Friday, May 22, 2020

CURCUDY : PERMEN KUNYIT DAN TEMULAWAK ALTERNATIF KUDAPAN UNTUK LANSIA SEBAGAI IMMUNODULATOR PADA MASA PANDEMI COVID-19

Oleh: Risky Sherly Putri


COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). COVID-19 sendiri merupakan coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019 (Setiawan 2020). WHO (World Health Organitation) menyatakan bahwa COVID-19 sebagi pandemi global hingga saat ini. Gejala COVID19 umumnya berupa demam 38°C, batuk kering, dan sesak nafas serta dampak paling buruk untuk manusia ialah kematian. Pandemi global yang terjadi pula di Indonesia membuat banyak pihak berupaya ikut berperan dalam mengatasi dan mencegahnya.

COVID-19 dapat menginfeksi manusia pada semua rentan umur. Namun, penyakit  yang disebabkana oleh virus SARS-CoV-2 lebih mudah menginfeksi dan menyebabkan gejala yang berat pada lansia (lanjut usia) ≥ 70 tahun. Di seluruh dunia, tercatat bahwa tingkat kematian akibat COVID-19 atau case fatality rate (CFR) pada usia 50–69 tahun adalah sekitar 0,31–1%. Sementara pada usia 70–79 tahun, tingkat kematian naik menjadi 2,95%, dan pada usia 80-89 tahun, tingkat kematiannya bisa mencapai 4,47%.Berdasarkan data tersebut, tingkat kematian lansia di atas 70 tahun akibat pandemi ini lebih tinggi 2 kali lipat dibandingkan usia yang lebih muda. Tingkat kematian di kelompok usia ini memang merupakan yang tertinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Namun, perlu dicatat bahwa jumlah orang yang terkena COVID-19 sebenarnya lebih banyak daripada yang terdata. Hal ini bisa disebabkan oleh beragam hal, mulai dari kurangnya alat pemeriksaan, tidak akuratnya hasil pemeriksaan, hingga ketakutan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Dengan beranggapan bahwa jumlah lansia yang menderita COVID-19 sebenarnya lebih banyak daripada yang berhasil terdata, tingkat kematian pada lansia di Indonesia akibat penyakit ini bisa jadi lebih rendah daripada 17% (Nareza 2020).

COVID-19 sebenarnya bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia. Namun, seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh cenderung melemah, sehingga risiko lansia terserang penyakit ini pun akan lebih besar.Selain itu, lansia yang terinfeksi COVID-19 juga lebih rentan mengalami gejala yang lebih berat hingga menyebabkan kematian, terutama lansia dengan penyakit penyerta yang dapat memperberat gejala COVID-19, misalnya PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) dan penyakit jantung. Menurut penelitian, sekitar 70% kondisi ini dialami oleh lansia di atas 70 tahun.Populasi lanjut usia, terutama yang berusia di atas 70 tahun, merupakan kelompok yang paling rentan terhadap penyakit COVID-19. Daya tahan tubuh yang melemah dan adanya penyakit kronis bisa meningkatkan risiko lansia terkena COVID-19 serta mengalami gejala yang lebih parah dan bisa berakibat fatal.Oleh karena itu, upaya melindungi lansia dari COVID-19 perlu dilakukan. 

Salah satu upaya yang dapat dlakukan untuk mencegah infeksi COVID-19 pada lansia adalah dengan meningkatkan kekebalan tubuh. Tanaman kunyit dan temulawak dapat dijadikan alternatif immunodulator untuk mencegah infeksi COVID-19 pada lansia. Menurut Nuryati dan Sutarto (2020) Temulawak dan kunyit merupakan salah satu dari jenis tumbuhan obat yang tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, merupakan suatu anugerah dan aset negara yang tidak ternilai harganya. Temulawak dan kunyit dapat menigkatkan kekebalan tubuh dan menyembuhkan penyakit hepatitis karena kandungan fitokimia kurkumin temulawak dan kunyit. Kandungan kurkurmin temulawak adalah desmetoksi ¬kurkumin dan bisdesmetoksi kurkumin, sedangkan fitokimia kunyit adalah monodesmetoksi kurkumin dan bisdesmetoksi kurkumin. Zat fitokimia inilah yang berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan, meningkatkan sekresi empedu, memperbaiki fungsi hati, dan memperbaiki tampilan limfosit darah. 

Immunodulator menggunakan kunyit dan temulawak memerlukan modifikasi sehingga dapat dikonsumsi oleh lansia. Mengingat lansia  memliki nafsu makan dan minum yang tergolong kurang. Permen dipilih sebagai media immunodulator karena mudah dikonsumsi dan sudah dikenal oleh masyarakat, khususnya lansia. Permen biasa disajikan sebagai kudapan rumah dan memiliki rasa manis sehingga mudah untuk dikonsumsi. Permen kunyit dan temulawak disebut juga sebagai permen Curcudy (Curcumin Candy). Permen Curcudy selain memilki rasa manis, juga mengandung kurkumin yang dapat menjadi immunodulator bagi lansia. Dalam pembuatan permen Curcudy, rasa manis diperoleh dari gula. Menurut Suprianto (2007) gula yang ditambahkan dalam pembuatan permen tidak boleh lebih dari 65%, karena mengakibatkan terbentiknya kristal-kristal dipermukaan permen. Kelebihan penambahan gula menyebabkan permen mengeras dan jka kekurangan gula akan membuat tekstur permen menjadi lembek. 

Selain immunodulator, permen Curcudy dapat meringankan gejala pada penderita COVID-19. Menurut Sutarto dan Nuryati (2020) sistem kekebalan manusia yang terinfeksi COVID-19, maka pada awal infeksi tubuh membentuk kekebalan melalui peningkatan sitokin sedangkan sitokin sendiri dalam tubuh macamnya banyak sekali sehingga diantara sitokin bersifat antagonis, mengakibatkan gagal pernafasan atau pneumonia akut. Pemberian temulawak dan kunyit mampu menekan sitokin dan menekan infeksi COVID-19 pada manusia. 

Menurut Nidom (2005) pemberian temulawak dapat menekan jumlah sitokin dan menghambat perkembangan virus saat virus mengalami perbanyakan diri (replication). Kunyit berfungsi memperbaiki fungsi hati atau berfungsi hepatoprotektor (Dalimartha 2000) dan dari tanaman obat bekerjasama memperkuat sel terhadap serangan virus pada berbagai lini mulai dari mencegah penetrasi, mencegah multiplikasi sampai dengan mencegah keluarnya virus dari dalam sel. Selain efek menghambat replikasi virus, temulawak dapat berfungsi sebagai immunostimulator fagositosis dan meningkatkan kemampuan limfosit (Dalimartha 2000), hepato stimulan (Liang et al. 1985) dan hepatoprotektor mencegah kerusakan sel hati sehingga proses metabolisme dapat berlangsung lancar (Harmanto 2007). Sehingga pemberian permen Curcudy selain untuk lansia juga dapat dikonsumsi oleh penderita COVID-19. 

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha S. 2000.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta (ID) : Trubus Agriwidya
Harmanto N. 2007. Avian Influenza, Mengapa Harus Takut. Dalam: Herba Indonesia. Edisi 58. Jakarta (ID) : Yayasan Pengembang Tanaman Obat Karyasari.
Liang OB, Apsorton T, Widjaja, Puspa. 1985. Beberapa Aspek Isolasi, Identifikasi dan Penggunaan Komponen - komponen Curcumae xanthoriza Roxb dan Curcumae domestica Val. Prosiding Seminar Nasional Temulawak. Universitas Padjadjaran. Bandung (ID) : 3 (2) : 12-15.
Nareza M. 2020. COVID-19 lebih berbahaya bagi lansia di atas 70 tahun. [Internet]. [diunduh 2020 Mei 21]. Tersedia pada : https://www.alodokter.com/covid-19-lebih-berbahaya-bagi-lansia-di-atas-70-tahun
Nidom CA. 2005. Tangerang Miniatur Indonesia. Jakarta (ID) : Poultry Indonesia 305.
Setiawan AR. 2020. Lembar kegiatan literasi saintifik pembelajaran jarak jauh topik penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19). Jurnal Edukatif. 2(1) : 28-37.
Suprianto. 2007. Parameter mutu permen kunyah. Indonesia Food Review. 2(2) : 23-27.
Sutarto, Nuryati T. 2020. Pemberian ekstrak temulawak dan kunyit untuk meningkatkan produktivitas dan sebagai immunostilator Avian Influenza pada ayam broiler. Ziraa`ah. 45(1) : 1-9.





Previous Post
Next Post

1 comment:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    ReplyDelete