MEMANTING KELUARGA PENGANTEN
Bahasa Dayak Taboyan
Hallo ikam uras, apakah ikam piji ngedinga atau menyaksikan tradisi tar me pihak calon pengantin so’ong re sawi tong ondo pihak bawe akan desambut lukun tombak? Tapi, raihe lainlah tombak re tarem nget tombak pada umum e. Salah satu tradisi re naan tar kabupaten Barito Utara tepat e tar ja’a Montallat dan sekitar e. Deo ja’a- ja,a re naan tar sekitaran sunge tar me zaman bayuh alat transportasi masyarakat sekitaran sunge iyelah kapal atau jukung. Salah satu tradisi unik re naan tar iduh yeiro jika naan sepasang so’ong bawe re kakan kawin dan pihak so’ong neke ja’a re beda maka naan sambutan re rami bene yeiro berupa penombakan atau pemantingan pakai batang bemban atau bamban. Pihak bawe akan menyambut pihak so’ong ta pantai atau dini sunge ali bejeoget- joget sambil manting batang bamban ehe, awe ejeh iro ali lei akan saling nota danum, sambil narik- narik pihak so’ong re naan ta kapal iro.
Pihak so’ong akan berkeliling pakai kapal selama turu putaran sambil bekepanting lukun nejoget. Setelah turu putaran, pihak so’ong akan uwa ta salah satu lanting atau jamban tangar me ta iro lei pihak bawe haot ngandrei sambil nyambut lukun joget- jogetan, uli iro pihak so’ong akan de anter tong ondo te eme calon penganten bawe naan. Uli pihak so’ong engket jape mulai adat pernikahan dayak ngunau umum e yeiro demulai lukun sambutan tuyen- tuyenan dan netek pantang atau lebih dikenal masyarakat dayak lukun sebutan hompong dan seterus e hampe calon penganten so’ong bekeruku lawan penganten bawe. Ehe adalah salah satu tradisi suku dayak suang pengantenan adat re awe naan eso de haba nehe, karna zaman ra semakin modern dan semakin maju doho- doho tradisi ehe haot awe depakai eso.Tradisi bekepanting batang bamban ehe betujuan tong memeriahkan acara adat dan menyambut buen pihak so’ong yeiro agar saling kinut antara pihak so’ong dan bawe.
MELEMPAR KELUARGA PENGANTIN
Hai semua, apakah kalian pernah mendengar atau menyaksikan tradisi dimana pihak calon pengantin laki- laki yang datang ke tempat pihak perempuan akan disambut dengan tombak? Tapi, ini bukanlah tombak yang tajam seperti tombak pada umumnya. Salah satu tradisi yang terdapat di Kabupaten Barito Utara tepatnya di Desa Montallat dan sekitannya. Banyak kampung- kampung yang terdapat di sekitaran sungai dimana pada zaman dahulu alat transportasi masyarakat sekitaran sungai adalah kapal atau jukung. Salah satu tradisi unik yang terdapat disana yaitu jika ada sepasang kekasih yang ingin menikah dan pihak laki- laki dari kampung yang berbeda maka akan ada sambutan yang sangat meriah yaitu berupa penombakan atau pelemparan menggunakan batang bemban atau bamban. Pihak perempuan akan menyambut pihak laki- laki di pantai atau pinggiran sungai mereka akan menari- nari sambil melempar batang bamban ini, tidak hanya itu mereka juga akan saling siram- siraman air, sambil menarik- narik pihak laki- laki yang terdapat di kapal tersebut.
Pihak laki- laki akan berkeliling menggunakan kapal selama tujuh putaran sambil saling melempar dan menari- nari. Setelah tujuh putaran, pihak laki- laki akan berhenti di salah satu rumah apung atau jamban dimana disitu juga pihak perempuan sudah menanti sambil menyambut dengan tari- tarian kemudian, pihak laki- laki ini akan diantarkan ketempat dimana calon pengantin perempuan berada. Setelah pihak laki- laki naik barulah memulai adat pernikahan dayak seperti pada umumnya yaitu dimulai dengan sambutan tari- tarian dan juga pemotongan pantang atau lebih dikenal masyarakat dayak dengan sebutan hompomg dan seterusnya sampai calon pengantin laki- laki betemu dengan calon pengantin perempuan. Ini adalah salah satu tradisi suku dayak dalam pernikahan adat yang sudah tidak ditemukan lagi sekarang, karena zaman yang semakin modern dan maju perlahan- lahan tradisi ini sudah tidak digunakan lagi. Tradisi saling melempar batang memban ini bertujuan untuk memeriahkan acara adat tersebut dan juga bermaksud menyambut baik pihak laki- laki yaitu agar saling mengenal antara pihak laki- laki dan perempuan.
#harimasyarakatadat
#lombamenulis
#opini
Penulis
Melinia Pereira
0 comments: