Cinta Yang Menghangatkan Tak Menghanguskan
(Karya: Alexander Nanga-PHMK)
Sesuatu Yang Berlebihan Tidaklah Baik.
Begitu juga dengan cinta. Pada hakikatnya, Kehidupan Cinta merupakan kehendak
Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini juga sesuai dengan kaidah penciptaan manusia, Yaitu
saling berpasang-pasangan.
Cinta merupakan perasaan yang pastinya
dimiliki setiap individu. Cinta juga membantu kita untuk melakukan hal yang
seharusnya baik kepada diri sendiri maupun kepada sesama. Menurut saya Cinta mengajarkan
kita untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut :
1.
Menerima
Sebelum
mengajarkan orang lain untuk mengendarai motor kita harus terlebih dahulu bisa
mengendarai motor.
Sama halnya dengan cinta, Sebelum
mencintai orang lain alangkah baiknya jika kita terlebih dulu mencintai diri
sendiri. Mencintai diri sendiri sama halnya dengan berdamai dengan diri dan
menerima segala kelebihan bahkan kekurangan kita. Manusia seringkali tidak
menyadari kelebihan yang telah diberikan Allah kepadanya, sebaliknya manusia
malah mencari-cari kekurangannya yang tanpa di sadari itu akan membuatnya lupa
akan kelebihannya. Hal ini membuat kita sulit menerima diri kita dan kadang menyalahkan
Allah yang telah menciptakan kita.
Harus disadari bahwa Allah sudah lebih
dahulu mencintai kita bahkan saya katakan Allah mencintai kita dengan sangat
radikal kerena menciptakan kita sesuai dengan citra Allah hingga rela
mengorbankan putra tunggal-Nya mati di kayu salib demi menebus dosa manusia.
Dengan menyadari kebaikan Allah seharusnya sudah cukup membuat kita merasa di
cintai dan menerima diri kita sendiri.
2.
Memberi
Memberi pada umumnya adalah berbagi apa
yang kita miliki kepada yang tidak
memiliki, namun esensi dari memberi akan menjadi lebih terasa ketika kita
berbagi kepada yang tidak memiliki dan yang sangat membutuhkan.
Dalam pengertian Alkitab, Memberi adalah
hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada kita. Jadi memberilah dengan suka, dan
bukan dengan sedih hati atau karena paksaan. Bunda Teresa juga mengatakan “jika
tidak bisa memberi makan kepada 1000 orang, maka berilah makan kepada 1 orang”.
Ini berarti kita diberikan kehendak bebas dalam memberi, tidak ada paksaan dan
batasan dalam memberi. Kepada siapa dan dalam hal yang paling kecil maupun hal
yang paling besar sekalipun. Memberilah selagi kita memiliki apa yang mau kita
berikan termaksud cinta.
Pada poin pertama, saya menyampaikan bahwa
kita telah menerima cinta yang begitu besar dari Allah. Maka sebagai manusia
yang penuh akan cinta dari Allah, kita harus mampu memberi dan melakukan apa
yang Pencipta kita lakukan kepada sesama kita.
3.
Melengkapi
Kita semua adalah manusia yang di bentuk
oleh lingkungan dan luka yang berbeda-beda. Dari lingkungan dan luka yang
berbeda itulah yang menciptakan adanya kelebihan dan kekurangan antar kita.
Setelah menyadari bahwa semua manusia memiliki kelebihan dan kekurangan yang
berbeda-beda maka kita di ajarkan oleh cinta untuk tidak saling menuntut, memaksa
dan mencari-cari. Kembali lagi Cinta mengajarkan kita untuk saling menerima apa
adanya dan memberi dengan tujuan saling melengkapi.
4.
Mengorbankan
Dalam
Injil Yohanes 15:13 menuliskan, “Tidak ada kasih yang
lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya.” Sama seperti Yesus yang mati dikayu salib,
mengorbankan diri bukan untuk dilihat melainkan untuk memberikan diri seutuhnya
untuk keselamatan banyak orang tanpa memandang latar belakang mereka.
Titik cinta yang paling tinggi adalah dimana
kita bisa melakukan segala hal dengan rendah hati tanpa mencari perhatian
kepada orang lain. Kerendahan hati dalam melakukan segala hal merupakan hal
yang dapat di lakukan dengan mengandalkan
kekuatan cinta. Untuk mencapai tahap ini saya merasa kita perlu merasa
sangat penuh hingga dapat memberikan cinta yang begitu besar dalam bentuk
pengorbanan. Pengorbanan tidak menuntut adanya balasan dan keuntungan sehingga
bagi saya pengorbanan adalah 100% memberikan diri kepada sesama dan Allah. Dari
pengorbanan juga kita dapat melihat bagaimana kita benar-benar disayangi,
dicintai dan sangat berarti.
Pernahkah kamu mendengar orang tua yang
menuntut anaknya untuk berkuliah dan mengambil jurusan yang mereka inginkan
tanpa melihat apa yang anaknya inginkan? Atau pernahkah kamu mendengar atau
mengalami pasanganmu melarang untuk melakukan aktifitas positif seperti hobimu ?
atau pernahkah sahabatmu mengatur kamu dalam memilih pasangan dengan
penilaian-penilaian darinya?
Dari beberapa contoh ini terlihat masih
ada kekeliruan pemahaman terhadap cinta jika cinta diartikan seperti ini maka
yang terjadi adalah hubungan yang tidak sehat dimana itu akan membuat individu
yang terlibat di dalamnya secara tidak sadar merasa tidak bahagia, direndahkan,
mengalami ketidakadilan, dikekang yang berakhir pada kekerasan verbal, fisik
maupun psikologis.
Mungkin
teman-teman bertanya bagaimana cinta dan cara menunjukan cinta kepada orang
yang kita cintai? Pada doa Regina Coeli (Ratu Surga) hari Minggu (09/5/2021),
Paus Franiskus mengatakan “Mencintai seperti Kristus berarti menempatkan diri Anda
pada pelayanan saudara dan saudari Anda , seperti yang Dia lakukan dalam
membasuh kaki para murid”, kata paus. “Itu berarti membuat diri kita tersedia, apa
adanya dan dengan apa yang kita miliki. Ini juga berarti mencintai bukan dengan
kata-kata tapi dalam perbuatan.
Paus Fransiskus menambahkan “Mencintai
sebagaimana Tuhan mencintai kita berarti menghargai orang-orang di samping kita
dan menghormati kebebasan mereka, mencintai mereka apa adanya, dengan
serampangan.” Ini juga berarti mengatasi ambisi untuk mengontrol orang lain,
dan sebaliknya memberikan diri kita kepada orang lain.
Saat ini, Seperti yang kita lihat cinta
masih merupakan poin tuntutan dan paksaan yang sejatinya adalah kehendak orang
lain dan pada dasarnya di pengaruhi oleh keinginan pribadi dalam diri seseorang.
Tuntutan dari orang lain terkadang menjadi penghalang yang secara tidak
langsung membuat seseorang melupakan keinginan hatinya kemudian melakukan hal
yang bukan kemauannya dengan terpaksa. Dalam posisi ini seseorang akan merasa
hampa pada akhirnya.
0 comments: