnya tidak boleh menunggu kata berahir tetapi kitalah yang memutuskan berahir dan tidaknya, apalagi dalam kondisi yang sudah sangat akrab di setiap saat ketika orang-orang berbicara tentang covid-19 ini.

Paradigma berpikir yang diambil adalah sebab kita tidak akan selamanya terkungkung dalam pola pikir yang di rasakan oleh sebuah situasi yang mendorong kita kepada sebuah ketiadaan untuk bisa keluar dari zona yang sedang tidak baik-baik saja.

Sebenarnya kita berada di dalam sebuah keadaan yang ada dan berpacu untuk menciptakan dunia baru dengan tatanan yang baru tanpa harus melepaskan keberadaan kita sebagai manusia beretika yang mampu memberikan sebuah rasa ingin keluar dari kungkungan ini.

Bumi dalam hal ini pun memang berdampak sangat signifikan dirasakan karena di awan sana mata kita tidak ada lagi melihat awan yang hitam pekat seakan mau turun hujan dan pekatnya polusi yang memberi dampak kurang baik bagi manusia. namun diatas awan sekarang sudah terlihat begitu sejuk dan ada saja momen ketika awan bisa memberikan warna tersendiri bagi mata kita supaya dimanjakan dengan awan yang sudah bersih dari polusi.

Tetapi dalam konteks ini menghirup pun kita dapat dengan leluasa karena kita tau sesuatu yang indah masuk kedalam tubuh kita itu adalah sesuatu yang yang baik dan dapat meningkat kekuatan tubuh kita salah satunya.

Dari sekian itu pula tanda yang selalu menggugah hati kita adalah dalam hal ini menjadi pesimis terhadap virus yang sekian bulan ini kita dibuatnya menjadi takut dan menjadikan kita tersandran dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Hal ini yang menjadikan kita harus mencari situasi yang pas dan situasi yang cocok untuk kita bisa mengekspresikan diri kita kepada semua hal yang di senangi dan bisa di hasilkan untuk dapat bertahan dalam kondisi sekarang ini.

Sering  kita dengar dan bahkan sering juga kita melihat video dan tulisan orang dengan kalimat, “Cepat Sembuh Bumiku”. Dalam kalimat ini mempunyai arti yang sangat dalam untuk di pikirkan dan kalimat refleksi yang sangat menusuk bagi kondisi sekarang ini. Dimana juga kondisi kita saat ini dalam ekonomi yang tidak lagi stabil dan merosotnya ketidak berdayaan kita dalam memikirkan apalagi yang harus di buat dan menguntungkan di tengah kondisi wabah covid-19.

Kata rindu itu pun muncul pada saat kita menemukan kebuntuan kita sebagai manusia untuk berpikir terkait apa saja yang selalu kita rasakan, ini juga yang di keluarkan dari mulut kita yaitu kapan bencana ini akan berahir.

Jadi semua itu sebenarnya adalah ungkapan rasa ketidakberdayaan kita dengan waktu yang terbatas oleh adanya aturan, dan yang kita buat pun itu adalah seolah-olah hanya di buat supaya kita tetap pada posisi kita sebagai orang yang kuat di tengah wabah ini…

Penulis : Yakobus Lukivantura