Friday, May 22, 2020

KESEHATAN MENTAL DAN PANDEMI COVID-19




Oleh : Rina Ambarita


Penyakit pernapasan yang disebabkan Servere Actute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) pertama kali dilaporkan di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019. Kemudian menyebar ke seluruh dunia pada awal 2020, puncak per tanggal 31 Januari 2020 Word Health Organization (WHO) menetapkan wabah corona sebagai pandemi global karena menyebabkan darurat kesehatan publik tingkat internasional. Penetapan ini dilandasi karena tingkat kegawatan dan kerumitan yang disebabkan wabah ini.

Pandemi Corona Virus atau disingkat Covid-19 bukanlah pandemi global pertama, ada 6 pandemi terburuk sepanjang sejarah peradaban manusia, antara lain: Pertama, Great Plague of London. Dilansir dari Historic-uk.com Great Plague of London merupakan wabah terbesar sepanjang sejarah Kerajaan Inggris, wabah ini membunuh sekitar 100.000 orang atau 20 % penduduk London. Kedua, Flu Spanyol. Menurut catatan CDC, flu Spanyol adalah pandami influenza yang menyebar ke seluruh dunia antara 1918 hingga 1919. Diperkirankan 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia terinfeksi virus ini pada masa itu dan menyebabkan sedikitnya 50 juta kematian di seluruh dunia. Ketiga, Flu Asia. Penyakit ini disebabkan oleh virus jenis H2N2 dan pertama kali dideteksi di Singapore tahun 1957. Virus ini menyebar ke Hongkong hingga daratan Amerika Serikat. Diperkirakan 1,1 juta orang meninggal karena wabah ini. Keempat, Pandemi Flu Hongkong 1968. Flu ini disebabkan oleh virus influenza A (H3N2), merupakan wabah pandemi ketiga pada abad-20. Sesuai catatan Encyclopedia Britannica, virus ini menewaskan sekitar 1 juta orang di seluruh dunai. Kelima,Pandemi Flu 2009. Pandemi ini awalnya dikenal sebagai flu babi. Pertama kali dideteksi di Amerika Serikat dan menyebar ke seluruh dunia. Menurut catatan CDC, virus ini menyebabkan hampir 1 juta orang meninggal dunia. Keenam, Pandemi Covid-19. Menurut catatan Johns Hopkins University, hingga 21 Mei 2020 Covid-19 sudah menyebar ke 188 Negara menginfeksi 5.000.561 orang dan menyebabkan sekitar 328.191 jiwa meninggal dunia.





Sebagai catatan dalam 2 dekade terkahir dunia juga diserang wabah pernafasan selain Covid-19. Pada tahun 2002 terjadi wabah serve actue respiratory syndrome yang dikenal dengan SARS disebabkan oleh  SARS-coronavirus (SARS-CoV) dan disusul  wabah Middle East respiratory Sydrome (MERS) tahun 2012 yang disebabkan  oleh MERS-coronavirus (MERS-CoV). Kedua wabah dimasa lalu ini memakan korban dengan angka data yang berbeda, MERS mempunyai angka kasus 1000-an sendangkan  SARS  dengan 8000-an kasus. Secara data mortalitas yang diakibatkan SARS 10% dan MERS 40 %. (PDPI, 2020). Dengan begitu dapat dikatakan coronavirus adalah estafet dari wabah sebelumnya yaitu SARS dan MERS yang belum menjadi bahan pelajaran yang tepat agar wabah tidak terulang lagi. Dapat dikatakan dengan pemikiran sederhana bahwa wabah ini terjadi akibat ulah manusia yang tidak dapat menjaga kebersihan sehingga tidak dipikirkan dampak di kemudian hari meskipun sudah terjadi wabah SARS kemudian muncul wabah baru MERS dan tak berujung hingga bersatus pandemi bagi bumi yaitu corona jenis baru COVID-19

Berdasarkan hasil penelusuran, bermula  dari WHO  China Country Office yang  menyampaikan laporan gawat darurat pada tanggal 31 Desember 2019 bahwa terdapat kasus pneumonia yang belum diketahui etimologinya di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina (Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020). Garis awal data epidemiologi memperlihatkan angka signifikan yaitu 66% pasien terifeksi dengan fokus satu pasar  seafood atau live market  di Wuhan, Provinsi Hubei Tingkok (Huang, et.al, 2020). Sampel Isolasi  dari pemeriksaan pasien menunjukkan hasil adanya infeksi coronavirus, betacoronavirus jenis baru, diberi nama novel Coronavirus (Yuliana,2020). Virus COVID-19 secara ilmiah sudah dipastikan bahwa virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia yang telah menyebar secara luas dari Cina hingga menyebar ke 188 Negara.

Untuk Indonesia sendiri, Covid-19 pertama kali terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020. Kemudian grafik korban positif semakin bertambah hingga saat ini. Data 21 Mei 2020, korban positif 19.189, sembuh 4.575, dan meninggal 1.242 (covid19.go.id). Artinya tren covid-19 masih sangat mengkhawatirkan dan berpotensi untuk memakan korban jiwa yang semakin banyak apabila tidak ditangani secara baik dan berkelanjutan.

Berdasarkan data ilmiah dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (2020) COVID-19 tidak dapat ditularkan melalui udara seperti rumor ditengah masyarakat melainkan ditularkan melalui kontak dekat  dan droplet, selain itu orang-orang yang beresiko terpapar virus ini adalah berhubungan dekat dengan pasien terinfeksi atau yang merawat pasien COVID-19. Tindakan pencegahan yang tepat adalalah menjalankan hidup sehat, menjaga kebersihan dan menerapkan physical distancing.

Melalui penelitian dari studi kepatuhan masyarakat Indonesia terhadap himbauan physical distancing dan hidup bersih selama pademi covid-19 menunjukkan angka yang ilmiah  ditinjau dari beberapa aspek diantaranya hasil suvery jaga jarak serta perilaku hidup bersih dan sehat. Pada frekuensi melakukan jaga jarak terdapat 54,29% mengatakan selalu, 31,29 % mengatakan sering, 12,24 % mengatakan kadang-kadang, 1,00 % mengatkan jarang dan 0,37 % mengatkan tidak pernah. Benar-benar cukup mendorong efek yang menyadarkan banyak individu. Himbaunan ini sudah menyebar luas dengan adanya media teknologi yang bisa memberikan manfaat namun  juga dapat memberi rasa cemas setiap penerima informasi.

Ditetapkan sebagai pandemik karena virus ini tidak mengenal dan tidak peduli pada indentitas negara maju atau berkembang, daerah perkotaan atau perkampungan bahkan manusianya yang kaya maupun miskin. Mau tidak mau kita semua menatap kejadian wabah ini dengan respon serius sampai menyepelehkan. Situasi global termasuk Indonesia menerima Kerugian besar dari banyaknya aspek seperti ekonomi, politik, pendidikan serta memberi dampak pada kesehatan fisik dan psikis seseorang. Berdasarkan data dari UNESCO, terdapat 39 negara yang menetapkan penutupan sekolah dengan total jumlah pelajar mencapai  421.388.462 anak (Purwanto, Masduki, Rudy dan  Priyono; 2020).  Pendidikan di Indonesia berjalan sangat tidak efektif memaksa pelajar ikut alur daring yang tidak biasa karena proses belajar dan pembelajaran harus dihentikan, Ujian Nasioanl tahun 2020 di hapuskan, salah satu universitas melangsungkan wisudah secara online, dan penerimaan siswa maupun mahasiswa baru dihitung mundur hingga kondisi diperkirakan, .

Wabah ini memang sacara langsung akan berdampak terhadap kesehatan fisik, ekonomi, sosial, dan juga politik. Untuk menangani hal tersebutu pemerintah telah memperbaiki fasilitas kesehatan, pemberian bantuan sosial, hingga kebijakan-kebijakan lain yang menyelamatkan kondisi ekonomi. Tapi ada kesehatan lain yang tidak kalah penting dan tidak boleh luput dari perhatian pemerintah, yakni kesehatan psikis atau psikologi.

Selain menyerang kesehatan fisik Wabah Covid-19  dipastikan akan menyeran kondisi psikologis setiap individu. Meninggalkan kebiasaan lama seperti nongkrong, PHK, Isolasi Mandiri dipastikan akan mempengaruhi emosi seseorang. Artinya, wabah Covid-19 akan menyebakan tekanan mental. Menurut IASC (2020) hal-hal yang telah memengharui masyarakat seperti :

1.      Bahaya seseorang teinfeksi dan dapat menularkan orang lain, apalagi cara penularan ini belum tau pasti 100% diketahui masyarakat.

2.      Gejala umum bila terifeksi covid-19 seperti salah satunya batuk, hal ini malah salah diartikan oleh masyarakat sehingga menimbulkan rasa takut terinfeksi

3.      Pengasuh atau orang tua merasa cemas meninggalkan anak-anaknya dirumah sendiri tanpa asuhan yang tepat  kondisi pandemik karena aktivitas sekolah berhenti.

4.      Adanya resiko penurunan keadaan fisik dan psikis pada usia rentan seperti usia lanjut dan disabilitas. Jika yang merawat dikarantina dan tidak ada layanan serta dukungan lain.

Kondisi pandemik yang tidak dapat diukur dengan jelas kapan berakhirnya tentu menimbulkan rasa cemas bagi siapa saja, ada membayangkan bagaimana nanti kelanjutan ekonomi hidup jika tidak bekerja, nasib pendidikan selanjutnya  dan lainya. Meskipun kondisi bersatus gawat darurat penting adanya pengendalian emosi dan edukasi demi keseimbangan kesehatan fisik dan psikis selama menghadapi pandemic Covid-19.  

Emosi sering salah diartikan oleh kebanyakan orang, emosi disimbolkan hanya sekedar marah padahal emosi memiliki pengertian tersediri. Emosi adalah keinginan seseorang untuk berperilaku (Manizar, 2016).  Emosi memiliiki  7 golongan yaitu pertama, Amarah; marah besar, jengkel, memuakan, kesal hati,tersinggung dan bemusuhan. Kedua, kesedihan ; menagis, pedih, pilu, kesepian, ditolak, merasa tak berdaya, dan putus asa. Ketiga, Rasa takut :  gugup, khwatir, takut, cemas, kecut, tidak tenang. Kempat, kenikmatan: puas, senang, bahagia, tabjub, terpesona dan rasa luar biasa. Kelima, Cinta : pesahabatan, kasih,  penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, dan kasmaran. Keenam, Terkejut : terkejut, terpana, jengkel, hina, jijik, muak, benci dan tidak suka. Ketujuh, Malu : malu hati, rasa bersalah,  sesal, aib dan hati hancur lebur (Daud, 2012).

Disamping itu emosi memiliki fungsi  sebagai sarana untuk bertahan dalam hidup, individu yang  memiliki emosi guna memberikan kekuatan melindungi diri dari gangguan baik dari dalam diri maupun dari luar diri.  Emosi terbagi lagi dalam dua arah, emosi positif dan  emosi negatif. Emosi positif seperti cinta, kenikmatan contohnya saja mendapatkan pasangan yang pengertian, naik jabatan, rekasi yang dihasilkan dapat meningkatkan gairah  dan semangat mempertahankan hidup. Emosi negatif seperti kesedihan, amarah, rasa takut contohnya takut terinfeksi, perawat merasa marah ketika orang-orang tidak mau di rumah saja untuk memutuskan rantai penyebaran virus, pelajar atau mahasiswa merasa muak dengan daring yang sulit diikuti bahkan juga emosi buruk tak terkendali seperti menyalahkan negara yang asal mula virus hingga menyebarkan ke seluruh dunia. Ketika kita dihadapkan masalah yang sulit diterima, kita  pasti akan mengalami tekanan sehingga memunculkan emosi negatif, stress bahkan depresi. Dengan demikian penting adanya pengendalian emosi baik setiap individu maupun kelompok untuk melalui masa krisis pandemic Covid-19 ini.

Menurut Nadhiroh (2015) pengendalian emosi sangat penting ada di dalam kehidupan manusia, terlebih untuk menstabilkan ketengangan yang berasal dari emosi yang berlebihan. Proses terjadinya  ketidakseimbanga hormonal dalam tubuh, dan menimbulkan ketegangan psikis terutama emosi-emosi negatif. Apalagi pengendalian emosi ini tepat untuk diterapkan pada saat masa masa wabah yang memancing emosi negatif bagi siapa saja.

Pengendalian emosi terdapat beberapa model yang dapat dilakukan secara sederhana. Pertama, model  displacement, adalah cara  mengalihkan atau menyalurkan emosi kepada obyek lain.. Model ini terdapat katarsis, manajemen ‘anggur asam’ (rasionalisasi) dan dzikrullah. Kedua, model cognitive adjusment, yaitu penyesuaian antara pengalaman dan pengetahuan yang tersimpan di dalam kognitif  dengan berusha memahami masalah yang terjadi. Model ini terdapat  atribusi positif (husnudzhon), empati dan altruisme. Ketiga, model coping, yaitu dengan menerima atau menjalani segala hal yang terjadi dalam kehidupan, meliputi, syukur, bersabar, pemberian maaf, dan adaptasi adjusment. Keempat, model lain-lain seperti regresi, represi dan relaksasi. Jadi pengendalian ini dapat ditemukan dalam diri, hanya dirilah yang dapat mengendalikan dirinya. Manusia yang sadar pasti menindak tegas bahwa manusia mengendalikan emosi bukan emosi mengendalikan manusia. Percayalah bahwa semua permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan pasti memiliki jalan, belajar dan belajar harus dilalui untuk dapat terbiasa dengan perasaan yang tenang dan emosi yang positif.



Daftar Pustaka

Daud, Firdaus. 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol19 (2)

Cdc.gov. History of 1918 Flu Pandemic. Diakses dapa tanggal 20 Mei 2020 di:  https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/1918-commemoration/1918-pandemic-history.htm


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit [P2P]. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Kementrian Kesehatan RI : Jakarta

Historic-uk.com. The Great Plague 1665 – the Black Death. Diakses pada tanggal 21 Mei 2020 di: https://www.historic-uk.com/HistoryUK/HistoryofEngland/The-Great-Plague/


Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao J., Zan, g Li., Fan, G., etc. 2020. Clinical Features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China, The Lancet, 24 Jan 2020\

Johns Hopkins University and Medicine. 2020. COVID-19 Dashboard by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE). Diakses pada 21 Mei 2020 di: https://coronavirus.jhu.edu/map.html



Manizar, Ely. 2016. Mengelola Kecerdasan Emosi. Tadrib, Vol 2 (2)

Nadhiroh, Yahdinil Firda. 2015. Pengendalian Emosi (Kajian Religio-Psikologis tentang Psikologi Manusia. Jurnal Saintifika Islamica, Vol 2 (1)

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2020. Paduan Praktik Klinis : Pneumonia  2019-nCoV. PDPI : Jakarta

Rachmawati, dkk. 2020.Studi Kepatuhan Masyarakat Terhadap Imbauan Jaga Jarak dan Hidup Besih Selama Pandemi Covid-19. Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan Ri.

Iinter-Agency Standing Committee [IASC]. 2020. Catatan Tentang Aspek Kesehatan Jiwa dan Psikososial Wabah COVID-19 Versi 1.0

Purwanto, Agus, Masduki Asbari, Rudy Pramono dan Priyono Budi Santoso. Studi Ekspoloratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Journal of Education, Psychology and Counseling, Vol 2 (1)

World Health Organization. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the virus that causes it [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020 [cited 2020 March 29]. Available from: https://www.who.int/emergencies/diseases/novelcoronavirus- 2019/technical -guidance/naming-the-coronavirusdisease-( covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it.

World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 70 [Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March 30; cited 2020 March 31]. Available from: https://www.who.int/ docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200330- sitrep-70-covid-19.pdf?sfvrsn=7e0fe3f8_2

Yuliana . 2020. Corona Virus Diseases (Covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur. Wellness and Healthy Magazine, 2(1)
Previous Post
Next Post

1 comment:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    ReplyDelete