Monday, April 20, 2020

MENJADI KARTINI MASA KINI



Hari Kartini yang kita peringati setiap tanggal 21 April mempunyai sebuah sejarah yang luar  biasa bagi kaum perempuan. Dibalik hari itu, Raden Ajeng Kartini lah yang menjadi tokohnya sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah tanggal 21 April 1879 itu merupakan seorang kalangan priyai (kelas bangsawan Jawa). Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Nama ayahnya adalah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Tetapi Kartini tidak merasa bangga menjadi keturunan bangsawan.


Di era Kartini, pada akhir abad 19 sampai awal abad 20 perempuan-perempuan negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Pada surat yang ditulisnya, ia menggugat sebagian besar budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia hanya sempat memperoleh pendidikan sampai E.L.S. (Europese Lagere School) atau tingkat sekolah dasar. Setamat E.L.S, Kartini pun dipingit sebagaimana kebiasaan atau adat - istiadat yang berlaku di tempat kelahirannya dimana setelah seorang wanita menamatkan sekolah di tingkat sekolah dasar, maka gadis tersebut harus menjalani masa pingitan sampai tiba saatnya untuk menikah.

Kartini ingin perempuan memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Pada saat itu perempuan belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti laki-laki bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya. Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang perempuan, juga selalu diperlakukan berbeda dengan saudara maupun teman - temannya yang laki-laki, serta merasa iri dengan kebebasan perempuan - perempuan Belanda. Akhirnya tumbuhlah keinginan dan tekad di hati Kartini untuk mengubah kebiasan kurang baik itu. (R.A Kartini :"Gadis yang dipikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup didalam dunia nenek moyangnya”.)


Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang. Kartini menyebutkan bahwa sang suami Raden Adipati Joyodiningrat tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan mendirikan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan diberi kebebasan serta didukung mendirikan sekolah perempuan di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. (R.A Kartini :"Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang".)


Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Perempuan oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. (R.A Kartini :"Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan muda mati, kadang-kadang timbulah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah".)


Dalam era sekarang, yang dimana kaum perempuan sudah mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti laki-laki atau yang biasa disebut kesetaraan gender akan semakin membuat kaum perempuan menjadi lebih mudah berkembang, dan hal ini lah yang menjadi cita-cita seorang Kartini pada saat itu.

Sebagai seorang perempuan progresif, jadilah seorang Kartini masa kini. Yang dimana semangat yang ingin diwariskan kepada kaum perempuan saat ini salah satunya adalah menuntut ilmu setinggi-tingginya. Sekarang kita tidak perlu menjadi Kartini masa dulu untuk menjadi Kartini masa kini. Yang kita lakukan hanyalah melanjutkan perjuangannya untuk menunjukan bahwa perempuan sama dimata dunia. Tidak perlu melalui hal-hal yang besar, tetapi dimulai dengan hal-hal yang kecil. (R.A Kartini : “Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam”.)

Ada beberapa pemahaman yang harus diluruskan pada pemikiran segelintir orang-orang, bahwa seorang perempuan tidak bisa memimpin itu bulshit. Seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang tidak sedikit kaum perempuan yang menempati posisi strategis dan berpengaruh sampai saat ini, diantaranya adalah Sri Mulyani Indrawati sekarang menjabat sebagai Menteri Keuangan RI (2014 sampai sekarang) dan Susi Pudjiastuti yang juga pernah menjabat sebagai menteri Kelautan dan Perikanan (2014-2019) serta yang sungguh luar biasanya, sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah mempunyai seorang Presiden perempuan yaitu Megawati Soekarno Putri (Presiden ke-4 RI) dan masih banyak lagi tokoh-tokoh perempuan lainnya. (R.A Kartini :“Bukanlah laki-laki yang hendak kami lawanni melainkan pendapat kolot dan adat uang”.)

Berdasarkan beberapa contoh diatas, penulis merasa bahwa negara sekalipun memperhitungkan keberadaan kaum perempuan saat ini. Oleh karena itu, kita sebagai kaum perempuan dari generasi milenial harus menciptakan peluang sendiri dengan mengasah kemampuan dan bakat sebagai penunjang pendidikan yang sedang diraih saat ini.

Dengan momen peringatan Hari Kartini, marilah kita mejadi Kartini masa kini dengan meneladani semangatnya untuk melakukan perubahan-perubahan dalam hidup kita melalui hal-hal kecil menuju hal yang lebih baik dalam kehidupan pribadi, berorganisasi, berbangsa dan bernegara. Semoga semangat ini tidak hanya berhenti pada kita, yang lebih penting adalah meneruskannya hingga ke generasi selanjutnya. (R.A Kartini :“Apabila ingin memajukan sebuah negara maka didiklah satu perempuan untuk mempersiapkan tujuh generasi”.)

Seorang teman pernah berkata “perempuan tempatnya di sumur, di dapur dan di kasur, itu ngawur!!!”. Penulispun berfikir demikian.

Dalam hal ini Penulis hanya berpesan, “Jadilah perempuan progresif dan kembangkan potensi diri sehingga akan tiba saatnya dunia beserta penduduknya akan menyaksikan keberhasilanmu”.

“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam".


Penulis : Lintalia 

Previous Post
Next Post

5 comments:

  1. Replies
    1. Terimakasih Silvy. Ditunggu tulisan kamu selanjutnya😁

      Delete
  2. Selamat hari karti para wanita hebat

    ReplyDelete
  3. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    ReplyDelete