MAYORITAS MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DI KAMPUNG SIDOMULYO
Pada siang hari tepatnya pada tanggal 10 Desember
2023, di kampung Sidomulyo banyak hal yang kami temukan dan yang kami tempuh
disetiap langkah dan pandangan kami. Disepanjang jalan kami banyak sekali
menemukan keunikan di kampung Sidomulyo, disetiap halaman rumah warga memiliki
tanaman dan kebun yang sangat beragam, mulai dari tanaman sayuran seperti
timun, jagung, kacang panjang, terong, kangkung, labu, daun singkong, daun
pepaya. Selain itu kebun buah juga sangat banyak di setiap rumah warga seperti
mangga, rambutan, belimbing, nangka, belinjo, durian, cempedak, rambutan, jambu
air, jeruk, kelapa, kelengkeng, dan kebun pisang.
Semakin menyusuri jalan semakin banyak pula ciri
khas tersendiri yang terdapat di kampung Sidomulyo, yang dimana disepanjang
perjalanan kami saat menelusuri jalan Sidomulyo kami menemukan banyaknya warga
sekitar yang membuka usaha sebagai penambah perekonomian mereka seperti toko
sembako, warung es, serta warung makan. Selain itu, pemandangan di daerah
Sidomulyo terbilang bagus karna udaranya masih bersih dan segar untuk dihirup,
jauh dari kata polusi udara yang berupa asap kendaraan, karna tumbuhan serta kebun
warga lah yang membuat udara atau oksigen di sekitaran kampung menjadi sejuk
serta segar.
Selain memiliki kebun buah dan sayur, di kampung
Sidomulyo juga memiliki kebun yang berupa pohon karet dan pohon sawit, yang
dimana para warga bergantung juga penghasilannya kepada kebun dan sayur yang
mereka tanam.
Setelah melihat dan mengulas rumah rumah warga serta kebun yang mereka
miliki, kami berempat kembali lagi menyusuri jalanan di kampung Sidomulyo. Dari
apa yang kami lihat dan teliti lagi, ternyata rumah warga antara satu dengan
lainya memiliki jarak yang lumayan jauh antara satu rumah dengan rumah warga
lainnya, serta kami menemukan satu hal yang menarik dari kampung Sidomulyo
ternyata di kampung ini memiliki tempat wisata yang berupa wisata Air Merah
Surung Danum dan juga terdapat sebuah pabrik kayu sehingga membuat arus
mobilitasnya tinggi di kampung ini.
Kembali lagi kami menyusuri jalanan yang bisa
dikatakan cukup rusak, terdapat banyaknya lobang lobang di aspal jalan yang
tidak di tambal serta adanya sampah di jalanan. Setiap rumah yang kami lalui
selalu kosong tak berpenghuni, sehingga membuat kami kebingungan untuk
mewawancarai jika tidak adanya warga, sebelum memulai kembali perjalanan kami
berempat berdiskusi terlebih dahulu mengenai mengapa warga sekitar tidak ada di
rumahnya serta siapa yang akan kami wawancara jika warga di daerah sini tidak
ada. Yang dapat kami simpulkan dari diskusi adalah warga memiliki kesibukkannya
masing masing, karna kami dari awal di turunkan dari mobil selalu melihat
pickup serta trak yang berlalu lalang yang membawa hasil kebunnya. Kami tetap
melanjutkan perjalanan walaupun setiap rumah yang kami lalui selalu tertutup
dan tak berpenghuni dengan mengandalkan semangat dan juga tekad membuat kami
menjalani nya dengan sabar, semangat serta penuh percaya diri.
Pada saat di ujung perjalanan, kami menemukan satu
rumah warga yang cukup menarik yang dimana ada seorang nenek dan cucunya yang
sedang bersantai di depan atau diteras rumah. Yang dimana saat menemukan warga
yang masih ada di rumahnya, pada saat itu kami senang karna ada warga yang bisa
kami wawancarai. Saat menuju rumah warga yang ingin kami wawancarai, kami
berempat berdiskusi terlebih dahulu mengenai pertanyaan-pertanyaan apa saja
yang akan kami tanyakan pada saat nanti. Setelah dirasa cukup kami melanjutkan
perjalanan kerumah nenek dan cucunya tersebut, sesampainya di depan rumah,
teman ku terlebih dahulu mengucapkan salam kepada nenek tersebut lalu di
lanjutkan kami memperkenalkan diri.
Warga yang kami wawancarai bernama nenek Anisa
yang berumur 63 tahun beragama Islam. Disaat wawancara dengan nenek Anisa kami
menemukan banyak hal mengenai kampung Sidomulyo, warga di kampung dominan
beragama Islam serta yang kebanyakan warganya merupakan mayoritas masyarakat
pendatang, salah satunya adalah nenek Anisa itu sendiri yang merupakan
masyarakat pendatang. Dari apa yang kami temukan dari nenek Anisa alasan
pertama mereka pindah adalah disebabkan oleh rendahnya perekonomian yang ada
ditempat mereka dahulu yaitu Jawa. Menurut nenek Anisa di kampung Sidomulyo
biaya untuk hidup masih terjangkau serta lahan untuk berkebun masih sangatlah
bagus. Karena alasan itulah mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah
pedagang, pengusaha, dan pekerja pabrik.
Namun saat wawancara nenek Anisa juga mengatakan
kekurangan dari kampung Sidomulyo yaitu salah satunya kurangnya kesadaran dari
akan kebersihan lngkungan, serta individualisme setiap warga tinggi yang dimana lebih mementingkan kehidupannya
masing-masing seperti kesibukan untuk berkerja sehingga jarang ada di rumah.
Setelah selesai sesi wawancara, tidak ada angin
tidak hujan kami meminta pekerjaan dari nenek Anisa agar untuk mendapatkan
makan, awalnya nenek Anisa tidak paham setelah dijelaskan dengan perlahan
akhirnya dia mengerti serta memberikan kami perkerjaan lalu setelah berkerja nenek
Anisa memberikan makanan. Pekerjaan yang diberikan oleh nenek Anisa adalah
merondap, menyapu halaman rumah serta membantu menjaga cucu laki-lakinya yang
baru berumur 18 bulan. Dimata kami nenek Anisa adalah sosok yang sangat baik serta
ramah orangnya, ia tak sungkan menerima kami berempat untuk masuk kedalam
rumahnya serta memperbolehkan kami untuk memetik buah rambutan yang ada
disamping rumahnya di saat kami membuat laporan survei wawancara yang dimana
kami juga disediakan olehnya minuman yang berupa teh es. Saat kami membuat
laporan anak dari nenek Anisa datang ke rumah bersama dengan anak perempuannya
yang berumur 10 tahun yang dimana kami pun berbagi cerita satu sama lain pada
saat itu. Tak lama dari itu nenek Anisa dan anaknya memanggil kami untuk makan
bersama dengan mereka, tanpa sungkan kami pun masuk kerumah lalu makan bersama
dengan mereka dengan sambil bercanda tawa satu sama lain. Setelah makan kami
pun mencuci piring dan membantu membersihkan tempat makan, dirasa semuanya
sudah selesai kami kembali keteras depan rumah untuk melanjutkan laporan
ditemani dengan cucu perempuan nenek Anisa serta dengan cemilan kukusan labu
kuning. Saat jam menunjukan pukul 14.35 WIB kami pun berpamitan kepada nenek
Anisa, anaknya serta cucunya untuk kembali ke tempat tujuan, kami satu persatu
berpamitan dengan bersalaman tangan. Setelah berpamitan kami kembali lagi
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dengan hati senang karna selain
tugas laporan selesai kami juga pulang dalam keadaan perut kenyang. Saat
perjalanan pulang banyak trak yang menolak untuk membantu untuk mengantarkan
kami, tapi saat dijalan raya ada satu orang baik yang mau mengantarkan kami
sampai ketempat tujuan dengan menggunakan trak. Ketika kami sampai ditempat
tujuan kami tak lupa berterimakasih kepada bapa yang mau memberikan
tumpangannya kepada kami. Saat sampai kami sangat senang karna ternyata kami
adalah kelompok pertama yang berhasil sampai serta berhasil mengerjakan tugas
yang berikan. Nah itulah cerita singkat kami berempat yang terjadi di kampung
Sidomulyo.
Dari apa yang kami dapatkan di kampung Sidomulyo
kami menyimpulkan bahwa individualisme yang terjadi sangat tinggi di setiap
warga yang mana warga lebih mementingkan kehidupan masing serta sibuk dengan
berkerja. Dari apa yang kami dapatkan kami memberikan solusi yang berupa ada
bagus bila warga di kampung Sidomulyo mengadakan acara seperti acara
pasar-pasar besar serta peran pemerintah untuk membangun masyarakat sangatlah
penting agar di Kampung Sidomulyo tak hanya bagus untuk lapangan perkerjaan tetapi
bagus juga untuk tempat para warga saling bergontong-royong satu sama lain,
agar kepedulian warga terbentuk dengan sendirinya disaat warga Sidomulyo saling
berkumpul.
Nama Kelompok 1
1. Nama :
Dionisius Cristianto Arenya
Tempat Lahir : Terawan
2. Nama :
Viktor germanus zebua
Tempat Lahir :
Poriaha
3. Nama
: Yeni Marlena
Tempat Lahir : Paku
4. Nama
: Brenda Daratista
Tempat Lahir : Muara Teweh