Wednesday, March 22, 2023

Dua Nalu Pare


 

Dia Nalu Pare

Bahasa Maumere 

Nora natar ha nulun ewe kabupaten sikka, noran dadi liwan dara no morun gete loning ami ba'at ngawun dara nope poang le sawe, riwun ngasun ewe natar ia di da'a bingung ganu pae tena ata ewe natar dia eo morun maran ba'a.

Noran leron ha, noran moan bia ha yang deri ewe natar ia, Moan ia mipin gita noran Moan blupur ha, Moan blupur ia noran kiring beli nimu, kalau au gai lakang riwun ngasun, lakang ata morun gete, au naha siapakan dua waebuan ha dena tung sera bi ami, me dua ia naha wi patar tetak wuri wehak ewe uma ia.

Da'a lua't nimu leta men dua ia ewe uma nimu buhe beta li'i ai, dadi me ia depo nimu da'a ewe uma rimu hama hama tota ai, da'a li'i ai sawe Moan ia kiring ewe men ia beta bui doi ha loning nimu gai tota naruk ha. Da'a nimu loa le men ia meha deri, padahal nimu bano na nala poron, da'a nimu main , nimu bati le men ia ewe boir, nimu bati le sawe nimu batar detak le, ia gu nimu siram ewe tana rewu ewe uma nimu ia, nimu susar loning dena le met, tapi une wate nimun, nimu ga'i lakang ata riwun ngasun, ia sawe nimu balong ewe orin. 

Da'a ewe orin du'a nimun pa ewe pae nurakin ena, nimu poi dor no duan ni beta nimu kesa doi gu balong, ia sawe duan ni tetap bui nurakin ena, lero di hewut ba men ia lae balong, duan ia pla balong dan Moan ia deri bioe poin, nimu di rehi ba'a da'a Kiring jujur le ewe duan ni beta men ia mate ba'a, duan ia huk megu dan dani bong teng, tapi tena ganu pae oras nimun ba.

Da'a Minggu ha Moan blupur yang pernah Moan ia mipin ia mai balong, tapi nimu mai pesan ewe Moan ni odo na lako sai uma ia, nimu nora duan ia di panor, da'a ewe uma rimu bego lo noran ewe uma ia pare tawa benun, rimu ruan dua lai leta wir odo riwun ngasun mai poru pare ia, dan pare-pare ia rimu bagi wir tena baku nalu wir, Moan ia cerita le bahwa pare yang rimu poru ia nimu dena le met, dan riwun ngasun ia epan gawan lora Moan ia dan pare ia rimu naran le dua nalu pare yang arti nimun pare yang asal nimun dari men dua ia, da'a nora leron te'i riwun ngasun tabe lora pare wera ha, loning poi te cerita ia.


Bahasa Indonesia

Beras Yang Berasal Dari Seorang Putri 

Pada jaman dahulu, di sebuah desa di Kabupaten Sikka, terjadi musim kemarau yang panjang atau musim panceklik Masayarakat di desa tersebut ditimpa bencana kelaparan, karena persediaan pangan di desa tersebut telah menipis dan bahkan ada beberapa rumah yang telah habis pangannya Masyarakat di desa tersebut pun bingung untuk menemukan solusi dalam mengatasi bencana kelaparan yang menimpa desa mereka.

Pada suatu hari, seorang bapak yang merupakan salah satu warga di desa tersebut bermimpi Dalam mimpinya, ia didatangi oleh seorang kakek tua Kakek tua tersebut berpesan kepada sang bapak bahwa, jika ia ingin menolong warga di desa tersebut dari bencana kelaparan tersebut, ia harus mengorbankan seorang gadis untuk dijadikan tumbal untuk mengatasi bencana tersebut. Anak gadis itu harus dikurbankan dengan cara dipotong potong atau dicincang dan disebarkan dagingnya di tanah luas atau kebun mereka Adapun bapak tersebut memiliki seorang anak gadis, namun ia sangat menyayangi anaknya itu, karena ia adalah anak tunggalnya. Maka, bapat tersebut membicarakan tentang mimpinya itu kepada warga desa lainnya dan meminta solusi. Namun sayangnya, tidak seorang pun dari warga desa yang mau mengorbankan anak gadis mereka Maka, dengan berat hati, bapak tersebut mengorbankan anak gadis kesayangannya itu.

Keesokan harinya, ia mengajak anaknya, ke kebun dengan alas an untuk mencari kayu bakar. Akhirnya, ia dan anaknya pun pergi. Sesampainya di kebun, mereka bersama-sama mencari kayu bakar Setelah selesai mencari kayu bakar, bapak tersebut berpesan kepada anaknya untuk menunggu sebentar, karena ia ingin mencari sesuatu. Akhirnya, ia meninggalkan anaknya sendirian Ternyata, bapak itu pergi untuk mengambil parangnya, dan akhirnya ia pun datang dan langsung menghunus leher anaknya. Ia kemudian mencincang- cincang anaknya sendiri dan mulai menyebarkan cincangan tersebut ke tanah gersang di kebunnya tersebut. Ia sangat bersedih karena telah melakukan hal tersebut, namun dalam hatinya, ia juga ingin membantu masyarakat desa. Akhirnya ia pun pulang

Ketika ia tiba di rumahnya, ia ditanyai oleh istrinya mengenai keberadaan anaknya. Ia hanya bisa mengatakan bahwa anak mereka akan pulang sebentar lagi. Akhirnya, istrinya pun menunggu kedatangan anak mereka. Namun, hari mulai malam dan anaknya pun tak kunjung datang, istrinya pun bertanya lagi dan ia hanya terdiam. Keesokan harinya, anaknya pun tak kunjung datang, akhirnya istrinya bertanya lagi, ia pun tak tahan lagi melihat kegelisahan istrinya, dan ia pun mengatakan bahwa anak mereka telah meninggal, istrinya sangat bersedih dan berteriak histeris, namun apalah daya, semuanya telah terjadi.

Setelah seminggu, kakek yang datang dalam mimpi bapak tersebut datang lagi. namun, dalam mimpi tersebut, kakek itu berpesan kepada sang bapak agar pergi dan melihat kebunnya. Keesokan harinya, bapak tersebut mengajak istrinya intuk pergi ke kebun mereka. Akhirnya, ia dan istrinya pun pergi. Sesampainya mereka di kebun, betapa terkejutnya mereka, bahwa kebun mereka telah ditumbuhi padi yang dalam bahasa Sikka disebut "pare" atau makanan berbiji. Mereka pun memanggil seluruh warga desa untuk bersama-sama memanen hasil pangan tersebut. Padi - padi tersebut pun dibagikan kepada seluruh warga desa dan dimasak menjadi bahan pangan mereka. Akhirnya, desa tersebut pun terselamatkan dari bencana kelaparan. Bapak tersebut pun menceritakan bahwa padi yang dipanen warga desa tersebut adalah hail kurban dari anaknya sendiri. Warga desa sangat berterima kasih kepada bapak tersebut dan mereka menyebut padi tersebut dengan sebutan Du'a Nalu Pare yang artinya beras yang berasal dari seorang putri atau gadis. Oleh karena itu, warga masyarakat Kabupaten Sikka pada jaman dahulu sangat menghargai sebiji nasi karena cerita tersebut. Mereka sangat menghargai perempuan, karena perempuanlah yang member kehidupan awal bagi mereka.


#harimasyarakatadat

#lombamenulis

#ceritarakyat


Penulis

Fabiyana Dasoge

Previous Post
Next Post

0 comments: