Mimpi
mengingat kenyataan yang indah, tetapi masyarakat
sekarang tentunya
menjadi lebih beragam tidak monoton seperti di awal tahun
2000-an
masih kental dengan primordial kesukuan
Memang benar kehidupan ini bagai fatamorgana, sering
diungkapkan dalam masyarakat. Biasanya menggambarkan sesuatu yang serba hampa,
kecewa, dusta, dan kemunafikan. Menurut KBBI “ fatamorgana ” adalah Hal yang
bersifat khayal dan tidak mungkin tercapai. Dapat dianalogikan keadaan tidak
mungkin abadi seperti didalam pemikiran. Perkembangan menuju kemajuan sudah
semakin nampak didepan mata. Dari hal yang sangat sederhana sampai paling rumit
di dalam pikirkan manusia dan selalu bergerak kearah kesempurnaan yang hakiki. Batasan pemikiran terdahulu sudah dilewati dan tidak
ada batasan yang absolut. Selalu ada target baru untuk standarisisasi kesuksesan kehidupan
disetiap jamannya, tidak terkecuali dalam memenuhi kebutuhan hidup dan gaya
hidup setiap individu.
Di dalam mimpi malam yang tenang dan indah, seperti
memutar waktu kembali di tahun 2000-an
dimana keindahan suatu desa dapat dilihat dengan masih terjaganya hutan yang
membawa kesegaran disetiap pagi. Nyanyian burung selalu mengiringi setiap langkah,
monyet dan tupai melompat dibelakang rumah sambil meninggalkan teriakan
bercampur senyuman, orang-orang berkumpul di tepian sungai sambil bercanda ria, rasa kebersamaan benar
terasa ketika menyusuri desa waktu itu. Permainan tradisional memiliki cerita tersendiri sangat beragam dimainkan anak-anak, karena
hasil warisan nenek moyang yang selalu dimainkan setiap waktunya. Bahkan
tindakan kejahatan, pencurian sangat jarang terjadi karna membedakan orang yang
kaya dengan miskin sangat sulit sebab ukuran kekayaan (standarisasi) orang pada
waktu itu hanya sebatas pada luas tanah yang dimiliki, kebun karet dan persediaan padi yang tersimpan, syukurnya hampir setiap
masyarakat memilikinya.
Ketika mentari
sudah menunjukan cahayanya, seseorang pemuda pun terbangun dan merenungkan
didalam hati “hawa/suasana sejuk yang dihasilkan oleh hutan yang asri tadinya,
mulai mengalami penurunan yang disebabkan oleh beberapa faktor yang secara
kasat mata dapat dilihat ketika melintasi desa yang saya tempati. faktor
sederhana yang menyebabkan berkurangnya kesejukan, karena bertambahnya jumlah
penduduk sehingga berdampak pada pengalihan fungsi lahan dari lahan yang
dulunya ditumbuhi pohon hijau sekarang malah menjadi lahan
pemukiman masyarakat setempat “itu contoh kecilnya yang terlihat”. Ternyata
masih banyak faktor lainnya yang menyebabkan berkurangnya kesejukan didalam
ruang lingkup desa tersebut, sehingga menjurus kepada perilaku sosial
masyarakat setempat.
Semakin merenungkan kenyataan seorang pemudapun menyadari
desanya tengah memasuki babak baru yang sudah setengah jalannya dilalui, banyak
rayuan gombal dan janji manis dari orang-orang berpendidikan dan memiliki
finansial (perusahaan) mulai mencoba meluluhkan hati masyarakat setempat yang
sangat senang dengan sedikit pujian. Orang-orang berpendidikan masuk melalui
tokoh masyarakat dan pengurus desanya untuk nantinya dapat merangkul masyarakat
yang lebih luas. dengan tujuan pemikiran masyarakat sejalan dengan pemikiran
penguasa dari kaum lemah. Langkah demi langkah mereka berhasil menerobos masuk
dengan pelumas yang sungguh sangat licin dan memudahkan langkah mereka “kami hadir untuk mensejahterakan
masyarakat”. Setelah berhasil menyelesaikan pertarungan dan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat setempat, tangan besi (alat berat) perusahaan
datang membabat hutan yang asri membawa kesejukan dan dulunya tempat ke dua
masyarakat untuk mengadu nasib (mencari makanan seperti hewan buruan, dan
sayur-sayuran hutan) yang letaknya berada disekitar disekitar pemukiman desa.
Masuk lebih
dalam didalam pemikiran pemuda, dengan beroperasinya perusahaan didesa tersebut, dapat dia gambarkan secara
sederhana ternyata pola berpikir masyarakat mulai terkontaminasi ditutupi oleh
kertas warna merah yang terdapat foto bapak poklamtor Republik Indonesia.
Masyarakat berlomba-lomba menjual harta milik mereka (tanah kosong/kebun karet)
kepada perusahaan dengan harapan mendapat kebahagian seperti dirasakan orang
didalam televisi ditambah kampanye secara masif dari perusahaan dengan
dibungkus kata-kata mensejahterakan masyarakat. Maka semakin senang hari
masyarakat untuk menjual tanahnya. kebun karet yang dulunya sebagai
standarisasi orang dikatakan mampu secara ekonomi sekarang mulai menghilang dan
digantikan oleh uang. hal itu terbukti dengan mudahnya perusahaan bisa membeli
lahan kosong/kebun dari masyarakat setempat dengan harga yang cukup murah. Semakin
memperjelas orientasi masyarakat lebih kepada uang yang sifatnya sementara
dibandingkan kebun yang dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Meneteslah hati pemuda desa ketika
mengingatnya kembali disaat dia mulai menyadari kebenaran atau kesalahan.
Fenomena-fenomena baru pun sekarang ini sering terjadi seperti
standar orang dikatakan sekses begitu konfleks. Memiliki perhiasan banyak,
mobil, rumah permanen, handphone mahal baru dikatakan masuk didalam kriteria masyarakat
menengah, akibatnya muncul persaingan didalam tubuh masyarakat. Di balik
fenomena tersebut juga terjadi pergeseran (shifting) tingkah laku masyarakat ketika melakukan interaksi
sosial dengan sesamanya baik dalam topik pembicaraan maupun tata krama saat
sedang berbicara. Entah bagaimana sebenarnya yang terjadi kenapa ketika
perusahaan masuk, berdampak pada perilaku masyarakat setempat. Jawaban kuat
seorang pemuda desa tersebut “terjadi pertukaraan budaya dan pergaulan semakin
luas menyebabkan kebiasaan lama yang sudah mengakar mulai ditinggalkan “.
Bangunlah seorang pemuda tersebut dan berjalan keluar
menyusuri jalan untuk menemukan sebuah peristiwa demi peristiwa yang dapat
menggambarkan pemikirannya. gaya hidup menjadi akar menghilangkan mimpi
indah pemuda tersebut. Masyarakat sekarang tentunya menjadi lebih
beragam tidak monoton seperti di awal tahun 2000an masih kental dengan
primordial kesukuan (tidak terlalu mempedulikan hal-hal dari luar). Dimana
hidup yang dulunya terpaku untuk memenuhi kebutuhan primer (kebutuhan fisik
minim manusia) yang berkaitan dengan kecukupan kebutuhan pokok untuk masyarakat
setempat meliputi sandang, papan dan pangan. Sandang seperti kebutuhan
masyarakat berupa pakaian yang sederhana fungsi utama sebagai alat pelindung
tubuh bagi masyarakat, pangan merupakan kebutuhan berupa makanan seperti beras
dan sayur-mayur untuk keberlanjutan kehidupan bukan untuk berwiraswasta, dan
papan merujuk kearah kebutuhan akan tempat tinggal atau hunian yang layak
sebagi tempatnya untuk berlindung yang sederhana. Seiring berjalannya waktu dan setelah masuknya perusahaan didalam
lingkungan desa, kini kebutuhan primer juga mengalami tranformasi fisik dan
fungsi serta mengalami penambahaan didalam masyarakat saat ini.
Pergeseran yang terjadi, kebutuhan sandang, pangan dan
papan tidak lagi hanya sebagai kebutuhan hidup seperti ditempo dulu, melainkan sebagai
gaya hidup bahkan standarisasi orang tersebut dikatakan mampu dalam finasial sebagai
contoh didalam masyarakat desa, pakaian tidak lagi hanya
digunakan untuk melindung tubuh melainkan untuk pembeda secara kasat mata
antara yang kaya dan miskin atau membedakan orang tersebut dari tempat huburan
ataupun dari kebun. Begitu juga pangan dan papan. pertukaran budaya antara
masyarakat setempat dengan pendatang dan derasnya arus globalisasi saat masuk
saat ini membuat perisai seakan sangat mudah rapuh. Sehingga di jaman kontemporer
ini sangat sulit menerapkan pribahasa orang dulu “hanyut tapi tidak larut” atau
“menyelam sambil minum air”. Niatan kita ingin memanfaatkan sarana yang
tersedia dengan mudah dan maksimal, tetapi berujung membuat kita semakin jauh melangkah
keluar dan terjatuh sehingga tertinggal gerbong. Bertambahnya kebutuhan primer masyarakat
yang dimaksud seperti kearah kesehatan dan juga pendidikan, sebab tercapainya
kesehatan dan pendidikan yang memadai membuat masyarakat semakin berlomba mengejarkan
hal yang sifatnya sementara.
Dari beberapa analogi diatas pemuda tersebut memikirkan tentunya
cara untuk hidup sekarang ini tidak dapat ditempuh dan dipahami berdasarkan
satu alur skenario. Seperti dapat kita ambil contoh organisme (segala jenis mahluk
hidup) dalam kehidupan selalu mengalami berbagai cara agar dapat hidup seperti,
melakukan metabolisme, mempertahankan homeostasis, memiliki kapasitas untuk
tumbuh, menanggapi ransangan, bereproduksi dan menghadapi seleksi alam (kuat
dan berkualitas selalu bertahan) serta dituntut dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Terlepas dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder masyarakat juga mengalami pergeseran
(shifting).
Sehingga dalam konteks gaya hidup tadinya berdampak
kepada individu baik secara mental ataupun fisikis dalam suatu masyarakat. Karena kebutuhan atau standar hidup mulai tinggi dan harus
dipenuhi di dalam masyarakat akibat dari pertukaran budaya dan cara bergaul
yang kurang sehat, menyebabkan kebutuhan lebih besar dibandingkan penghasilan
yang didapat. Sehingga mulai banyak jalan pintas yang dilakukan oleh masyarakat
setempat seperti menjual tanah dengan harga murah, banyak kasus pencurian yang
terjadi, pengedaran barang narkotika seperti sabu didalam ruang lingkup
masyarakat, rumah remang-remang (karoke untuk hiburan para laik-laki) mulai berdiri,
judi yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, hal tersebut dilakukan tidak lain untuk memenuhi
kebutuhan hidup sebagian masyarakat yang semakin tinggi.
Dari permasalahan diatas pemuda desa tersebut mengajak
untuk bersama-sama merefleksi suatu mimpi yang indah karna selalu ada
keterkaitan dengan kenyataan walaupun pahit tetapi perlu dicari. Dalam mimpi
dan kenyataan pemuda desa, cerita dimasa lalu yang penuh dengan dasar
kekeluargaan, sejuknya desa karena
hutan masih terjaga keasriannya. Tetapi karena hasrat yang terlalu tinggi untuk
mengejar kebahagian dunia. sehingga aset untuk generasi selanjutnya terancam
hilang dan sirnah. Sekarang mulai terungkap, kalimat mensejahterakan dari
perusahaan seakan hilang didalam setiap pembahasan. Malah sekarang masyarakat banyak
menjadi buruh ditanahnya sendiri yang jauh dari kata mensejahterakan. sungguh
sangat malang cerita desa yang dulunya indah hijau seperti jambrud khatulistiwa
mememancarkan cahayanya ke angkasa
sekarang seakan sirnah hanya terkenang didalam mimpi malam tenang dan indah.
Akhirnya pemuda desa menyampaikan isi hatinya
dari mimpi sampai pada kenyataan.
Sekarang ini kehidupan masyarakat setempat bukan hanya mengalami pergeseran
dalam segi kehidupan (kebutuhan primer dan sekunder) yang menentukan
standarisasi orang tersebut kaya ataupun miskin. namun juga merambat ke adat
istiadat seperti ritual yang sering dilakukan didalam masyarakat setiap tahunnya
mengalami kehilangan makna dari nilai-nilai sebelumnya. Adat istiadat ritual hanya
dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk memperoleh keuntungan semata. Sehingga
dari beberapa hal diatas ternyata perubahan yang dialami oleh masyarakat desa
Simpang naneng sehurusnya menjadi bahan refleksi, setidaknya dalam mengambil
langkah selanjutnya dapat tepat sasaran dan tidak
merugikan generasi penerus. Seperti kata pujangga besar Jerman Friedrich
von Schiller “ Kesempatan besar singgah di zaman kita, tetapi ternyata
generasinya kerdil “.
Terima
Kasih
Penulis Obi Seprianto
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*